Setelah sebelumnya admin posting cerpen judulnya 'Jadilah Pacarku' kali ini admin lanjut lagi ke cerpen cinta love at first sight.
Salah satu cerpen yang masih belum ketemu sama yang namanya ending, yaudah guysh langsung aja ya. Untuk yang sudah lupa sama part sebelumnya, bisa langsung dicek disini. Happy reading...
Drrttt..
Hanphoneku bergetar tanda pesan whatshapp, namun aku mengabaikannya. Bukan hanya karena saat ini aku sedang tidak ingin melakukan apapun. Tapi juga karena aku tidak ingin melihat pesan dihapeku. Sengaja 43 pesan dari Revan sama sekali belum kubaca.
Sudah hampir dua minggu berlalu sejak aku menghindari Revan, sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengannya, namun hal itu ternyata malah membuatku makin merindukannya. Rasa sakit karena tidak bertemu dengannya justru semakin bertambah parah saat aku mendengar gosip kedekatannya dengan Aura. Bahkan untuk berharap saja aku tidak diizinkan.
‘Sebagai penipu hati, kau telah gagal...’
Kali ini suara ‘Tata Janeta’ yang menyanyikan ‘Penipu Hati’ terdengar nyaring dihanphoneku menandakan adanya panggilan masuk, aku mengabaikannya hingga lagu itu selesai namun kemudian kembali berbunyi. Kesal karena tiga panggilan tidak membuat sang penelepon menyerah membuatku meraih ponsel dan memutuskan untuk menjawabnya.
"Eh busyet dah, udah kayak artis aja. Gila ya, diChat kagak dibales ditelfon kagak diangkat," Aku menjauhkan Hanphone ditanganku dari telinga yang tampak berdenging mendengar semprotan gadis ini, bahkan aku belum sempat menjawab 'Hallo' untuk menjawab panggilannya. Aku melihat layar hanphoneku yang tertera nama ‘Cherry’ sebagai sang penelfon.
"Ngapain sih pagi-pagi udah marah-marah. Cepet tua baru tau kamu, mengganggu tidurku saja," balasku sedikit kesal setelah kembali mendekatkan hanphoneku ketelinga.
"Pagi? Astaga Devi, ini sudah jam 1 siang tau. Ngapain saja liburan dikamar mulu, " kata Cherry tanpa memperdulikan kekesalanku, Aku melirik jam yang tertera didinding.
Benar, ternyata sudah jam 1 siang. Pantas saja perutku terasa lapar, dari tadi memang aku habiskan hanya dikamar. Selain karena sedang malas untuk melakukan apapun, hari minggu memang sebaiknya dinikmati untuk istirahat. Namun bukannya tambah fit, tubuhku malah terasa lemas semua. Apa ini efek terlalu sering mengurung diri dikamar, atau memang semangatku yang entah menguap kemana. Yang jelas, kamarku terasa lebih horor daripada hatiku sendiri. Jendela tampak masih tertutup semua dan pakaian kotor juga tampak berserakan dilantai, bahkan lampu kamarku tidak menyala, benar-benar terlihat tidak terawat. Wajar saja karena aku mengabaikannya selama dua minggu terakhir.
"Eh ini anak, diajak ngomong malah bengong. Kesambet setan jomblo baru tau," ucapan Cherry membuatku tersadar dari lamunanku, ini anak kalau ngomong memang suka ngasal aja.
"Sorry, perutku laper. Jadi nggak konsentrasi, apa tadi?" tanyaku mengalah. Tidak membalas ucapannya seperti biasa, selain nggak mood untuk melakukan apapun, aku juga sedang tidak ingin bicara.
"Aku bilang, sebentar lagi aku akan kerumahmu. Jangan lupa minta Olive untuk datang kerumahmu juga, ada yang ingin aku perlihatkan untuknya," kata Cherry yang membuat keningku berkerut samar. Baiklah, beberapa kali Cherry memang sempat bertemu Olive saat gadis itu sedang main dirumaku, tapi aku tidak pernah melihat mereka seakrab itu sampai memberikan sesuatu. Tunggu, bahkan aku yang menjadi sahabatnya juga tidak pernah diberikan apapun. Tidak adil!
"Tenang saja, ini sebenarnya buat kita. Tapi subjectnya saja hadiah buat Olive, karena aku yakin yang akan senang dengan hadiah ini malah kita berdua. Oke,?" jawaban Cherry membuatku semakin mengerutkan kening penasaran, sepertinya aku menyuarakan apa yang aku fikirkan tadi.
"Baiklah, aku akan meminta Olive kesini, dan awas saja kalau itu tidak benar-benar menarik," Ancamku.
"Aku janji, yasudah aku OTW sekarang," tutup Cherry dengan semangat.
Aku menghembuskan nafas pelan, mungkin kehadiaran dua makhluk itu akan sedikit lebih baik. Perlahan aku mengetik nomor Olive untuk memastikan Olive akan datang, kemudian aku berusaha untuk mengumpulkan semua tenaga yang tersisa untuk membersihkan kamarku, meskipun Cherry bilang OTW, tapi aku sangat hafal dengan kebiasaan gadis itu yang pastinya akan datang hampir 2 jam kedepan. Entah karena dia termasuk cewek yang hobi lama-lama dijalanan atau justru karena Otw yang dia maksud kekamar mandi untuk bersiap-siap. Yahh, otw memang banyak maksudnya bukan?
"Sama siapa kamu?" tanyaku saat Cherry muncul diambang pintu kamarku dengan membawa sesuatu yang aku sendiri tidak tau isinya. Persegi empat besar namun tipis, lukisankah?
"Olive mana?" Cherry mengabaikanku dan malah balik bertanya, aku mencibir mendengar pertanyaan itu. Ini anak antusias dengan hadiah untuk Olive atau sengaja nggak mau ngasi tau siapa yang tadi mengantarnya. Karena tadi saat aku melihat dari balik gorden kedatangannya diantar seorang cowok menggunakan motornya, melihat dari jarak yang lumayan jauh terlebih tu cowok hanya membuka kaca Helmnya tentu saja aku tidak tau siapa cowok yang bersama Cherry ini.
"Aku disini," jawaban seseorang yang kali ini muncul diambang pintu dengan nampan berisi air minum dan cemilan membuatku dan Cherry menoleh. Olive melangkah menghampiriku dan Cherry yang duduk diatas ranjang kamarku. Sengaja aku memintanya untuk mengambil minum sendiri dan terserah mau mengambil apapun makanan yang ada dilemari dapurku. Selain karena memang aku sedang malas bergerak Saat ini dirumah juga lagi kosong, kak Randy nggak tau keluar kemana, sementara kedua orang tuaku tadi mengatakan untuk keluar bersama menikmati hari minggu. Bikin iri saja, keromantisan kedua orang itu membuatku semakin miris saja mengingat apa yang terjadi dalam hidupku.
"Jadi mana Hadiahku?" tanya Olive sambil menyodongkan tanganya setelah ikutan duduk diatas kasur. Cherry tampak tersenyum misterius, membuatku kali ini melirik curiga kearahnya. Tau dengan pasti keisengan gadis ini saat senyuman itu bertengger dibibirnya. Karena dulu, pertama kali aku bertemu dengan gadis ini juga karena senyum yang sama. Senyuman yang sama yang dia tunjukkan setelah kemudian membuatku hampir terkena serangan jantung dua kali.
Biar aku ceritakan sedikit, awal pertemuanku dengan Cherry beberapa tahun yang lalu, saat it aku dibuat hampir terkena serangan jantung karena keisengan teman sekelasku, Renold. Saat pelajaran olahraga menakut-nakuti aku dan anak-anak lainnya dengan cacing ditangannya. Atau sebenarnya kalau aku ingat kembali dia juga menggunakan daun untuk membawa cacing itu kemana-mana. Kesal dengan ulah kekanak-kanakannya yang membuatku histeris, aku menangis dibelakang sekolah.
Saat itulah Cherry menghampiriku, dia selaku kakak kelas di SMP yang sama denganku menanyakan keadaanku, entah karena memang dia gadis yang menyenangkan diajak curhat, atau karena aku yang sedang butuh teman berbagi, tanpa sadar aku menceritakan semua yang terjadi. Tentu saja aku ditertawakan dengan cerita itu, yang saat itu aku masih duduk dikelas 1 SMP, meskipun bertambah kesal namun aku tidak bisa membalasnya. Tapi kemudian senyuman minsterius itu bertengger dibibir manisnya.
Dan Tarrraaa... setelah berhasil membawaku menunjukkan siapa yang menakut-nakutiku, gadis ini dengan berani menghampiri Renold dan tanpa ucapan sepatah katapun memasukkan cacing kedalam baju Renold dengan menggunakan cacing yang sejak tadi digunakan Renold untuk menakut-nakuti temen-temenku yang lain. Hasilnya jelas, selain jadi bahan tertawaan karena Reaksi renold yang menjerit histeris juga berhasil membuat pria itu bertobat dengan paksa.
Namun kesenangan itu tidak bertahan lama, karena saat aku menyadari sesuatu senyuman minsterius Cherry berlaih kearahku dan yaahhh itu pertama kalinya aku tau kalau Cherry berbakat untuk melukis. Karena ia menggunakan bakatnya itu dengan melukis wajahku dengan jelas yang sedang menangis dibelakang sekolah ulah dari kejahilan Renold sebelumnya, dan lukisan itu dijadikan ancaman hingga saat ini untuk menuruti kemauan gadis itu, memang bukan hal buruk yang diminta, namun tetap saja. Senyuman misterius Cherry bukan pertanda baik, dan kali ini aku merasakan firasat buruk.
"Devi?" sentuhan dibahuku membuatku menoleh kearah Cherry yang menatap penuh tanya "Kok malah melamun, mau lihat ini nggak?" lanjutnya sambil menyodorkan bingkisan yang tadi dibawanya.
“Aku hanya sedang mengingat alasan pertamakali kita ketemu, dengan senyuman yang sama. Kali ini apa yang kamu rencanakan?” tanyaku dengan pandangan menyipit kearah Cherry yang malah menunjukkan senyumannya.
“Yahh, hanya sesuatu yang menurutku pantas untuk dijadikan hiburan. Lagian memangnya kamu tidak penasaran dengan apa yang menjadi kejutan untuk sahabatmu?” jawab Cherry yang kali ini membuat Olive sendiri menatap penasaran tanpa tau apa yang terjadi.
“Baiklah,” ucapku akhirnya setelah berfikir sesaat. Sejahil-jahilnya Cherry selama ini, aku yakin dia tidak pernah berfikir buruk. Setidaknya sejauh aku mengenalnya memang bergitu, sedikit demi sedikit aku merobek kertas pembungkus bingkisan ditanganku, dan perlahan aku melihat isinya. Kaget, tatapan tajam langsung terjurus pada Olive sementara yang ditatap justru melihatku penuh tanya. Dan sepertinya berbagai pertanyaan melayang jelas dalam ingatanku.
“Jelaskan padaku, apa yang terjadi antara kamu dan David?” hanya satu kalimat itu yang mampu kutanyakan, tanpa memperdulikan kerutan didahi Cherry. Satu yang pasti gadis ini tampak kaku mendengar pertanyaanku yang langsung kuyakini bahwa ada sesuatu yang terlewat telah terjadi. Astaga, Olive dan David? TIDAK!!!
Bersambung
Berlanjut ke cerpen cinta love at first sight part 15
Detail cerpen Love at Firs Sight
Salah satu cerpen yang masih belum ketemu sama yang namanya ending, yaudah guysh langsung aja ya. Untuk yang sudah lupa sama part sebelumnya, bisa langsung dicek disini. Happy reading...
Cerpen Cinta Love at First Sight ~ Part 14 |
Love at First Sight
Drrttt..
Hanphoneku bergetar tanda pesan whatshapp, namun aku mengabaikannya. Bukan hanya karena saat ini aku sedang tidak ingin melakukan apapun. Tapi juga karena aku tidak ingin melihat pesan dihapeku. Sengaja 43 pesan dari Revan sama sekali belum kubaca.
Sudah hampir dua minggu berlalu sejak aku menghindari Revan, sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengannya, namun hal itu ternyata malah membuatku makin merindukannya. Rasa sakit karena tidak bertemu dengannya justru semakin bertambah parah saat aku mendengar gosip kedekatannya dengan Aura. Bahkan untuk berharap saja aku tidak diizinkan.
‘Sebagai penipu hati, kau telah gagal...’
Kali ini suara ‘Tata Janeta’ yang menyanyikan ‘Penipu Hati’ terdengar nyaring dihanphoneku menandakan adanya panggilan masuk, aku mengabaikannya hingga lagu itu selesai namun kemudian kembali berbunyi. Kesal karena tiga panggilan tidak membuat sang penelepon menyerah membuatku meraih ponsel dan memutuskan untuk menjawabnya.
"Eh busyet dah, udah kayak artis aja. Gila ya, diChat kagak dibales ditelfon kagak diangkat," Aku menjauhkan Hanphone ditanganku dari telinga yang tampak berdenging mendengar semprotan gadis ini, bahkan aku belum sempat menjawab 'Hallo' untuk menjawab panggilannya. Aku melihat layar hanphoneku yang tertera nama ‘Cherry’ sebagai sang penelfon.
"Ngapain sih pagi-pagi udah marah-marah. Cepet tua baru tau kamu, mengganggu tidurku saja," balasku sedikit kesal setelah kembali mendekatkan hanphoneku ketelinga.
"Pagi? Astaga Devi, ini sudah jam 1 siang tau. Ngapain saja liburan dikamar mulu, " kata Cherry tanpa memperdulikan kekesalanku, Aku melirik jam yang tertera didinding.
Benar, ternyata sudah jam 1 siang. Pantas saja perutku terasa lapar, dari tadi memang aku habiskan hanya dikamar. Selain karena sedang malas untuk melakukan apapun, hari minggu memang sebaiknya dinikmati untuk istirahat. Namun bukannya tambah fit, tubuhku malah terasa lemas semua. Apa ini efek terlalu sering mengurung diri dikamar, atau memang semangatku yang entah menguap kemana. Yang jelas, kamarku terasa lebih horor daripada hatiku sendiri. Jendela tampak masih tertutup semua dan pakaian kotor juga tampak berserakan dilantai, bahkan lampu kamarku tidak menyala, benar-benar terlihat tidak terawat. Wajar saja karena aku mengabaikannya selama dua minggu terakhir.
"Eh ini anak, diajak ngomong malah bengong. Kesambet setan jomblo baru tau," ucapan Cherry membuatku tersadar dari lamunanku, ini anak kalau ngomong memang suka ngasal aja.
"Sorry, perutku laper. Jadi nggak konsentrasi, apa tadi?" tanyaku mengalah. Tidak membalas ucapannya seperti biasa, selain nggak mood untuk melakukan apapun, aku juga sedang tidak ingin bicara.
"Aku bilang, sebentar lagi aku akan kerumahmu. Jangan lupa minta Olive untuk datang kerumahmu juga, ada yang ingin aku perlihatkan untuknya," kata Cherry yang membuat keningku berkerut samar. Baiklah, beberapa kali Cherry memang sempat bertemu Olive saat gadis itu sedang main dirumaku, tapi aku tidak pernah melihat mereka seakrab itu sampai memberikan sesuatu. Tunggu, bahkan aku yang menjadi sahabatnya juga tidak pernah diberikan apapun. Tidak adil!
"Tenang saja, ini sebenarnya buat kita. Tapi subjectnya saja hadiah buat Olive, karena aku yakin yang akan senang dengan hadiah ini malah kita berdua. Oke,?" jawaban Cherry membuatku semakin mengerutkan kening penasaran, sepertinya aku menyuarakan apa yang aku fikirkan tadi.
"Baiklah, aku akan meminta Olive kesini, dan awas saja kalau itu tidak benar-benar menarik," Ancamku.
"Aku janji, yasudah aku OTW sekarang," tutup Cherry dengan semangat.
Aku menghembuskan nafas pelan, mungkin kehadiaran dua makhluk itu akan sedikit lebih baik. Perlahan aku mengetik nomor Olive untuk memastikan Olive akan datang, kemudian aku berusaha untuk mengumpulkan semua tenaga yang tersisa untuk membersihkan kamarku, meskipun Cherry bilang OTW, tapi aku sangat hafal dengan kebiasaan gadis itu yang pastinya akan datang hampir 2 jam kedepan. Entah karena dia termasuk cewek yang hobi lama-lama dijalanan atau justru karena Otw yang dia maksud kekamar mandi untuk bersiap-siap. Yahh, otw memang banyak maksudnya bukan?
Love at First Sight
"Sama siapa kamu?" tanyaku saat Cherry muncul diambang pintu kamarku dengan membawa sesuatu yang aku sendiri tidak tau isinya. Persegi empat besar namun tipis, lukisankah?
"Olive mana?" Cherry mengabaikanku dan malah balik bertanya, aku mencibir mendengar pertanyaan itu. Ini anak antusias dengan hadiah untuk Olive atau sengaja nggak mau ngasi tau siapa yang tadi mengantarnya. Karena tadi saat aku melihat dari balik gorden kedatangannya diantar seorang cowok menggunakan motornya, melihat dari jarak yang lumayan jauh terlebih tu cowok hanya membuka kaca Helmnya tentu saja aku tidak tau siapa cowok yang bersama Cherry ini.
"Aku disini," jawaban seseorang yang kali ini muncul diambang pintu dengan nampan berisi air minum dan cemilan membuatku dan Cherry menoleh. Olive melangkah menghampiriku dan Cherry yang duduk diatas ranjang kamarku. Sengaja aku memintanya untuk mengambil minum sendiri dan terserah mau mengambil apapun makanan yang ada dilemari dapurku. Selain karena memang aku sedang malas bergerak Saat ini dirumah juga lagi kosong, kak Randy nggak tau keluar kemana, sementara kedua orang tuaku tadi mengatakan untuk keluar bersama menikmati hari minggu. Bikin iri saja, keromantisan kedua orang itu membuatku semakin miris saja mengingat apa yang terjadi dalam hidupku.
"Jadi mana Hadiahku?" tanya Olive sambil menyodongkan tanganya setelah ikutan duduk diatas kasur. Cherry tampak tersenyum misterius, membuatku kali ini melirik curiga kearahnya. Tau dengan pasti keisengan gadis ini saat senyuman itu bertengger dibibirnya. Karena dulu, pertama kali aku bertemu dengan gadis ini juga karena senyum yang sama. Senyuman yang sama yang dia tunjukkan setelah kemudian membuatku hampir terkena serangan jantung dua kali.
Biar aku ceritakan sedikit, awal pertemuanku dengan Cherry beberapa tahun yang lalu, saat it aku dibuat hampir terkena serangan jantung karena keisengan teman sekelasku, Renold. Saat pelajaran olahraga menakut-nakuti aku dan anak-anak lainnya dengan cacing ditangannya. Atau sebenarnya kalau aku ingat kembali dia juga menggunakan daun untuk membawa cacing itu kemana-mana. Kesal dengan ulah kekanak-kanakannya yang membuatku histeris, aku menangis dibelakang sekolah.
Saat itulah Cherry menghampiriku, dia selaku kakak kelas di SMP yang sama denganku menanyakan keadaanku, entah karena memang dia gadis yang menyenangkan diajak curhat, atau karena aku yang sedang butuh teman berbagi, tanpa sadar aku menceritakan semua yang terjadi. Tentu saja aku ditertawakan dengan cerita itu, yang saat itu aku masih duduk dikelas 1 SMP, meskipun bertambah kesal namun aku tidak bisa membalasnya. Tapi kemudian senyuman minsterius itu bertengger dibibir manisnya.
Dan Tarrraaa... setelah berhasil membawaku menunjukkan siapa yang menakut-nakutiku, gadis ini dengan berani menghampiri Renold dan tanpa ucapan sepatah katapun memasukkan cacing kedalam baju Renold dengan menggunakan cacing yang sejak tadi digunakan Renold untuk menakut-nakuti temen-temenku yang lain. Hasilnya jelas, selain jadi bahan tertawaan karena Reaksi renold yang menjerit histeris juga berhasil membuat pria itu bertobat dengan paksa.
Namun kesenangan itu tidak bertahan lama, karena saat aku menyadari sesuatu senyuman minsterius Cherry berlaih kearahku dan yaahhh itu pertama kalinya aku tau kalau Cherry berbakat untuk melukis. Karena ia menggunakan bakatnya itu dengan melukis wajahku dengan jelas yang sedang menangis dibelakang sekolah ulah dari kejahilan Renold sebelumnya, dan lukisan itu dijadikan ancaman hingga saat ini untuk menuruti kemauan gadis itu, memang bukan hal buruk yang diminta, namun tetap saja. Senyuman misterius Cherry bukan pertanda baik, dan kali ini aku merasakan firasat buruk.
"Devi?" sentuhan dibahuku membuatku menoleh kearah Cherry yang menatap penuh tanya "Kok malah melamun, mau lihat ini nggak?" lanjutnya sambil menyodorkan bingkisan yang tadi dibawanya.
“Aku hanya sedang mengingat alasan pertamakali kita ketemu, dengan senyuman yang sama. Kali ini apa yang kamu rencanakan?” tanyaku dengan pandangan menyipit kearah Cherry yang malah menunjukkan senyumannya.
“Yahh, hanya sesuatu yang menurutku pantas untuk dijadikan hiburan. Lagian memangnya kamu tidak penasaran dengan apa yang menjadi kejutan untuk sahabatmu?” jawab Cherry yang kali ini membuat Olive sendiri menatap penasaran tanpa tau apa yang terjadi.
“Baiklah,” ucapku akhirnya setelah berfikir sesaat. Sejahil-jahilnya Cherry selama ini, aku yakin dia tidak pernah berfikir buruk. Setidaknya sejauh aku mengenalnya memang bergitu, sedikit demi sedikit aku merobek kertas pembungkus bingkisan ditanganku, dan perlahan aku melihat isinya. Kaget, tatapan tajam langsung terjurus pada Olive sementara yang ditatap justru melihatku penuh tanya. Dan sepertinya berbagai pertanyaan melayang jelas dalam ingatanku.
“Jelaskan padaku, apa yang terjadi antara kamu dan David?” hanya satu kalimat itu yang mampu kutanyakan, tanpa memperdulikan kerutan didahi Cherry. Satu yang pasti gadis ini tampak kaku mendengar pertanyaanku yang langsung kuyakini bahwa ada sesuatu yang terlewat telah terjadi. Astaga, Olive dan David? TIDAK!!!
Bersambung
Berlanjut ke cerpen cinta love at first sight part 15
Detail cerpen Love at Firs Sight
- Judul cerpen : Love at Firs Sight
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.308 Word
- Serial : Part 14
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar