Haiii, admin muncul lagi nih. Dan tentunya masih dengan tema yang sama. Cerbung Mr Hero vs Mrs Zero walau belum ketemu sama yang namanya ending, tapi sejauh ini sudah ada bayang-bayang sih ini cerbung mau dibawa kemana. Kekekeke (Ketawa jahat)
Oke, langsung aja deh ya dari pada kebanyakan curcol nggak guna. Buat yang sudah lupa sama part sebelumnya, jangan lupa dilirik lagi Mr Hero vs Mrs Zero part 08. Happy reading yaahhh...
“Weehhh ada kabar apaan nih, tumben senyum loe cerah begitu?” tanya Dion saat David memasuki kelasnya, bahkan pria itu sampai repot-report menenteng plastik ditangannya yang saat teman-temannya merampok mengetahui kalau 3 bungkus nasi goreng didalamnya, tak lupa juga air minum dan beberapa cemilan lainnya.
“Menang lotre,” jawab David ngasal dan menjatuhkan dirinya dikursi dimana Dion dan Hendra berada, kedua sahabatnya langsung berdiri menghampirinya.
“Lotre apaan? Berapa banyak? Sejak kapan loe doyan pasang lotre? Loe kapan mainnya? Berapa banyak yang sudah loe habisan? Waaahh kok loe nggak ngajak kita, bagi-bagi donk...” rentetan ucapan kedua sahabatnya membuat David semakin tersenyum cerah.
“Udah, sarapan aja loe pada sono. Ntar keburu kelas masuk lagi, bentar lagi bel loh. Gue udah sengaja datengnya lebih cepet ini demi loe pada...” kata David sok membanggakan diri namun teman-temannya langsung menyetujui dengan mengikuti perintahnya, sambil bersorak senang dan tak lupa mengucapkan terimakasih, Dion dan Hendra membuka bungkus nasi goreng yang dibawa David sebelumnya, kemudian mereka bertiga menikmati sarapan yang memang tumben-tumbenan terjadi. Tak lepas juga umpatan sadis yang diucapkan teman-temannya saat David tidak mengatakan keberuntungan apa yang didapatkannya.
“Gue anter loe pulang ya,” ucap David saat Olive melangkah keluar dari toko bukunya setelah menyelesaikan pekerjaannya, beberapa hari terakhir memang pria itu terus saja malah bertambah sering berkeliaran dalam kesehariannya, Olive sendiri sudah tidak tau lagi bagaimana untuk menghadapi pria itu selain menurutnya, yahh setidaknya pria itu masih bisa diajak kompromi, maksudnya dia tidak terlalu menjengkelkan.
Mungkin malah bisa dikatakan kalau pria itu justru sedikit demi sedikit membuatnya lebih merasa nyaman, entah karena biasa atau jelas pria itu tidak menerima penolakan. David akan menjemput Olive sepulang sekolah, dan terus menghabiskan waktu ditoko buku miliknya, kemudian ia dengan suka rela menawarkan untuk mengantar gadis itu, Olive sendiri kadang sempat berfikir, bagaimana pria itu bisa terus sering menjemputnya, padahal jelas meskipun sekolah mereka tidak berjauhan, untuk ukuran waktu pelajaran setiap sekolah itu sama, dan Olive selalu mendapati pria itu telah menunggunya.
“Nggak belum mau balik,” jawab Olive yang entah kenapa malah mendapat senyuman cerah David “Dan gue lebih nggak ada niat buat jalan sama loe dulu,” lanjutnya sebelum David sempat berkomentar, dan secepat senyuman itu bertengger, secepat itu pula senyuman itu lenyap.
“Lalu, loe mau kemana? Besok udah hari minggu loh, otomatis ini sabtu malam kalo loe menolak mengatakan ini malam minggu. Mau kemana emangnya?” tanya David penuh kecurigaan.
“Idih, apa banget deh loe, gue Cuma mau belanja dulu kali. Persediaan belanjaan sayur dirumah gue udah hampir habis, dan gue males banget pergi besok. Jadi gue mau belanja hari ini,” jawab Olive.
“Oh, yaudah ayo gue temenin,” kata David sambil melangkah menuju motornya, meskipun sedikit ragu Olive tetap mengikuti arah kemana David pergi, kemudian mengenakan helm yang disodorkan kearahnya dan mengikuti David dengan duduk tepat dijok belakang motornya.
“Loe nggak perlu ikut masuk ya, bakal risih gue kalo loe mendadak jadi bodyguard dadakan gue,” jawab Olive begitu David memarkir motornya diparkiran tidak jauh dari ‘Mustofa’ tempat dimana mall yang merangkap sebagai pasar didalamnya. David membalas dengan anggukan kemudian membiarkan gadis itu melangkah sendiri meninggalkannya, ia kemudian mengambil handphone dari sakunya untuk mengisi waktu luangnya.
Olive melangkah melewati beberapa pedagang sayur yang berjualan disamping kiri dan kanannya, kemudian tepat dipojok warung terakhir Olive melihat beberapa jualan yang dijajakan disana. Olive mendekat dan memilih beberapa ubi jalar yang masih bagus untuk dibelinya. Sementara warung terlihat sudah mulai sepi, saat sudah selesai memilih, Olive melirik kearah penjual yang sedang mengobrol dengan seorang gadis sales.
Olive menghela nafas seklias, sebaiknya ia tidak mengganggu sang pedagang fikirnya dalam hati, kemudian gadis itu berdiri dan beranjak dari tempatnya. Melangkah kearah warung didepannya yang juga menjual ubi jalar yang sama.
“Berapa sekilo ibu?” tanya Olive kearah ibu penjual warung sambil mengangkat ubi jalar ditangannya. Tepat saat sang ibu menjawab terdengar gaduh dibelakangnya. Refleks Olive menoleh dan menyadari seorang pria sedang mengacak-acak warung yang baru ditinggalkannya dengan sebilah pisau.
Detik yang sama pasar langsung ramai dengan kegaduahan yang terjadi, Olive yang berdiri tidak jauh dari pria yang sedang menggenggam pisau itu tidak mampu untuk pergi. Tubuhnya seolah terasa terpaku ditempatnya. Bagaimana bisa kejadian ini terjadi tepat didepan matanya. Pria muda yang sedang mengamuk itu menatap kesekelilingnya kemudian menatap kearahnya yang semakin membuat Olive merasa jantungnya seolah berhenti berdetak. Tepat saat matanya bertemu dengan pria bersejata itu.
“Aku akan bunuh kalian semua yang ada disini, dan kemudian aku akan bunuh diri,” ucap sang preman dengan tangan yang masih mengacungkan pisaunya. Kemudian pria itu berbalik kearah pedagang pria yang masih bingung dengan apa yang terjadi. Dengan pisau yang masih berada ditangannya pria itu mengayunkannya dengan ganas kearah sang pedagang dan tepat didetik yang sama seseorang menarik tubuh kaku gadis itu berbalik dan segera memeluknya.
Seolah seluruh dunia runtuh didepannya. Olive dengan nafas yang masih tertahan memegang erat seseorang yang memeluknya, menutupinya dari menyaksikan kejadian yang cukup mengerikan. Olive hanya mampu mendengar beberapa orang yang berteriak histeris.
“Ayo bantu semua,...”
“Pria pedagang itu tertusuk...”
“Apakah itu darah...”
“Pria itu membawa pisau,...”
“Kalau kita membantunya, kita yang akan kena sejatanya,...”
Olive hanya mendengar beberapa orang yang masih sibuk disampingnya, kemudian semakin gaduh suara dibelakangnya. Olive menahan pelukan itu lebih erat saat ia merasakan seseorang itu akan pergi, tanpa sadar air matanya menetes membanjiri wajahnya. Ia menangis hingga sesegukan, berusaha untuk mengusir kenyataan mengerikan itu dari ingatannya dan menutup telinganya dari teriakan orang-orang disekelilingnya. Ia hanya ingin pergi dari tempat ini.
Seolah mengetahui apa yang ia fikirkan, ia merasaka seseorang yang menggenggam tangannya erat. Kemudian sebelum ia menyadari sesuatu tangannya sudah ditarik dan dibawa pergi, Olive melangkah tanpa tau tujuannya yang jelas ia bersyukur karena bisa segera pergi dari tempat ini. Ia bersyukur menyadari seseorang yang membawanya menjauh dan ia juga bersyukur akan kenyataan seseorang yang memberikannya kenyamanan.
“Nih minum dulu...” Olive menatap kearah David yang menyodorkan aqua gelas kearahnya dengan pipet yang sudah menancap ditutupnya. Setelah pergi dari pasar Olive baru menyadari kalau ternyata David yang tadi bersamanya. Pria itu juga yang menenangkannya. Padahal ia sudah mengatakan untuk David agar tetap berada diparkir saja. Tapi pria itu justru malah mengikutinya. Namun meskipun begitu, ia jelas merasa cukup bersyukur.
“Terimakasih,” balas Olive dan meminum minumanya.
“Sudah lebih baik?” tanya David “Bajuku sampai basah karena air matamu,” lanjutnya setengah bercanda. Olive menatapnya dengan pandangan yang setengah menerawang kemudian tertawa tipis menanggapi candaan David.
“Aku fikir, pria itu salah satu pemalak yang marah karena dia tidak meladeni pelanggan dan karena aku pindah kewarung lainnya. Aku fikirr....” ucapan Olive setengah terhenti dengan nafas tertahan, sepertinya ia belum bisa menahan air matanya, David menggenggam tangan gadis itu untuk menenangkannya.
“Sudah tidak apa-apa... aku janji tidak akan membuatmu dalam bahaya lagi. Maaf aku membiarkanmu sendirian kesana,” kata David menenangkan. Pria itu mencoba untuk tersenyum memberikan ketenangan pada gadisnya. Mengingat betapa ia menyesali apa yang terjadi dan untung ia datang disaat yang tepat. Kalau ia terlambat sedikit saja, gadis itu pasti akan lebih trauma. Dan semakin membuat Olive dalam bahaya, sepertinya kejiwaan gadis itu sedang tidak stabil saat ini.
‘Apa acara loe malam ini?’ Olive membaca sebaris kalimat pesan singkat yang baru diterimanya, sebelah alisnya terangkat tanda tidak mengerti, malam senin tidak ada acara yang special biasanya, paling ia hanya menghabiskan waktu dengan hapenya, atau setakat membaca buku novel yang ada dirumahnya.
‘Tidak ada, Kenapa?’ ketik Olive ingin membalas pesan dari David, namun sebelum sempat dikirimnya, justru pesan itu malah dihapus dan digantikan dengan ‘Istirahat,’
'Berarti nggak ada acara kan? Ikut gue yukk...’ balasan dari David tidak sampai 5 detik, Olive sendiri bingung, apakah pria itu memang sedang menunggu pesannya.
‘Kenapa harus?’ Balas Olive setelah membiarkan 3 menit. Bingung karena apakah harus mengiyakan atau menolaknya, ia sendiri sebenarnya tidak ada kegiatan memang, ia juga sudah tidak merasa terganggu, tapi mengiyakan permintaan pria itu juga mungkin bukanlah pilihan yang tepat.
'Oke, gue jemput loe jam 7 nanti,’ balasan David membuat mata Olive membulat, ini orang tidak bisa dibilangi tidak ya, kesalnya dan mengetik dengan kekuatan yang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk membalas pesan David.
'Gue nggak bilang mau,' balasnya, tapi tidak ada balasa.
'Gue menolak,' Tulis Olive lagi.
‘Ehh loe dengerin gue nggak sih,’ Masih tidak ada balasan.
‘David,’ Tetap tidak balas.
‘Yaelahhh, mendadak nggak atif pula ini WA, Berasa gondok gue sama loe,’ ketik Olive sebelum mengirim ke David, kemudian melempar hapenya sembarangan kekasurnya dan merebahkan tubuhnya dengan kasar, kesal melihat sikap pria itu yang memang seenaknya. Bahkan ia sengaja membalas lebih cepat, namun entah apa yang pria itu lakukan karena mendadak ia sedang tidak Online, jelas terlihat sengaja karena tidak ingin membaca pesannya.
Sepertinya yang sudah dikatakannya, David mengetuk pintu rumah Olive tepat pukul 07.00 wib dan mamanya membukakan pintu, mempersilahkan David untuk duduk diruang tamu rumahnya.
"Olivenya ada tante?" tanya David sopan.
"Ada, sebentar tante panggilin ya...” jawab mamanya Olive dan melangkah meninggalkannya.
“Saya minta izin bawa Olive keluar boleh om?” tanya David kearah ayah Olive yang duduk tidak jauh darinya, pria setengah baya itu membenarkan kacamata yang ia kenakan, seolah memperjelas pria seperti apa yang ingin mengajak anaknya keluar.
“Kemana?” tanya ayah Olive dengan nada yang jelas terdengar khawatir, tapi seperti pengalaman yang sudah sering ia lakukan, dari nada itu ia mendapat lampu hijau, dan dengan kepercayaan dirinya yang siap dipertaruhkan ia bisa menghadapi orang tua Olive.
“Ada nak David tuh didepan,” kata Ibu Olive setelah Olive membukakan pintu.
“Aish, ngapain sih tuh anak kesini. Ayah gimana bu? Marah nggak dia?” tanya Olive sedikit takut-takut.
“Enggak, biasa aja kayaknya. Diajak kemana kamu?” tanya ibunya.
“Jalan, biarin aja dia ngomong sama ayah. Sudah dibilangin aku nggak mau,” keluh Olive sebel.
“Nggak mau tapi kamu siap-siap. Gimana sih,” ucap ibunya sambil tersenyum saat menyadari Olive dengan baju stelan siap keluarnya dan jelas terlihat berdandan. Olive tersenyum salah tingkah “Sudah, temui sana. Jaga diri, jangan pulang malem-malem ya,” pesan ibunya yang dibalas anggukan Olive, kemudian gadis itu melangkah keruang depan bersama ibunya yang ngekor dibelakang.
“Saya jalan duluan ya om, permisi tante...” kata David sambil berdiri dan menyalami kedua orang tua Olive saat gadis itu sudah memberi isyarat untuk berangkat. Olive melakukan hal yang sama, kemudian ibunya mengantar sampai kedepan pintu dan membiarkan anak gadisnya keluar bersama pria yang mereka percayai.
Bersambung ke Cerpen romantis Mr Hero vs Mrs Zero part 10
Detail cerbung Mr Zero vs Mrs Zero
Oke, langsung aja deh ya dari pada kebanyakan curcol nggak guna. Buat yang sudah lupa sama part sebelumnya, jangan lupa dilirik lagi Mr Hero vs Mrs Zero part 08. Happy reading yaahhh...
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero ~ 09 |
Mr Hero vs Mrs Zero
“Weehhh ada kabar apaan nih, tumben senyum loe cerah begitu?” tanya Dion saat David memasuki kelasnya, bahkan pria itu sampai repot-report menenteng plastik ditangannya yang saat teman-temannya merampok mengetahui kalau 3 bungkus nasi goreng didalamnya, tak lupa juga air minum dan beberapa cemilan lainnya.
“Menang lotre,” jawab David ngasal dan menjatuhkan dirinya dikursi dimana Dion dan Hendra berada, kedua sahabatnya langsung berdiri menghampirinya.
“Lotre apaan? Berapa banyak? Sejak kapan loe doyan pasang lotre? Loe kapan mainnya? Berapa banyak yang sudah loe habisan? Waaahh kok loe nggak ngajak kita, bagi-bagi donk...” rentetan ucapan kedua sahabatnya membuat David semakin tersenyum cerah.
“Udah, sarapan aja loe pada sono. Ntar keburu kelas masuk lagi, bentar lagi bel loh. Gue udah sengaja datengnya lebih cepet ini demi loe pada...” kata David sok membanggakan diri namun teman-temannya langsung menyetujui dengan mengikuti perintahnya, sambil bersorak senang dan tak lupa mengucapkan terimakasih, Dion dan Hendra membuka bungkus nasi goreng yang dibawa David sebelumnya, kemudian mereka bertiga menikmati sarapan yang memang tumben-tumbenan terjadi. Tak lepas juga umpatan sadis yang diucapkan teman-temannya saat David tidak mengatakan keberuntungan apa yang didapatkannya.
Mr Hero vs Mrs Zero
“Gue anter loe pulang ya,” ucap David saat Olive melangkah keluar dari toko bukunya setelah menyelesaikan pekerjaannya, beberapa hari terakhir memang pria itu terus saja malah bertambah sering berkeliaran dalam kesehariannya, Olive sendiri sudah tidak tau lagi bagaimana untuk menghadapi pria itu selain menurutnya, yahh setidaknya pria itu masih bisa diajak kompromi, maksudnya dia tidak terlalu menjengkelkan.
Mungkin malah bisa dikatakan kalau pria itu justru sedikit demi sedikit membuatnya lebih merasa nyaman, entah karena biasa atau jelas pria itu tidak menerima penolakan. David akan menjemput Olive sepulang sekolah, dan terus menghabiskan waktu ditoko buku miliknya, kemudian ia dengan suka rela menawarkan untuk mengantar gadis itu, Olive sendiri kadang sempat berfikir, bagaimana pria itu bisa terus sering menjemputnya, padahal jelas meskipun sekolah mereka tidak berjauhan, untuk ukuran waktu pelajaran setiap sekolah itu sama, dan Olive selalu mendapati pria itu telah menunggunya.
“Nggak belum mau balik,” jawab Olive yang entah kenapa malah mendapat senyuman cerah David “Dan gue lebih nggak ada niat buat jalan sama loe dulu,” lanjutnya sebelum David sempat berkomentar, dan secepat senyuman itu bertengger, secepat itu pula senyuman itu lenyap.
“Lalu, loe mau kemana? Besok udah hari minggu loh, otomatis ini sabtu malam kalo loe menolak mengatakan ini malam minggu. Mau kemana emangnya?” tanya David penuh kecurigaan.
“Idih, apa banget deh loe, gue Cuma mau belanja dulu kali. Persediaan belanjaan sayur dirumah gue udah hampir habis, dan gue males banget pergi besok. Jadi gue mau belanja hari ini,” jawab Olive.
“Oh, yaudah ayo gue temenin,” kata David sambil melangkah menuju motornya, meskipun sedikit ragu Olive tetap mengikuti arah kemana David pergi, kemudian mengenakan helm yang disodorkan kearahnya dan mengikuti David dengan duduk tepat dijok belakang motornya.
“Loe nggak perlu ikut masuk ya, bakal risih gue kalo loe mendadak jadi bodyguard dadakan gue,” jawab Olive begitu David memarkir motornya diparkiran tidak jauh dari ‘Mustofa’ tempat dimana mall yang merangkap sebagai pasar didalamnya. David membalas dengan anggukan kemudian membiarkan gadis itu melangkah sendiri meninggalkannya, ia kemudian mengambil handphone dari sakunya untuk mengisi waktu luangnya.
Olive melangkah melewati beberapa pedagang sayur yang berjualan disamping kiri dan kanannya, kemudian tepat dipojok warung terakhir Olive melihat beberapa jualan yang dijajakan disana. Olive mendekat dan memilih beberapa ubi jalar yang masih bagus untuk dibelinya. Sementara warung terlihat sudah mulai sepi, saat sudah selesai memilih, Olive melirik kearah penjual yang sedang mengobrol dengan seorang gadis sales.
Olive menghela nafas seklias, sebaiknya ia tidak mengganggu sang pedagang fikirnya dalam hati, kemudian gadis itu berdiri dan beranjak dari tempatnya. Melangkah kearah warung didepannya yang juga menjual ubi jalar yang sama.
“Berapa sekilo ibu?” tanya Olive kearah ibu penjual warung sambil mengangkat ubi jalar ditangannya. Tepat saat sang ibu menjawab terdengar gaduh dibelakangnya. Refleks Olive menoleh dan menyadari seorang pria sedang mengacak-acak warung yang baru ditinggalkannya dengan sebilah pisau.
Detik yang sama pasar langsung ramai dengan kegaduahan yang terjadi, Olive yang berdiri tidak jauh dari pria yang sedang menggenggam pisau itu tidak mampu untuk pergi. Tubuhnya seolah terasa terpaku ditempatnya. Bagaimana bisa kejadian ini terjadi tepat didepan matanya. Pria muda yang sedang mengamuk itu menatap kesekelilingnya kemudian menatap kearahnya yang semakin membuat Olive merasa jantungnya seolah berhenti berdetak. Tepat saat matanya bertemu dengan pria bersejata itu.
“Aku akan bunuh kalian semua yang ada disini, dan kemudian aku akan bunuh diri,” ucap sang preman dengan tangan yang masih mengacungkan pisaunya. Kemudian pria itu berbalik kearah pedagang pria yang masih bingung dengan apa yang terjadi. Dengan pisau yang masih berada ditangannya pria itu mengayunkannya dengan ganas kearah sang pedagang dan tepat didetik yang sama seseorang menarik tubuh kaku gadis itu berbalik dan segera memeluknya.
Seolah seluruh dunia runtuh didepannya. Olive dengan nafas yang masih tertahan memegang erat seseorang yang memeluknya, menutupinya dari menyaksikan kejadian yang cukup mengerikan. Olive hanya mampu mendengar beberapa orang yang berteriak histeris.
“Ayo bantu semua,...”
“Pria pedagang itu tertusuk...”
“Apakah itu darah...”
“Pria itu membawa pisau,...”
“Kalau kita membantunya, kita yang akan kena sejatanya,...”
Olive hanya mendengar beberapa orang yang masih sibuk disampingnya, kemudian semakin gaduh suara dibelakangnya. Olive menahan pelukan itu lebih erat saat ia merasakan seseorang itu akan pergi, tanpa sadar air matanya menetes membanjiri wajahnya. Ia menangis hingga sesegukan, berusaha untuk mengusir kenyataan mengerikan itu dari ingatannya dan menutup telinganya dari teriakan orang-orang disekelilingnya. Ia hanya ingin pergi dari tempat ini.
Seolah mengetahui apa yang ia fikirkan, ia merasaka seseorang yang menggenggam tangannya erat. Kemudian sebelum ia menyadari sesuatu tangannya sudah ditarik dan dibawa pergi, Olive melangkah tanpa tau tujuannya yang jelas ia bersyukur karena bisa segera pergi dari tempat ini. Ia bersyukur menyadari seseorang yang membawanya menjauh dan ia juga bersyukur akan kenyataan seseorang yang memberikannya kenyamanan.
“Nih minum dulu...” Olive menatap kearah David yang menyodorkan aqua gelas kearahnya dengan pipet yang sudah menancap ditutupnya. Setelah pergi dari pasar Olive baru menyadari kalau ternyata David yang tadi bersamanya. Pria itu juga yang menenangkannya. Padahal ia sudah mengatakan untuk David agar tetap berada diparkir saja. Tapi pria itu justru malah mengikutinya. Namun meskipun begitu, ia jelas merasa cukup bersyukur.
“Terimakasih,” balas Olive dan meminum minumanya.
“Sudah lebih baik?” tanya David “Bajuku sampai basah karena air matamu,” lanjutnya setengah bercanda. Olive menatapnya dengan pandangan yang setengah menerawang kemudian tertawa tipis menanggapi candaan David.
“Aku fikir, pria itu salah satu pemalak yang marah karena dia tidak meladeni pelanggan dan karena aku pindah kewarung lainnya. Aku fikirr....” ucapan Olive setengah terhenti dengan nafas tertahan, sepertinya ia belum bisa menahan air matanya, David menggenggam tangan gadis itu untuk menenangkannya.
“Sudah tidak apa-apa... aku janji tidak akan membuatmu dalam bahaya lagi. Maaf aku membiarkanmu sendirian kesana,” kata David menenangkan. Pria itu mencoba untuk tersenyum memberikan ketenangan pada gadisnya. Mengingat betapa ia menyesali apa yang terjadi dan untung ia datang disaat yang tepat. Kalau ia terlambat sedikit saja, gadis itu pasti akan lebih trauma. Dan semakin membuat Olive dalam bahaya, sepertinya kejiwaan gadis itu sedang tidak stabil saat ini.
Mr Hero vs Mrs Zero
‘Apa acara loe malam ini?’ Olive membaca sebaris kalimat pesan singkat yang baru diterimanya, sebelah alisnya terangkat tanda tidak mengerti, malam senin tidak ada acara yang special biasanya, paling ia hanya menghabiskan waktu dengan hapenya, atau setakat membaca buku novel yang ada dirumahnya.
‘Tidak ada, Kenapa?’ ketik Olive ingin membalas pesan dari David, namun sebelum sempat dikirimnya, justru pesan itu malah dihapus dan digantikan dengan ‘Istirahat,’
'Berarti nggak ada acara kan? Ikut gue yukk...’ balasan dari David tidak sampai 5 detik, Olive sendiri bingung, apakah pria itu memang sedang menunggu pesannya.
‘Kenapa harus?’ Balas Olive setelah membiarkan 3 menit. Bingung karena apakah harus mengiyakan atau menolaknya, ia sendiri sebenarnya tidak ada kegiatan memang, ia juga sudah tidak merasa terganggu, tapi mengiyakan permintaan pria itu juga mungkin bukanlah pilihan yang tepat.
'Oke, gue jemput loe jam 7 nanti,’ balasan David membuat mata Olive membulat, ini orang tidak bisa dibilangi tidak ya, kesalnya dan mengetik dengan kekuatan yang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk membalas pesan David.
'Gue nggak bilang mau,' balasnya, tapi tidak ada balasa.
'Gue menolak,' Tulis Olive lagi.
‘Ehh loe dengerin gue nggak sih,’ Masih tidak ada balasan.
‘David,’ Tetap tidak balas.
‘Yaelahhh, mendadak nggak atif pula ini WA, Berasa gondok gue sama loe,’ ketik Olive sebelum mengirim ke David, kemudian melempar hapenya sembarangan kekasurnya dan merebahkan tubuhnya dengan kasar, kesal melihat sikap pria itu yang memang seenaknya. Bahkan ia sengaja membalas lebih cepat, namun entah apa yang pria itu lakukan karena mendadak ia sedang tidak Online, jelas terlihat sengaja karena tidak ingin membaca pesannya.
Sepertinya yang sudah dikatakannya, David mengetuk pintu rumah Olive tepat pukul 07.00 wib dan mamanya membukakan pintu, mempersilahkan David untuk duduk diruang tamu rumahnya.
"Olivenya ada tante?" tanya David sopan.
"Ada, sebentar tante panggilin ya...” jawab mamanya Olive dan melangkah meninggalkannya.
“Saya minta izin bawa Olive keluar boleh om?” tanya David kearah ayah Olive yang duduk tidak jauh darinya, pria setengah baya itu membenarkan kacamata yang ia kenakan, seolah memperjelas pria seperti apa yang ingin mengajak anaknya keluar.
“Kemana?” tanya ayah Olive dengan nada yang jelas terdengar khawatir, tapi seperti pengalaman yang sudah sering ia lakukan, dari nada itu ia mendapat lampu hijau, dan dengan kepercayaan dirinya yang siap dipertaruhkan ia bisa menghadapi orang tua Olive.
“Ada nak David tuh didepan,” kata Ibu Olive setelah Olive membukakan pintu.
“Aish, ngapain sih tuh anak kesini. Ayah gimana bu? Marah nggak dia?” tanya Olive sedikit takut-takut.
“Enggak, biasa aja kayaknya. Diajak kemana kamu?” tanya ibunya.
“Jalan, biarin aja dia ngomong sama ayah. Sudah dibilangin aku nggak mau,” keluh Olive sebel.
“Nggak mau tapi kamu siap-siap. Gimana sih,” ucap ibunya sambil tersenyum saat menyadari Olive dengan baju stelan siap keluarnya dan jelas terlihat berdandan. Olive tersenyum salah tingkah “Sudah, temui sana. Jaga diri, jangan pulang malem-malem ya,” pesan ibunya yang dibalas anggukan Olive, kemudian gadis itu melangkah keruang depan bersama ibunya yang ngekor dibelakang.
“Saya jalan duluan ya om, permisi tante...” kata David sambil berdiri dan menyalami kedua orang tua Olive saat gadis itu sudah memberi isyarat untuk berangkat. Olive melakukan hal yang sama, kemudian ibunya mengantar sampai kedepan pintu dan membiarkan anak gadisnya keluar bersama pria yang mereka percayai.
Bersambung ke Cerpen romantis Mr Hero vs Mrs Zero part 10
Detail cerbung Mr Zero vs Mrs Zero
- Judul cerpen : Mr Hero vs Mrs Zero ~ 09
- Penulis : Mia mulyani
- Panjang : 1.682 Word
- Serial : Part 09
- Genre : Cinta, Romantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar