Cerpen cinta Love at First Sight ~ 09

Lanjurn cinta Love at First Sight yang sepertinya belum ketemu sama yang namanya Ending.

Untuk yang udah penasaran sama gimana cerpen sebelumnya, langsung saja cek disini. Happy reading...

Cerpen cinta Love at First Sight ~ 09
Cerpen cinta Love at First Sight ~ 09

Love at First Sight


“Gimana keadaan kamu Olive?” tanyaku kearah Olive yang masih terlihat pucat, akhir-akhir ini tubuhnya tampak tidak menentu, sepertinya sakit yang ia derita lumayan parah.

“Aku baik-baik saja,” Jawab Olive dan berusaha untuk tersenyum, ketara sekali dari ekpresinya kalau ia sedang memaksakan senyuman itu, meskipun aku tau namun aku tidak membantah. Mungkin memang sebaiknya aku tidak terlalu mencemaskannya, hanya perlu tetap disampingnya menjaganya seperti ini dan memastikan kalau dia baik-baik saja.
“Yaudah, itu pertandingan sebentar lagi akan dimulai, ayo kita lihat,” ajakku kearah Olive yang langsung disambut anggukan olehnya, dengan perlahan aku dan Olive mendekati kerumunan untuk menyemangati team sekolahku di pertandingan sepak bola.

Seperti yang dijanjikan, hari ini adalah pertandingan persahabatan antar SMA, sekolahku sendiri melawan SMA bangsa yang ternyata memiliki banyak siswa juga, terbukti dengan banyaknya kerumunan sebelah kanan yang tampak semangat menjeritkan nama sekolah mereka. Tak lupa juga, spanduk bertulisan untuk memberikan semangat yang tampak berdiri tegak digenggam oleh anak-anak disana.

Nggak mau kalah, sekolahku juga memberikan dukungan yang sama. Bukan hanya pertandingan sepak bola, bahkan childress dari antar sekolah menunjukkan bakatnya masing-masing untuk menyemangati team mereka. Aku melihat kesekeliling, menyapu bersih pandangan disekitarku. Memantau apakah ada yang berbeda dari biasanya.

Mataku terhenti pada dua sosok yang berdiri dilapangan dan tampak sedang berbicara berdua. Siapa lagi kalau bukan David dan Revan, dari jarak lapangan dan tempat yang aku tempati tentu saja aku tidak mendengar apa yang mereka obrolkan, tapi seperti biasa, Revan dengan tatapan dingin dan ekspresi santainya membalas ucapan dari David yang tampak menertawakan dengan pandangan mengejeknya.

Dan entah itu hanya perasaanku saja atau memang demikian, aku melihat David menunjuk kearahku dengan senyum sinis yang ditujukan kearah Revan, meskipun aku tidak mendengar apapun yang diucapkan Revan, tapi aku yakin itu sesuatu yang mengesankan, terbukti dengan David yang tampak menatapnya dengan pandangan membunuh tanpa bisa membalas ucapannya. Bingung, aku mengerutkan alis tanda tidak mengerti.

Aku melihat David langsung berjalan meninggalkan Revan dengan kesal, sementara Revan menatap kearahku, kemudian tersenyum dan aku yakin dengan senyuman itu bisa membangkitkan semangat dan kepercayaan diri yang aku sendiri yakini, bahwa dia ingin menyampaikan padaku, bahwa semua baik-baik saja. Dengan tatapannya aku yakin dia bisa merasakan tatapan bingungku, dan dengan tatapannya juga aku bisa merasakan rasa tenang yang langsung menjalari seluruh tubuhku. Dan sebelum Revan berbalik kearah posisinya karena pertandingan akan dimulai, aku melihatnya mengedipkan sebelah matanya kearahku dan aku masih saja sempat terpesona.

Love at First Sight


Pertandingan berlangsung lebih dari 1 jam, karena team sama-sama kuat. Terbukti dengan 3 ronde permainan, dan dimenangkan oleh sekolahku. Dengan selisih yang cukup minim, Dua kali dimenangkan oleh sekolahku dan scor terakhir 3:2. Dan kemenangan itu juga berakhir karena kehabisan waktu, jadi sebenarnya SMA bangsa tidak benar-benar kalah, mereka masih bisa menang jika saja waktu bisa sedikit berpihak pada mereka.

“Minum dulu Rev,” aku menyodorkan sebotol air mineral kearah Revan yang tampak kelelahan dengan penuh keringat dan handuk ditangan yang berjalan kearahku dan Olive duduk.

“Terimakasih,” ucap Revan sambil menerima air mineral yang aku sodorkan dan langsung meminumnya, sepertinya ia memang cukup kelelahan. Sambil membersihkan wajahnya Revan tampak tersenyum bahagia, tentu saja. Memangnya siapa yang tidak senang kalau memenangkan pertandingan dengan lawan yang ia akui kehebatannya.

“Selamet ya udah menang,” kata Olive sambil tersenyum.

“Terimakasih, tapi team mereka juga nggak kalah kuat kok, kalau bukan karena waktu aku yakin team kami juga tidak bisa menang dan bakal kembali seri,” jawab Revan.

“BDW on the buswey, itu cowok yang dari tadi mengawasaimu siapa? Hampir dua kali dia terjatuh karena tidak bisa mengambil bola darimu, dan dari tatapannya sepertinya dia memiliki dendam terhadapmu,” kata Olive sambil sedikit membisikan kearah ku dan Revan.

“Hampir jatuh dua kali?? Maksudmu dia??” tanya Revan dengan polos sambil menyeka keringat yang masih tampak menetes didahi. Refleks aku dan Olive melirik kesamping dan kaget begitu melihat David yang melangkah kearah dimana kami duduk. Tatapannya tentu saja mengerikan, aku melirik kearah Olive yang tampak menggigit bibirnya dengan takut, harap-harap cemas dan tampak menimbang kira-kira pria itu mendengar ucapannya atau tidak ya?

“Aku belum mengaku kalah,” ucapan David membuatku sedikit berjengit, ini anak masih aja berbicara seenaknya. Tidak ada sopan-sopannya sama sekali, keluhku dalam hati.

“Aku tau, hanya saja tetap secara garis besar. Aku yang menang, yaahh setidaknya kali ini.” balas Revan dengan santai, meskipun begitu aku sangat yakin kalau ia sedang menyembunyikan kesenangannya. Lagi-lagi sifat kedewasaan yang membuatku memujinya, ini anak walaupun sedang senang, tapi tidak di tunjukkan secara gamblang didepan orang yang jelas-jelas sedang frustasi.

“Jangan sambong dulu, aku pastikan ini kali terakhir kamu mengalahkanku,” ancam David penuh penekanan, seolah menahan semua emosi yang ia miliki.

“Dibawa minum dulu gimana Mas...” tawar Olive sambil menyodorkan sebotol air mineral yang masih tertutup, aku melirik kearah Olive, dari ekspresinya sangat sulit untuk ditebak. Entah itu karena dia memang perhatian, atau karena takut David membencinya karena ucapannya tadi.

“Nggak, makasih. Kali aja tuh minum kamu racunin,” sindir David kearah Olive dengan tatapan mengerikan, yang langsung tentu saja membuat Olive diam se diam-diamnya. Ini anak satu memang suka seenaknya aja kalau ngomong. Entah memang karena sifatnya yang begitu, atau hanya karena ia mendengar perkataan Olive tadi.

“Eh, David... Disini aja ternyata. Kita cariin dari tadi juga, nih minum dulu. Kamu pasti haus kan, tadi aku perhatiin pas waktu istirahat langsung ngeloyor pergi aja padahal kata temen-temen yang lain kamu belum ada minum kan?” seseorang membuatku menoleh keasal suara, padahal mulutku udah terbuka siap membalas ucapan menyebalkan dari makhluk songong ini.

“Udah tau begitu, kamu ngapain juga sih disini...” keluh David yang tampak kesal kearah cewek disampingnya. Wajahnya sih nggak asing, tapi siapa ya ini cewek? Kayak seseorang yang aku kenal deh, jangan-jangan ini cewek yang waktu itu.

“Tentu aja nyariin kamu, nih aku bawain air buat kamu. Kamu pasti haus kan, aku tau kamu hari ini udah berjuang dengan semaksimal mungkin, yahh walaupun sepertinya kemenangan belum berpihak pada kita sih, paling nggak kan kamu udah usaha." Cewek itu masih sok manis meskipun jelas-jelas David terlihat risih, kalo nggak salah ini yang namanya Nita kan?

“Nggak usah sok Yess gitu deh,” David tampak tidak mau repot-repot menyembunyikan kekeselannya. Terbukti dengan nada yang ia ucapkan, tapi herannya tuh cewek sama sekali tampak tidak tersinggung, seolah itu memang sudah terjadi sesering mungkin.

“Kamu lagi capek kan pasti, nih minum dulu...” kembali cewek itu menyodorkan sebotol air mineral kearah David dengan senyuman yang masih belum lepas dari bibirnya, aneh kali ini anak. Kalo dari pandanganku sebagai sesama wanita, wajahnya nggak jelek-jelek amet, bahkan tergolong cantik, dan dari dandanannya saja aku bisa menebak kalau dia juga termasuk dari golongan orang berada, tapi kenapa malah nempel mulu sama cowok cungkring ini.

“Aku memang capek, dan lebih capek lagi karena ada kamu. Dan untuk minum, sorry... aku udah ada nih. Tentunya di siapin sama pacar tercantik ku ini,” ucap David sambil meraih air mineral yang tadi di sodorkan Olive dan tentunya juga sambil menatap penuh senyum kearahku, menandakan kalau air minum yang ia terima didapatnya dariku. Jelas, mataku membulat menolak pernyataannya.

“Kamu kok jahat begitu sih sama aku, padahalkan aku udah jauh-jauh membawa air minum ini Cuma buat kamu aja.” Keluh cewek itu sambil cemberut dan tampak sedikit kesal melihat ulah dari David yang tampak seenaknya.

“Kan aku nggak minta, lagian aku cukup kok dengan air minum ini aja. Tentunya aku nggak mungkin ngambil air darimu sementara jelas pacarku ada di depanku seperti ini bukan??” balas David yang kemudian langsung meminum air yang berada ditangannya, aku melirik kearah Olive yang tampak melongo tanpa berkedip seolah menyaksikan drama satu babak.

“Tapi Dav...”

“Cut...” potong Revan yang tentunya langsung menarik perhatian dari ku dan yang lainnya “Adduuhh, aku nggak tau dan nggak mau tau ya untuk urusan apapun yang kalian berdua sedang perdebatkan disini, hanya saja. Kalian berdua tentu boleh melanjutkan apapun yang ingin kalian lakukan setelah kami pergi bukan, ayo Dev kita pergi...” ajak Revan sambil menarik tanganku menjauh. Meninggalkan semua yang ada disana, sementara aku sendiri tentu saja masih belum menyadari apa yang terjadi dan terpaksa mengikuti langkah Revan meninggalkan semua yang tampak tidak sempat mencegah kepergian kami.

Bersambung...

Berlanjut ke love at first sight part 10

Detail cerpen Love at First Sight

Tidak ada komentar:

Posting Komentar