Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero ~ 06

Oke, sepertinya sang admin lagi ngajak perang ini, setelah sekian lama enggak nongol, justru malah nongol bawa masalah seperti ini. Kikikiki, Mumpung lagi mood buat posting ini Cerpen romantis Mr Hero vs Mrs Zero.

Buat yang sudah lupa sama part sebelumnya, langsung aja cek disini Cerpen romantis Mr Hero vs Mrs Zero ~ 05. Happy reading...

Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero ~ 06
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero ~ 06


Mr Hero vs Mrs Zero


Olive melangkah keluar dari ruang ganti sambil menenteng plastik toko berisi baju seragam sekolahnya. Ia melangkah kearah Neza yang masih duduk dikursi kasir mengingat ini hari sabtu pengunjung tampak lebih banyak dari pada biasanya. Sementara kedua karyawan yang harusnya bekerja dimalam hari belum datang membuat Olive tidak enak untuk langsung pulang meninggalkan Neza sendiri.

“Masih belum datang juga ya?” tanya Olive yang dibalas senyuman oleh Neza.

“Sebentar lagi juga muncul kok, kamu duluan saja. Nggak papa,” balasnya dan membuat gadis itu sendikit ragu “Lagian tidak ada yang bisa kamu lakukan juga disini,” lanjut pria itu sambil berkedip.

“Baiklah, terimakasih ya. Aku duluan kalau begitu,” ucap Olive kemudian, yang langsung dibalas anggukan oleh Neza, kemudian gadis itu melangkah pergi. Saat baru keluar dari toko buku pandangannya langsung tertuju kearah David yang berdiri dibawah tangga, pria itu masih saja menunggunya. Sudah satu mingguan ini ia menolak tapi pria itu tetap tidak menyerah.

“Aku antar pulang, ayoo...” ajak David sambil tersenyum.

“Tidak. Aku pake angkot saja,...” balas Olive yang kali ini bahkan tidak perlu susah-susah sambil menghela nafas lelah. Lagian pria ini juga tidak akan menyerah semudah itu.

“Oh ayolah, ini sudah malam...” pria itu menggandeng tangan Olive menuju tempat parkir.

“Aku bilang aku bisa pulang sendiri...” protes Olive.

“Aku tidak menerima penolakan kali ini, lagian kamu sudah berjanji akan mentraktirku makan bukan?” tanya David langsung yang membuat Olive mengerutkan keningnya bingung.

“Memangnya kapan aku...”

“Minggu lalu, saat aku membantumu bekerja dikebunmu. Dan hari ini aku sangat lapar. Sepulang sekolah aku langsung menjemputmu, disini juga aku terus berada ditokomu, yang aku makan hanya roti dan minuman kaleng,” ucap David memelas membuat Olive terdiam sesaat “Coba lihat, bahkan sekarang sudah hampir jam 7 malam,” lanjutnya.

“Kamukan bisa pulang dan makan malam dirumahmu, lagian tidak ada yang menyuruhmu untuk menungguku disini seharian kan?” balas Olive.

“Jelaskan padaku apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa menerimaku,?” tanya David kemudian “Memangnya apa yang salah dari penampilanku,?” tanya pria itu kembali, mengingat beberapa waktu lalu Olive sempat mengatakan bahwa ia kecewa pada penampilan pria itu, entah itu memang kenyataan atau hanya sebagai alasan dari penolakan gadis itu.

“Huuffh,...” meskipun sudah dicegah, namun akhirnya Olive menghembuskan nafas lelah juga. Ia sudah bekerja seharian dan kali ini pria ini malah masih menganggunya, tenaganya benar-benar terkuras kalau harus diajak berantem lagi “Karena penampilanmu itu menipu,” jawab Olive kemudian yang langsung membuat David menatapnya penuh tanya.

“Dari pandanganku, kamu bukanlah kamu yang sebenarnya. Ada berbagai kepalsuan disana, mungkin itu bisa membuat beberapa gadis tertarik. Tapi aku jelas tidak termasuk, karena aku tidak mau tertipu,” jelas Olive sekali lagi. David terdiam mendengarnya “Jujur saja, dari penampilanmu aku yakin kalau kamu bahkan tidak pernah bertahan untuk pacaran lebih dari 1 bulan,” lanjutnya.

“Apakah aku memang terlihat seburuk itu,?” tanya David, meskipun apa yang Olive ucapkan memanglah kenyataan, namun harga diri pria itu jelas saja tergores. Kalimat Olive benar-benar mengenai hatinya dan membuat pria itu merasa kesal.

“Aku tidak mengatakan kamu buruk, aku hanya mengatakan aku tidak tertarik dengan penampilan itu. Sama sekali tidak terlihat nyata, sama sekali tidak ada kesungguhan didalamnya,” jawab Olive kemudian siap melangkah pergi namun segera ditahan David.

Olive berbalik dan siap untuk protes ketika menyadari tidak ada expresi yang terlihat dari wajah David, pria itu terdiam tanpa menunjukkan apa yang ia fikirkan, Olive sendiri merasa sangksi apakah pria itu benar-benar tersinggung mendengar ucapannya. Olive ikut terdiam, bahkan tetap terdiam saat David memasangkan helm dikepalanya, ia masih terdiam saat David menghidupkan motornya, bahkan saat David menarik tangannya untuk menaiki motornya, Olive masih terdiam.

Sejujurnya Olive merasa ada yang berbeda. Ia cukup yakin bahwa David mungkin memang tersinggung, namun ia juga ragu untuk menanyakan apa yang membuat pria itu terdiam. Diperjalanan keduanya terdiam, Olive berusaha keras untuk memutar fikirannya kembali, mengingat apa yang ia katakan pada pria itu, dan setelah ia fikir ulang, kalimatnya memang terdengar kasar. Siapapun orangnya pasti juga akan tersinggung, apakah ini efek karena kelelahan yang ia rasakan.

Olive menjadi gelisah dibuatnya, David sendiri masih tidak mengatakan sepatah kalimatpun bahkan saat sudah sampai didepan rumah Olive, pria itu masih terdiam saat Olive memberikan helmnya, dan hanya membalas anggukan kecil saat Olive mengucapkan terimakasih, kemudian pria itu langsung pergi sebelum Olive mengatakan lebih banyak. Membuat gadis itu merasa sedikit bersalah, Olive melihat kepergian David dengan ragu.

Mr Hero vs Mrs Zero


“Jadi apa yang terjadi dengan matamu?” tanya Devi kearah Olive yang duduk disampingnya sambil menikmati keripik kentang, saat ini keduanya sedang berada dikamar Devi yang Olive sendiri yakin bahwa pemilik kamar sama sekali tidak merawat kamarnya dengan baik.

Terbukti dengan gelapnya kamar ini saat pertama kali ia datang, bahkan gadis ini sendiri ia yakini tidak keluar kamar seharian, Olive sendiri yakin meskipun begitu, gadis ini juga tidak tidur terus-terusan disini. Fikirannya sendiri sedang tidak bisa diajak kompromi, mungkin kamarnya juga tidak jauh berbeda dengan kamar sahabatnya. Hanya saja, ia termasuk salah satu orang yang tidak bisa tetap diam saat sedang banyak fikiran.

Saat kemarin malam terakhir ia melihat David membuatnya tidak bisa tidur hampir semalaman, ia sendiri tau bahwa saat ini matanya mungkin sedang bengkak, karena jelas sekali terasa berat, namun meskipun begitu ia juga tidak bisa menutup matanya untuk menghilangkan fikirannya tentang sikap David, bahkan pria itu juga tidak memberikannya kesempatan untuk meminta maaf.

Olive baru menyadari kalau ia sama sekali tidak mengetahui apapun tentang David, mulai dari asalnya, sekolahnya bahkan contactnya apalagi teman-temannya, mengingat hal itu ia semakin merasa bersalah karena langsung menjudge pria itu semaunya. Hanya karena ia sedang cukup lelah, namun difikir kembali, sikapnya jelas salah. Pria itu sendiri jelas tersinggung dengan ucapannya karena hal itulah ia memilih untuk kerumah Devi setelah menyelesaikan tugasnya merawat tanaman.

“Yee ditanyain malah bengong,” ucapan Devi membuat Olive mengerjab sekali dan kemudian mengalihkan tatapannya kearah keripik kentang yang tadi sedang dimakannya.

“Bergadang, namanya juga malam minggu...” ucap Olive sambil cengengesen “Dan aku kesini bukan untuk cerita, namun untuk mendengar ceritamu,” lanjutnya. Mengingat hubungan Devi dan David sebelumnya membuat gadis itu tidak bisa menceritakan masalahnya, apalagi Devi sendiri jelas sedang dalamkeadaan tidak baik-baik saja.

“Memangnya apa yang ingin kamu dengar?” tanya Devi setengah menerawang.

“Banyak hal, apa yang terjadi denganmu salah satunya. Dan aku tidak mau dengar bahwa kamu sedang baik-baik saja,” ucap Olive sebelum Devi sempat menjawab ucapanya yang pertama. Devi tampak terdiam sesaat, kemudian meluncurlah cerita yang Olive sendiri yakin bahwa gadis itu terus memikirkannya satu minggu terkahir.

Seperti kebanyakan orang, Olive juga mendengarkan cerita sahabatnya dengan seksama dan sekekali menjawab apa yang perlu ia jawab. Dan ia juga berusaha untuk memfokuskan fikirannya untuk ikut dalam masalah gadis itu, membuang jauh-jauh fikirannya tentang David.

Mendengar cerita gadis itu tentang masalahnya dengan Revan membuat Olive sedikit membenarkan sikap gadis itu, melihat beberapa waktu lalu Revan yang bahkan diam saja saat gadis itu mengajaknya pulang yang baru diketahui Olive bahwa gadis itu Aura, selaku mantan pacar Revan yang bahkan digosipkan pindah sekolah untuk mendapatkan pria itu kembali.

Olive sendiri merasa tidak perlu untuk mengatakan bahwa ia melihat pria itu pulang bersama, saat ini jelas saja Sahabatnya akan semakin menderita, namun mengingat status mereka yang saat ini bahkan hanya sebatas teman tentu ia juga tidak bisa langsung menasehati Devi untuk bersikap lebih dewasa, apalagi ia tau benar bahwa gadis itu sudah menyukai Revan sejak 3 tahun yang lalu.

“Lalu, apakah Revan ada menghubungimu?” tanya Olive setelah Devi menyelesaikan ceritanya.

“Ada, tapi aku tidak mau mengangkatnya. Dia juga kirim pesan, tapi aku juga tidak melihatnya. Aku sedang tidak ingin berurusan dengannya,” ucap gadis itu dengan kesal.

“Mau sampai kapan?” tanya Olive lagi. Kali ini sedikit lebih hati-hati, terkadang sahabatnya ini juga bukan seseorang yang mudah untuk dinasehati.

“Terserah, mungkin sampai aku bisa berfikir jernih. Kalau aku menjawab panggilannya, apa yang akan aku lakukan? Membiarkan mereka bersama? Jelas mustahil, mau marah-marah memangnya apa hakku?” kata Devi yang Olive sendiri langsung membenarkannya, memang begitu bukan? Tepat seperti apa yang ia fikirkan tentang sahabatnya.

“Aku tidak membenarkan sikapmu, tapi aku juga tidak menyalahkannya. Hanya saja, sebaiknya selesaikan dengan cepat, aku tidak mau hanya gara-gara pria itu kamu juga menjadi menghindariku,” ucap Olive kemudian.

“Sebenarnya ini juga sudah cukup menyiksa,” kata Devi lirih.

“Aku tau, tapi lebih menyiksa lagi kalau ini terus berlanjut. Baiklah, kita anggap saja gosip itu benar, lalu apakah kamu akan langsung mempercayainya tanpa mendengar penjelasan dari Revan dulu?” tanya Olive yang membuat Devi terdiam.

“Setidaknya pria itu masih mencemaskan keadaanmu, bahkan beberapa kali menanyakannya padaku. Aku yakin Revan juga tidak mengetahui sikapmu yang menghindarinya, kalau kamu tidak memberikan kesempatan Revan untuk bicara, bagaimana hal ini bisa terselesaikan,” nasehat Olive.

“Aku masih belum sanggup untuk mendengar jawabannya,” ucap Devi kemudian. Olive menghembuskan nafas pelan, ia jelas tidak bisa memaksa gadis itu untuk mengikuti maunya.

“Aku juga tidak menyukai gadis itu,” ucap Olive tiba-tiba. Devi langsung menoleh, menyadari sahabatnya seolah sedang meningat sesuatu.

“Kamu mengenalnya?” tanya Devi.

“Yahh, tidak juga. Aku hanya sempat melihatnya beberapa kali. Dia selalu mendekati Revan disaat ada kesempatan, tapi pria itu selalu menghindar. Jelas sekali bukan, bahwa gadis itulah yang mengejar Revan sementara pria itu sendiri tidak demikian,” jawab Olive, sambil mengingat-ingat kejadian beberapa waktu lalu.

Memang sih, ia hanya melihat Aura sekilas saat gadis itu menghampirinya dan Revan dan pria itu ditarik paksa untuk mengikutinya. Namun tentu saja Olive sendiri tau bahwa pria itu juga menolak meski tidak berhasil, walaupun akhirnya mereka juga pulang bersama, setidaknya Olive tidak berbohong dengan apa yang ia ucapkan pada Devi, ia hanya sedikit menutupi yang terjadi.

“Kalau menurutku, kamu harus menjadi lebih egois untuk dirimu sendiri, jangan biarkan gadis itu merebut apa yang seharusnya milikmu,” lanjut Olive penuh semangat, setidaknya ia tau sahabatnya pasti akan memikirkan apa yang ia ucapkan. Kalau sahabatnya kembali ceria, mereka bisa bersama-sama kembali, dan itu pasti akan membuatnya bisa melupakan apa yang terjadi dengan David. Yah, usaha memang tidak dilarang bukan?

Bersambung ke Cerpen romantis Mr Hero vs Mrs Zero part 07

Detail cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero

Tidak ada komentar:

Posting Komentar