Cerpen Galau Rasa Yang Terpendam

Ehem, admin muncul lagi nih. Kali ini admin mau posting Cerpen Galau Rasa Yang Terpendam.

Rencananya mau dibikin cerpen seri tapi nggak tau deh nanti apakah kisah ini akan berlanjut atau mentok sampai di sini. Ihihihi, dan untuk cerpen sebelumnya Love at First Sight sepertinya kagak tau kapan bakal dilanjut. Happy reading all...

Cerpen Galau Rasa Yang Terpendam
Cerpen Galau Rasa Yang Terpendam

Rasa Yang Terpendam


"Huffh..." Thalita menghembuskan nafas lelah saat langkahnya tiba dikursi kerjanya. Cuaca masih cukup pagi untuk mengeluh namun perasaanya benar-benar sedang tidak bersahabat saat ini. Sekilas dilihatnya bayangan Fardhan yang tadi melewatinya tanpa menoleh sedikitpun kearahnya. Sikap pria itu beberapa hari ini benar-benar membuatnya tidak tenang.

Tepatnya sejak pria itu mungkin sudah tidak mengharapkannya lagi, tiga bulan terakhir kedekatan mereka benar-benar membuat diri Thalita sendiri merasa nyaman. Entah karena sikap pria itu yang mengasikkan atau karena justru dirinya sendiri yang butuh seseorang yang bisa menghibur kekosongan hatinya. Ditempat kerjanya memang bukan hanya satu dua orang saja yang terlihat dekat dengannya, namun entah kenapa ia hanya memberikan pengecualian pada pria itu.

Sebagai salah seorang dari dua Admin wanita dikantornya yang selebihnya pria, mungkin ia termasuk yang sering mendapat banyak perhatian. Entah itu hanya say hello atau bahkan ada yang nekat mengatakan suka padanya. Sejauh ini hal itu sudah biasa terjadi, Ia memaklumi posisinya sebagai wanita meskipun mungkin jauh dari kata cantik setidaknya ia tidak masuk dalam kategori jelek. Atau yaahh mungkin ada saat-saat dirinya terlihat kusut, namun Thalita sendiri termasuk gadis yang menyenangkan.

Thalita ramah pada semua orang, apalagi sebagai karyawati baru ia tidak pernah membeda-bedakan sikapnya untuk teman-teman yang lain. Menurutnya, siapa yang memperlakukannya dengan asyik dia akan berusaha sebaik mungkin membalas hal yang sama, mungkin hal itu juga lah yang membuatnya mendapat gelar 'PHP' dari berbagai kalangan, terlihat seolah memberikan perhatian lebih namun sebenarnya ia hanya menganggapnya sebagai teman.

Tak terkecuali Fardhan, sejak kedatangannya di kantor itu, pria itu lah yang mungkin lebih terlihat memberikan perhatian lebih padanya. Mulai dari sering usil dan mengganggunya, sampai sering menemaninya di kursi kerjanya. Thalita tentu saja tidak keberatan, karena dirinya sendiri merasa nyaman akan itu. Fardhan orang yang menyenangkan, humor nya juga tingkat tinggi. Namun tanpa ia sendiri sadari justru, pria itu lah yang paling ia takutkan.

Caranya memperlakukan Thalita terlihat seolah pria itu mempunyai rasa yang lebih padanya, bahkan dengan gamblangnya pria itu sering mengatakan bahwa ia menyukai Thalita sendiri, namun tentu saja hal itu lah yang membuat Thalita memilih tidak mempercayainya. Memangnya siapa yang akan menyukainya hanya dalam waktu yang sebentar. Selain Fardhan masih ada juga pria yang memberikan perhatian lebih padanya, Ferdy yang menjadi sahabat dekat bagi Fardhan sendiri.

Thalita menduduki kursinya setelah berusaha membuang jauh-jauh fikiran tentang pria itu. Ia harus fokus pada pekerjaannya, dan urusan Fardhan. Ia akan membicarakannya nanti. Bagaimanapun caranya pria itu harus mendengarkannya, dan ia bertekat akan membuang jauh-jauh rasa gensinya dan menyelesaikan permasalahan ini secepatnya. Rasa penasarannya lebih besar dari pada rasa gensinya.

Rasa Yang Terpendam


"Ada apa?" tanya Fardhan kearah Thalita yang duduk didepannya, akhirnya gadis itu bisa juga megajak Fardhan untuk berbicara berdua.

"Jadi, sampai kapan kak Fardhan ingin mendiamkanku?" tanya Thalita langsung, ia tidak bisa berbasa-basi apalagi saat melihat Fardhan yang tampak seolah memaksakan untuk berbicara padanya. Hal itu membuatnya semakin yakin jika ada yang tidak beres dengan kelakuan pria itu.

"Aku tidak melakukanya?" kilah Fardhan meskipun sedikit kaget dengan ucapan gadis itu, tidak menyangka akan mendengar pertanyaan itu dari Thalita.

"Jadi, dua hari terakhir apa yang kakak lakukan?" tanya Thalita kembali, Fardhan terdiam seolah menimbang apa yang seharusnya ia katakan pada gadis itu untuk menjawab pertanyaannya. Terus terang saja ia masih merasa terluka, namun membiarkan gadis itu tau juga bukanlah pilihan yang tepat.

"Mungkin aku sedang tidak mood saja. Perasaanmu aja itu... sungguh, aku tidak mendiamkanmu." Fardhan kembali berkilah.

"Benarkah? Tapi aku tidak yakin. Namun, jika memang aku punya salah. Aku benar-benar minta maaf. Aku sama sekali tidak suka diabaikan, itu membuatku terganggu," ucap Thalita dengan sedikit bergetar. Sepertinya baru kali ini ia minta maaf terang-terangan pada orang lain, Fardhan tanpak menahan tawanya mendengar ucapan gadis itu.

"Nggak kok, kamu tidak salah apa-apa. Perasaanmu aja itu, aku mungkin sedang banyak fikiran. Lagian seharian ini aku hanya tidur dikamar, aku sedang tidak ingin bicara banyak." jawab Fardhan yang membuat Thalita tersenyum sinis.

"Bohong, kalau memang sedang tidak ingin berbicara banyak kenapa itu hanya denganku? Aku perhatikan, kak Fardhan masih bicara seperti biasa dengan yang lain, kenapa hanya aku yang diabaikan. Aku sudah bilang, aku minta maaf jika memang aku melakukan kesalahan," ucap gadis itu. Dan berusaha keras Meredam gemuruh didadanya, tangannya tergenggam erat dibawah kursi karena kegemeteran, entah memang itu karena takut atau karena malu.

"Nggak ada yang salah. Tapi Tha, bukankah aku bukan siapa-siapa untukmu? Selama ini kamu hanya menganggapku bercanda bukan? Dan masih banyak anak lain di kantor yang ramah lainnya, jadi kenapa hanya karena aku mendiamkanmu kamu menjadi uring-uringan. Memangnya siapa aku bagimu? Bukannya kita hanya teman ya??" tanya Fardhan sambil menatap kearah Thalita, melihat apa yang seharusnya ia lihat dimata gadis itu. Thalita terdiam beberapa saat, tidak menyangka akan mendengar pertanyaan itu. Jujur saja, justru ia sendiri belum mendapatkan jawaban yang tepat untuk itu.

"Jadi sudah mengakui kalau kakak memang mendiamkanku? Dan Aku tau kita hanya teman," Jawab Thalita "Namun entah kenapa, aku kesal dengan sikap itu. Yang jelas aku tidak suka diabaikan, terlebih oleh kak Fardhan. Dan kalau pun memang kak Fardhan tetap ingin melanjutkan perang dingin ini. Bolleh saja, asal dengan alasan dan penjelasna yang jelas. Agar aku tau dimana yang salah," Lanjut Thalita akhirnya dengan nada kesal. Dan kali ini Fardhan tidak bisa lagi menahan tawanya, gadis ini benar-benar lucu.

"Baiklah. Aku memang mendiamkanmu, karena aku ingin menenangkan diri. Aku merasa harus melupakanmu, aku takut jika nantinya rasa yang ku punya semakin besar untukmu. Yang bahkan hingga saat ini kamu tidak pernah mengaggapku serius. Aku kesal jika nantinya aku akan semakin baper dengan sikap ramah kamu, yang selalu menanggapi semua ke usilanku, aku takut aku akan semakin ketergantungan denganmu. Karena sejauh ini, rasa sayang ku ke kamu itu nggak main-main." balas Fardhan tegas, dan kali ini ia benar-benar menatap ke arah Thalita, seolah apa yang ia ucapkan benar apa adanya. Jelas saja Thalita terdiam, meskipun ia sudah menduga bahwa ini yang akan pria itu ucapkan namun tetap saja jantungnya berdetak tak terkendali. Bingung bagaimana harus bersikap, apakah ia harus meraih pria itu atau harus melepaskannya.

"Aku..." Thalita tidak bisa meneruskan ucapannya.

"Apakah ada sedikit kemungkinan bahwa kamu juga memiliki perasaan padaku?" tanya Fardhan karena Thalita tidak melanjutkan ucapannya, Thalita terdiam dan menggigit bibir bawahnya. Berfikir keras apa yang harus ia katakan sebagai jawaban dari pertanyaan pria itu. Jujur saja bersama pria itu membuatnya nyaman, dan ia juga menyukai pria itu. Bahkan ia merasa kesal hanya karena diabaikan. Namun mengatakan kalau ia menyukai pria itu juga bukanlah hal yang mudah.

"Emm..." Thalita menarik sebelah alisnya tanpa berani menatap Fardhan dan berfikir keras, dia sama sekali belum mengenal pria itu. Bahkan beberapa waktu yang lalu ia baru saja menolak sahabat dekat pria itu, kemudian ia harus berfikir tentang teman-teman kantornya, dan akhirnya Thalita menatap kearah Fardhan "Enggak," jawabnya.

"Kamu tidak memiliki perasaan apapun padaku,?" tanya Fardhan mengulangi kalimatnya, Thalita menggeleng dan kekesalan Fardhan bertambah, Gadis ini berbohong. "Baiklah, aku sudah memutuskan untuk melupakanmu. Sebelum aku semakin nyaman berada disampingmu, aku tidak mau menjadi lebih baper dan akhirnya sakit hati. Karena aku termasuk orang yang pendendam,"lanjut Fardhan yang membuat Thalita menatapnya kaget namun tetap tidak mampu untuk membantah.

"Jadi kita hanya berteman mulai sekarang?" tanya Thalita memastikan, entah kenapa ada sedikit perasaan tidak rela dalam hatinya namun ia juga tidak mampu untuk membantah "Atau apakah berteman saja dilarang, apakah kakak akan tetap mendiamkanku?" Lanjutnya.

"Tidak, aku akan menegurmu nanti. Namun hanya sebatas itu, aku tidak akan menganggumu lagi, tidak akan mengusilimu lagi. Dan aku akan melupakan rasa ini selagi masih belum telambat. Jujur saja, selama ini aku merasa, kamu anaknya nyaman. Dan ini terserah kamu mau percaya atau nggak, kamu itu idaman banyak pria. Dan kejombloan kamu itu bukan karena tidak ada yang mencintaimu, namun karena kamu sendiri yang tidak bisa membuka hatimu. Aku tentu saja merasa sedikit menyesal tentang ini," kata Fardhan serius.

"Menyesal karena pernah menyukaiku." kata Thalita dengan nada sebuah pernyataan, bukan pertanyaan.

"Bukan, aku menyesal karena tidak bisa menyakinkanmu. Mungkin memang bukan aku yang kamu tunggu, atau mungkin aku yang tidak pantas untukmu. Dengar, aku hanya sekedar memberi masukan. Aku tidak menyalahkan sikapmu, tapi tolong kedepannya jangan membiarkan seseorang menganggapmu tertarik dengannya hanya karena sikapmu. Makanya gelar PHP selalu melekat padamu, setiap pria memang sudah sewajarnya untuk menggoda, namun kamu juga harus tau kelanjutan dari godaan itu tergantung sikap wanita yang menaggapinya. Karena awalnya, entah aku memang ke ge-eran atau apa, yang jelas aku yakin kamu juga menyukaiku meskipun sedikit. Aku yakin itu, tapi kamu lebih memilih untuk tidak mengakuinya." Balas Fardhan.

"Aku hanya bersikap sebagaimana baiknya. Agar tidak ada yang menganggapku sombong atau sok jual mahal," Thalita bela diri.

"Itu hak kamu, aku juga tidak melarang. Aku nggak maksain juga kamu harus suka sama aku, tapi setidaknya kamu nggak boleh berbohong. Kamu sendiri tidak jujur dengan apa yang kamu rasa. Bagaimana bisa perasaanmu bisa tenang, aku sudah menjelaskan padamu kenapa aku mendiamkanmu, tapi kamu sendiri tidak bisa jujur dengan apa yang kamu rasa. Karena aku sayang kamu, bukan sebagai bercandaan. Kamu salah jika mengaggapku hanya main-main dengan ketidak seriusan, kamu belum mengenalku dengan baik." ucap Fardhan tegas. Thalita terdiam, ia lebih memilih diam dari pada melanjutkan kebohogannya.

"Sudah kan??? aku harap dengan ini perasaanmu bisa menjadi lebih baik. Tenang saja, nanti aku pasti akan menyapamu kembali, tapi mungkin tidak akan seramah biasanya, aku harus menjaga jarak darimu agar tidak semakin tergantungan padamu. Kalau begitu aku permisi..." lanjut Fardhan dan meninggalkan tempat duduknya, Thalita masih terdiam.

Ingin rasanya menahan kepergian pria itu, namun ia juga tidak punya cukup alasan untuk malakukannya. Sama hal nya dengan ia tidak cukup mental untuk meraih tangan pria itu, ia tidak akan meraih tangan pria itu karena dia sendiri tidak yakin apakah ia bisa untuk menggenggamnya. Ia juga tidak akan mengatakan pada pria itu jika ia menyukainya, karena pria itu sendiri ingin melupakannya. Mungkin memang sebaiknya ia menerima dan kembali berjalan seperti seharusnya sebelum mengenal pria itu.

Thalita sendiri memang menyukai pria itu, mungkin juga sayang. Namun salah kah jika ia harus memendam rasa yang ia punya??? ~ Dan entah dari mana datangnya Viera datang dengan membawakan lagu Rasa ini.

Ending...

Hahahhaha Nggak jelas banget kahh??? Sebodo amet, Hufh... Ketemu di cerpen selanjutnya saja yaaa...

Detail cerpen Rasa Yang Terpendam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar