Cerpen cinta Sweety Heart~Part 11 {End}

Masih kah ada yang nungguin kelanjutan dari cerpen Sweety Heart yang nggak tau juga ujungnya gimana ini? Nah kalau ada langsung saja guys, karena sepertinya setelah mogok untuk sekian lama akhhirnya berhasil juga gue Menghancurkan cepen ini #Krik krik krik

Sepertinya cerpen Love at firs sign juga bakalan bernasib sama, ah tapi bisa kita liat saja nanti. Untuk yang mau faceback ke part sebelumnya langsung saja bisa baca dengan klik disini. Overa all, Happy reading...

Cerpen cinta Sweety Heart~Part 11 {End}
Cerpen cinta Sweety Heart~Part 11 {End}

Cerpen cinta Sweety Heart


Savira keluar dari taxi setelah membayar terlebih dahulu, kemudian ia melangkah memasuki gedung pertemuanya, rencanya hari ini ia akan bertemu dengan Farel, pacarnya. Atau yahh setidaknya ia sudah mengakui hal itu. Meskipun harinya sudah terasa aneh hari ini. Namun ia tetap berusaha untuk memberikan senyuman terbaiknya.

Perasaannya mulai merasa ada sesuatu yang tidakberes sedang terjadi, sesuatu yang mungkin tidak sesuai dengan kenyataan yang ia tau selama ini. Bagaimanapun jantungnya yang terus berdetak cepat tidak bisa ia hindari. Seolah akan terjadi hal yang mungkin diluar dugaannya. Walau ia merasa hari ini ia sudah di permak menjadi seperti cinderella. Namun ia tetap merasa takut.

Baru kali ini ia sedikit ragu untuk menemui Farel, dan jantungnya terus berdetak cepat. Langkahnya tiba didepan gerbang dan dua orang pria berseragam hitam putih menyambutnya dengan sopan, meskipun bingung, Savira tetap mengikuti dua orang pria itu yang menggiringnya bagaikan putri. Hatinya terus bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Mimpikah? Tapi tidak, karena tangannya terasa sakit saat ia mencubit untuk membuktikan apakah ia sedang dalam keadaan sadar. Baiklah, mungkin ia akan memilih untuk mengikuti saja alur cerita yang sedang ia perankan.

“Silahkan duduk nona,” ucap salah satu pria yang tadi mengantar Savira ke kursi sambil sedikit membungkuk, Savira membalas dengan senyuman dan duduk di kursi yang di tunjukkan. Bahkan salah satu yang lainnya menarikkan kursi untuk duduknya. Kemudian kedua pria itu pergi.

Masih belum menyadari apa yang terjadi, Savira menatap kesekeliling, memperhatikan keadaan disekitarnya. Tidak seperti biasanya, restaurant itu tampak sepi tanpa ada satu pengunjung pun, hanya ada palayan yang sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri. Setaunya restaurant ini adalah salah satu restaurant yang cukup terkenal dan selalu ramai pengunjung. Tapi kenapa hari ini mendadak sepi seperti ini. Apa memang restaurant nya yang akan bangkrut atau memang sedang ada puasa masal bagi semua pengunjung.

Tidak mau ambil pusing dengan urusan bisnis mereka, Savira memilih mengeluarkan hp nya dari tas tangan yang ia bawa, mengetik sebaris pesan singkat dan mengirimnya untuk menanyakan dimana keberadaan pria yang mengajaknya untuk bertemu. Tidak lama kemudian pesan balasannya muncul, sebelum Savira sempat membalasnya, kursi didepannya berderit menandakan ada yang menggesernya.

“Aku disini,” jawaban yang sama yang ia baca di pesan singkat itu juga terdengar dari mulut pria yang duduk di depannya. Sempat terpesona akan tampilan pria itu. Entah karena sekarang ia sudah menyadari kalau ia sudah mencintai pria itu atau memang pria itu yang sudah terlahir sempurna sejak dulu. Apapun alasannya dari keduanya yang jelas pria itu memang cukup mempesona.

Dalam hati Savira berguman, mungkin Tuhan sedang punya mood yang baik saat menciptakannya. Bahkan hanya dengan melihatnya saja membuat jantungnya berdegup lebih kencang dari pada tadi. Tampilan Farel tampak cukup rapi hari ini. Setidaknya ia mengenakan pakaian resmi nya. Melihat dandanan yang juga ia kenakan sekarang, membuat Savira tersenyum dalam hati. Mungkin memang sudah seharusnya ia berterimakasih pada sahabatnya.

“Aku tidak terbiasa dengan tatapan seperti itu. Kamu membuatku minder dengan sukses,” protes Farel meski sebenarnya ia tidak bisa menyembunyikan kenyataan akan bahagianya dia saat ini. Bahkan sebenarnya ia juga senang saat Savira menunjukkan dengan seterang-terangan itu kalau ia terpesona akan tampilannya. Mungkin ia juga harus berterimakasih pada Dirga akan pilihan kostum kali ini. Meskipun awalnya ia juga merasa sedikit tersinggung akan kebaikan hati pria itu. Bagaimanapun pria itu juga termasuk dalam daftar saingannya.

“Aku tidak tau kalau kamu juga bisa merasa minder,” ledek Savira sambil tersenyum. Mungkin tema kali ini memang harus tampak dewasa dan terkesan formal. Jadi ia tidak mau merusak malam ini dengan adegan seperti biasanya, acak-acakan , semaunya, bahkan amburadul (???)

“Mungkin sebaiknya kita pesan makanan dulu,” ucap Farel akhirnya. Kemudian memanggil salah satu pelayan untuk menyediakan makan malam untuk mereka berdua. Kemudian dalam hati ia berdoa. Semoga saja hari ini berjalan sebagai mana mestinya. Sejak dulu ia memang tidak perah menerima kata gagal. Dan kali ini ia juga berharap demikian. Dia harus berhasil, moment tak terlupakan untuk gadisnya harus tampil seindah mungkin.

Tentunya ia juga tau kalau gadisnya sudah terpesona, hanya saja mungkin membuat gadisnya terpesona adalah hal yang sudah sewajarnya terjadi. Itu adalah misinya hingga saat ini. Membuat gadisnya terpesona.

Cerpen cinta Sweety Heart


“Bagaimana perasaanmu?” tanya Farel sambil menatap kearah Savira yang berjalan santai disampingnya. Tidak lupa gengaman tangan mereka yang saling menghangatkan membuat suasana semakin terasa nyaman.

“Senang, Tentu saja. Kamu sudah sukses membuatku hampir jantungan dengan semua kejutan-kejutan yang terjadi. Menyewa restaurant semahal itu, mengajakku keliling taman hiburan, menyaksikan kembang api, menyanyikan sebuah lagu, dan sekarang membiarkanku lebih lama bersamamu. Tentu saja perasaanku senang.” Jawab Savira masih dengan senyumannya. Membuat Farel ikutan tersenyum senang.

“Masih ada satu kejutan lagi untukmu,” balas Farel dengan senyum misteriusnya.

“Oh ya, apa itu? Jangan membuatku takut,” kata Savira dengan tatapan penuh kecurigaan.

“Apa yang kamu takutkan, tenang saja. Aku tidak akan membuatmu sampai pingsan,” Farel menenangkan.

“Setauku, seseorang akan menjadi lebih baik jika dia menginginkan sesuatu. Dan semakin kamu baik, aku semakin curiga kalau kamu berniat untuk meninggalkanku setelahnya. Setidaknya begitulan yang aku lihat di drama-drama,” jawab Savira yang membuat Farel langsung tersenyum geli.

“Fikiran aneh macam apa itu, hanya ada dua kemungkinan untuk seseorang yang menjadi lebih baik, mungkin benar apa yang kamu katakan sebelumnya tapi alasan kedua bisa saja dia menginginkan hal sebaliknya bukan?” Farel memberikan pemikiran yang berbeda.

“Emm, bener juga si. Baiklah, apa kejutan terakhir untukku?” tanya Savira penuh semangat.

“Tunggu sebentar lagi, kejutannya ada di ujung jalan sana,” Jawab Farel sambil menunjuk kedepan, tidak jauh dari keberadaan mereka. Savira mempercepat langkahnya, tidak sabar untuk mengetahui kejutan apa lagi yang akan ia terima dari pria itu.

Dan mulutnya langsung menganga kaget begitu melihat apa yang di depannya, suaranya seolah tidak bisa keluar dan senyuman lebar langsung dipamerkannya, bahkan Farel yakin kalau gadis itu bahkan nyaris melonjak sangkin senangnya, melihat itu Farel tersenyum senang, dan melangkah santai mendekati gadisnya, Savira masih menatap kearah depan dan bergantian menatap kearah Farel, begitu banyak kalimat yang ingin ia katakan namun semunya tidak bisa terucap.

“Bagaimana?” tanya Farel setelah tiba di sisi gadisnya, Savira tampak masih terkejut dan secara refles, Farel menopang tubuh gadisnya yang tampak lemas. Bahkan ia nyaris tertawa melihat tingkah itu, ekspresi yang diluar dugaan setidaknya dia berhasil membuat gadisnya merasakan apa yang ia rasakan kemaren lalu.

“Akkkuu...” Savira masih belum bisa menemukan pita suaranya kembali, dan perlahan ia menatap kearah depannya. Tepat begitu banyak bunga berwarna-warni yang tertata rapi disana, bukan Cuma itu bahkan bunga-bunga yang tersusun itu juga berbentuk hurup yang dirangkai menjadi sebuah kalimat ‘Will You Marry Me’ besar-besar disana.

“Perlu duduk dulu untuk menstabilkan tubuhmu dulu?” tawar Farel sambil tersenyum geli, senang melihat gadisnya yang terpesona akan kelakuannya, bahkan ia tidak merasa takut saat Savira menatap tajam kearahnya, sepertinya tenaga gadis itu masih belum cukup besar untuk membalas perkatannya.

“Baiklah, baiklah... aku menyerah. Sini bersandar padaku saja kalau begitu,” kata Farel sambel meraih tubuh gadisnya semakin mendekat. “Meskipun mungkin aku memang tidak keberatan dengan pelukan ini, dan aku juga sudah tau dengan apa pun jawabanmu untuk pertanyaan ini. Tapi aku juga membutuhkan kata itu keluar dari mulutmu,” lanjutnya.

“Sudah tau dengan apa jawabanku?” tanya Savira sambil berdiri tegap, sepertinya kekuatannya sudah lumayan pulih mendengar kata-kata menyebalkan itu dari pria yang di sukainya.

“Tentu saja, karena hanya ada tiga jawaban disini,” balas Farel dengan bangganya. Savira menatap bingung kearahnya dengan pandangan menyipit, bagaimana bisa ada tiga? Iya, tidak dan tunggu? Atauu...

“Apa saja ketiga itu?” tanya Savira bingung.

“Iya, dan kita akan menikah. Tidak, dan aku akan memaksamu untuk menikah. Atau tunggu, kita pasti akan menikah,” jawab Farel dengan tampang menyakinkan dan tentu saja Savira tidak bisa menahan tawanya mendengar pilihan itu, sejak kapan ada orang yang melamar dengan kalimat seperti itu.

“Kalau kamu melamar dengan cara seperti itu, buat apa dengan semua rencana-rencana ini. Toh buktinya kamu tidak menerima jawaban tidak,” keluh Savira cemberut.

“Aku sudah bilang kalau aku akan membalasmu merasakan hal yang sama seperti kamu mengejutkan ku kemaren bukan? Dan ini salah satu caranya, buktinya aku mendapatkan apa yang aku mau. Jadi apa jawabanmu?” tanya Farel, “Ah ada yang tertinggal, untuk pilihan terakhir, Tunggu dan kita pasti akan menikah. Itu artinya kamu ingin berada dipelukanku selamanya,” lanjutnya sambil menarik tubuh gadisnya kedalam pelukannya.

Savira tersenyum dalam pelukan pria itu, benar-benar pria ini memang sangat mahir dalam membuatnya terpesona. Bahkan dengan cara ini pun dia masih terpesona dengan pria itu, perlahan kepalanya mengangguk memberikan jawaban atas pertanyaan pria itu.

“Baiklah, aku mau menikah denganmu. Karena sepertinya hanya jawaban itu saja yang paling aman.” Ucap Savira akhirnya, membuat Farel tersenyum lebar.

“Bagus, pilihan yang tepat. Kalau begitu ayo kita menikah,” kata Farel dan membawa gadisnya meninggalkan tempat itu. Menggenggam erat tangan gadisnya. Mungin memang akhir yang bahagia untuk kisahnya.

Ending...

Oke guys, udah buntu kali ini kayaknya. Nggak bisa lagi buat nentuin ending gimana, mau gaje juga sebodo deh. Ketemu di cerpen selanjutnya saja ya.

Detail cerpen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar