Waahh udah lama banget yak? Kekekkeke, bahkan sampe ada yang nanyain ke Inbok kenapa kagak dilanjut-lanjut nih cerpen. Yaahh sebenernya ga gitu juga sii, bukan ga mau. Hanya saja penulis cantik ini sedang ada sedikit yang harus diselesaikan begitu, jadi yaaa kagak bisa deh ngelanjutin. Tapi tenang saja, untuk gimana pun itu. Saia pasti akan tetep ngelanjutin kok. Buat yang udah pada nunggu nih cerpen romantis ‘Mendadak naksir’ yang ga tau juga gimana endingnya. Monggo di nikmatin.
Dan untuk part sebelumnya, bisa langsung di cek disini. Over all, happy reading yaa... salam manis buat yang baca. Dan untuk Desteny, ini saatnya dirimu muncul kepermukaan. Penasaran??? Cek ajja sendiri.
“Laki-laki baik-baik hanya untuk perempuan yang baik-baik, dan begitu juga sebaliknya... perempuan yang baik-baik untuk laki-laki yang baik-baik pula. Hal ini memang pasti akan terjadi. Dan untuk adek-adek sekalian... mudah-mudahan kamu semua mendapatkan pendamping yang baik pula” Terdengar penjelasan dari seorang guru yang tampak sedang mengajar mahasiswanya. Dan seluruh yang ada disana tampak mengangguk faham akan penjelasan yang telah diberikan.
“Untuk itu, adek-adek semua juga harus mulai memperbaiki diri agar mendapatkan pendamping seperti yang diharapkan. Baiklah, sepertinya waktu kita sampai disini dulu. Mudah-mudahan bermanfaat, pesan terakhir dari saya, jangan pernah bosen untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih baik lagi. Terimakasih atas perhatiannya. Assalamu’alaikum warahmatullah” Pak ustadz Ahmad menutup penjelasan dan mengakhiri pelajarannya dengan tersenyum.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuu...” Jawab semua mahasiswa-mahasiswi hampir serentak dan mengumpulkan buku-bukunya sementara guru mereka telah keluar dari kelas terlebih dahulu.
“Anak baru ya?” Poppy menghentikan tangannya yang sedang membereskan buku-bukunya, lalu menoleh karah samping. Mendapati seorang gadis manis yang tentunya berjilbab sedang tersenyum manis kearahnya.
“Emm-Hemm” Poppy mengangguk sambil tersenyum ramah.
“Nama kamu siapa, Aku Desteny” Ucap sang gadis sambil mengulurkan tangannya kearah Poppy dan juga tersenyum hangat.
“Poppy” Jawab Poppy dan menerima uluran tangan Desteny, sepertinya ia mendapat teman baru. Mudah-mudahan saja, temen barunya ini bisa diajaknya untuk mengenal Pesantren ini lebih dalam lagi.
“Ya udah, keluar yuk...” Ajak Desteny setelah selesai merapikan dan mengumpulkan buku-bukunya, Poppy tersenyum lalu mengangguk dan berdiri siap untuk melangkah, tapi pandangannya terhenti saat seseorang yang sejak beberapa hari yang lalu memenuhi fikirannya itu melangkah disampingnya, tanpa berfikir panjang. Poppy segera melangkah mengerjarnya.
“Hei, tunggu dulu” Tahan Poppy sambil menahan tangan Wildan yang hampir mencapai pintu keluar, Wildan menghentikan langkahnya, lalu berbalik dan menatap kearah Poppy “Wildan kan? Aku Poppy, dan aku kesini karena...”
“Astaghfirullah...” Potong Wildan dan buru-buru menarik tangannya yang masih berada dalam genggaman Poppy, merasa sedikit canggung dan mundur beberapa langkah.
“Ehhh Sorry... Aku cumaa....”
“Permisi...” Lagi-lagi Wildan memotong perkataannya dan setelah sedikit menunduk minta izin, Wildan melangkah pergi meninggalkan Poppy yang tentu saja bingung atas sikapnya.
“Memangnya aku salah ya?” Tanya Poppy kearah Desteny yang melangkah kearahnya.
“Kamu kenal sama Wildan?” Tanya Desteny tanpa menjawab pertanyaan Poppy yang menurutnya, hal itu sepertinya tidak perlu ditanyakan lagi, tentu saja dia salah. Tapi marah-marah juga bukan hak nya. Apalagi mereka baru ketemu, mungkin Desteny lebih memilih untuk membicarakan hal ini baik-baik tanpa maksud untuk menyinggung teman barunya, hanya sekedar untuk saling mengingatkan.
“Kenal??? Emm enggak juga sii, cuman aku kesini karena dia” Jawab Poppy setelah terdiam beberapa saat, merasa sedikit kesal karena pertanyaannya malah dikacangin.
“Kenapa bisa?” Desteny kembali bertanya.
“Ceritanya panjang. Mungkin aku akan menjelaskannya dalam perjalanan, yuk...” Ajak Poppy, Desteny terdiam seseaat, kemudian mengangguk dan melangkah mengikuti Poppy keluar kelasnya.
Poppy mengulurkan tangannya kearah rintik-rintik hujan yang mengguyur bumi ini, tangannya menampung air yang menetes dari ujung atap pesantren. Memainkan air hujan ditangannya dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Sepertinya hal ini sering ia lakukan melihat dari ekspresi wajahnya yang tampak bahagia saat menatap hujan yang turun dengan derasnya tepat didepannya.
“Apa yang kamu lakukan?” Poppy menoleh kearah seseorang yang menyapanya, senyum kembali mengembang dibibirnya begitu melihat Desteny yang tampak bingung dengan apa yang ia lakukan.
“Aku suka hujan” Kata Poppy dan kembali menatap kearah hujan didepannya, seolah jawaban itu telah menjelaskan apa yang ia lakukan saat ini.
“Kenapa?” Tanya Desteny tampak penasaran.
“Kenapa? Hemm entahlah, aku juga tidak tau pasti kenapa aku menyukai hujan ini, tapi aku yakin sekali. Ada sesuatu yang indah pernah terjadi dulu. Maksudku, kenangan masa kecilku. Aku juga tidak tau apa itu, hanya saja... yaahhh aku menyukai hujan. Itu saja” Jawab Poppy yang sepertinya ia juga tidak bisa menjelaskan kenapa ia bisa begitu menyukai hujan.
“Sama seperti Wildan” Kata Desteny. Bingung, Poppy menoleh kembali kearahnya, minta penjelasan. Apa maksud dari perkataan Desteny barusan, Wildan? Laki-laki itu menyukai hujan? Begitu? “Wildan juga menyukai hujan. Sepertimu” Lanjut Desteny memperjelas perkataanya begitu melihat raut bingung tergambar jelas diwajah sahabatnya.
“Bagaimana kamu bisa tau?” Tanya Poppy masih belum menemukan jawaban yang membuatnya puas.
“Aku sering melihatnya melakukan hal yang sama seperti yang kamu lakukan...” Jawab Desteny sambil melangkah kedepan dan ikut mengulurkan tangan kerah curahan hujan didepannya “Seperti ini” Lanjutnya “Dan tanpa menjadi orang pintar sekalipun, aku yakin semua orang akan tau jika dia sangat menyukai hujan. Karena senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya”
“Waahhh ternyata kamu tau banyak tentang diaa... Hayooo jangan-jangan kamu naksir dia yaaa” Tunjuk Poppy kearah Desteny sambil tersenyum ngeledek.
“Lho, bukannya kamu yang naksir sama tuh anak ya” Balas Desteny santai “Bahkan sampai memimpikannya segala, plus menjadi alasan kenapa kamu bisa ada disni, aku yakin itu sudah lebih dari cukup sebagai alasan bahwa kamu nak...mmmfff” Desteny tidak menyelesaikan ucapannya karena Poppy telah buru-buru membekap (???) mulut sahabatnya itu sebelum ada yang mendengar itu.
“Hais, jangan dibahas lagi. Bukannya kemaren kamu sudah puas menertawakanku ya. Bahkan kamu terus-terusan meledekku setelah tau apa yang terjadi. Kenapa sekarang mulai lagi coba?” Poppy merasa sebel.
“Ehehehehe, salah sendiri. Siapa suruh kamu mengatakan sesuatu yang jelas salah. Dari pada Wildan, aku yakin Fajrin lebih keren untuk ditakir” Jawab Desteny dengan santai, Poppy menatap kearahnya kaget.
“Fajrin?”
“Iaa, Fajrin. Temennya sii Wildan. Dan diaa.... Oops” Sebelum kalimat itu selesai, Desteny telah menutup mulutnya sendiri karena sepertinya ia telah mengatakan apa yang ia rasakan selama ini, kemudian ia menatap kearah Poppy yang kini sedang menatapnya penuh arti “Lupakan. Maksudku tidak seperti yang kamu fikirkan saat ini” Lanjut Desteny dengan malu.
“Hayooo, ga mau cerita? Iaa. Pake rahasia-rahasiaan? Bagusss...” Ucap Poppy dengan pandangan meng intimidasi dan membuat Desteny makin gugup.
“Bukan seperti itu, hanya sajaa...”
“Cerita, atau aku akan mengatakan langsung kepada orangnya” Ancam Poppy.
“Mengatakan? Astagfirullah, itu tidak mungkin kan?” Desteny bertambah gugup.
“Lihat saja kalau masih berani untuk merahasiakannya terhadapku” Balas Poppy bangga.
“Hais, kamu ini. Baiklah-baiklah. Aku cerita, tapi tidak disini. Ayo ikut aku” Ajak Desteny akhirnya, sepertinya sahabat barunya ini bukan tipe orang yang akan bermain-main dengan ucapanya, terbukti dengan adanya dia di pesantren itu sekarang. Itu sepertinya sudah cukup sebagai buktinya.
“Hai Wildan...” Wildan yang sedang melangkah dengan buku ditangan seperti rutinitasnya setiap hari untuk meletakkan buku-buku itu dirumah pak Ustadz mengehntikan langkahnya dan menoleh kearah dua orang gadis yang berdiri tidak jauh darinya, dan sepertinya ia sangat tau siapa yang menyapanya dengan teriakan dan seramah itu kalau bukan sii Poppy.
“Mau kemana? Gabung sama kita yuk?” Kembali Poppy menyuarakan apa yang ingin ia katakan sementara jelas sekali gadis disampingnya menatap dengan rasa gugup dan malu tentunya. Dan sepertinya kalau ingatannya tidak salah, gadis itu yang bernama Desteny, bagaimana ia bisa lupa jika setiap hari Fajrin, sahabatnya menceritakan tentang gadis itu yang sudah berhasil menarik hatinya. Hais, benar-benar sebuah kisah cinta yang sungguh tidak ingin ia perdulikan.
Wildan sedikit membungkukkan tubuhnya dan tersenyum berusaha untuk bersikap ramah kemudian tanpa mengatakan apapun ia melangkah meninggalkan Poppy dan Desteny yang tidak jauh darinya, samar-samar Wildan mendengar Desteny yang menegur sahabatnya itu. Herannya Poppy malah tidak menanggapinya, Wildan terenyum melihat ulah mereka. Benar-benar... gadis itu. Kapan sii ia bisa menyadari posisinya saat itu. Mereka kan anak pesantren seharusnya tidak seperti itu. tapi hal itu tetap saja membuat Wildan tidak bisa menahan senyuman yang berhasil membuatnya berbunga-bunga.
“Sepertinya aku harus benar-benar menghindari gadis itu” Ucap Wildan sendiri setelah jauh dari Poppy dan Desteny “Tapi herannya kenapa dimanapun aku berada selalu saja dia muncul yang ga tau datangnya dari mana, sebenarnya dia itu punya wujud berapa banyak sii... mana bayangannya juga ga pernah lepas dari ingatanku lagi. Apa sii yang terjadi pada diriku ini...” Gerutu Wildan dalam hati. Meski ia bersikap cuek, tapi tetap saja. Ia tidak bisa menghindari apa yang ia rasakan. Sepertinya hati dan fikiranya sudah tidak berhaluan dengan sama.
Disisi lain ia merasakan ada yang lain dalam hatinya, tapi disaat yang bersamaan ia juga harus menjaga jarak. Ia berada di pesantren itu untuk belajar, meski ia juga tidak tau kenapa Poppy selalu bersikap ramah terhadapnya. Meski rasa penasaran juga sedikit demi sedikit merambat dalam hatinya, untuk mengetahi lebih banyak tentang Poppy. Tapi tetap saja, ia masih bisa untuk menyakinkan dirinya sendiri. Ia tidak boleh jatuh cinta dengan gadis itu. tidak.
Wildan mengingat kelakuan Fajrin beberapa waktu lalu, saat pertama kali ia bertemu dengan Desteny. Gadis itu juga belum lama ini masuk kepesantren itu. mendengar cerita Fajrin, katanya Desteny masuk pesantren setelah bertemu dengannya beberapa waktu yang lalu. Fajrin menyukai Desteny sejak pertemuan itu, pertemuan tidak sengaja disebuah toko buku saat ia sedang berbelanja. Sejak saat itu Fajrin menyukai Desteny. Dan tiba-tiba Desteny masuk kepesantren itu. Tapi tetap saja, Fajrin belum mengungkapkan perasaanya karena menyangkut beberapa hal.
Wildan menggeleng saat ingatan itu seperti meremas jantungnya, saat itu ia terus-terusan meledek Fajrin yang sering mengigau dalam tidurnya dan menyebut nama Desteny. Ia juga sering mengatakan kalau sahabatnya itu mungkin sudah gila. Tapi saat ini, astaga. Kenapa ia bahkan lebih parah lagi dari pada ini. Kenapa ia malah sepertiiii... tergila-gila pada Poppy. Bahkan bayangan Poppy tidak pernah lepas dari ingatannya. Mungkin ini akan menjadi pertanda buruk jika ia tidak segera untuk melupakannya.
Ya, gadis itu. Ia masih memikirkan gadis masa kecilnya, gadis pertama yang membuatnya jatuh cinta. Selama hampir 10 tahun ini ia masih bisa menahan perasaan dan menyimpan rasa cinta itu hanya untuk dirinaya sendiri. Tapi, setelah bertemu Poppy sepertinya bayangan masa kecilnya sedikit bisa ia lupakan. Atau lebih tepat jika apa yang ia rasakan terhadap Poppy, sama seperti apa yang ia rasakan terhadap gadis masa kecilnya.
Sedikit menyadari bahwa ia menyukai Poppy membuat hatinya bersedih, bagaimana bisa ia mengkhianati gadis yang ia suka sejak sepuluh tahun lalu. Memang, saat ini ia juga tidak tau dimana gadis itu, tapi ia juga masih ingat dengan semua yang terjadi dulu. Gadis itu, dia menginginkannya. Bahkan ia belum mengungkapkan apa yang ia rasakan karena usia mereka dulu masih kecil, tapi mungkin itu adalah kesalahan ia telah ia lakukan. Karena sebelum ia sempat mengungkapkannya, gadis itu sudah meninggalkannya terlebih dahulu.
Wildan kembali menggeleng, menghilangkan bayang-bayang masa lalunya, juga bayangan Poppy dari ingatannya. Kemudian ia mempercepat langkahnya untuk mengembalikan buku-buku yang tadi masih ditangannya. Memikirkan kedua gadis itu juga tidak menyelesaikan apa yang ia rasakan. Tapi, tidak memikirkannya juga sepertinya bukan ide yang bagus. Hais, benar-benar seperti dihadapkan dengan buah simalakama. Dimakan ga dimakan sama-sama tidak menyelesaikan masalah.
Bersambung....
Cut dulu yaakkk,... Masih tetap ancur kah??? Ahh sudah lahhh... sepertinya itu urusan belakangan. Ketemu di part ataupun cerpen selanjutnya yaa... byee...
Salam~Mia Cantik~
Dan untuk part sebelumnya, bisa langsung di cek disini. Over all, happy reading yaa... salam manis buat yang baca. Dan untuk Desteny, ini saatnya dirimu muncul kepermukaan. Penasaran??? Cek ajja sendiri.
“Laki-laki baik-baik hanya untuk perempuan yang baik-baik, dan begitu juga sebaliknya... perempuan yang baik-baik untuk laki-laki yang baik-baik pula. Hal ini memang pasti akan terjadi. Dan untuk adek-adek sekalian... mudah-mudahan kamu semua mendapatkan pendamping yang baik pula” Terdengar penjelasan dari seorang guru yang tampak sedang mengajar mahasiswanya. Dan seluruh yang ada disana tampak mengangguk faham akan penjelasan yang telah diberikan.
“Untuk itu, adek-adek semua juga harus mulai memperbaiki diri agar mendapatkan pendamping seperti yang diharapkan. Baiklah, sepertinya waktu kita sampai disini dulu. Mudah-mudahan bermanfaat, pesan terakhir dari saya, jangan pernah bosen untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih baik lagi. Terimakasih atas perhatiannya. Assalamu’alaikum warahmatullah” Pak ustadz Ahmad menutup penjelasan dan mengakhiri pelajarannya dengan tersenyum.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuu...” Jawab semua mahasiswa-mahasiswi hampir serentak dan mengumpulkan buku-bukunya sementara guru mereka telah keluar dari kelas terlebih dahulu.
“Anak baru ya?” Poppy menghentikan tangannya yang sedang membereskan buku-bukunya, lalu menoleh karah samping. Mendapati seorang gadis manis yang tentunya berjilbab sedang tersenyum manis kearahnya.
“Emm-Hemm” Poppy mengangguk sambil tersenyum ramah.
“Nama kamu siapa, Aku Desteny” Ucap sang gadis sambil mengulurkan tangannya kearah Poppy dan juga tersenyum hangat.
“Poppy” Jawab Poppy dan menerima uluran tangan Desteny, sepertinya ia mendapat teman baru. Mudah-mudahan saja, temen barunya ini bisa diajaknya untuk mengenal Pesantren ini lebih dalam lagi.
“Ya udah, keluar yuk...” Ajak Desteny setelah selesai merapikan dan mengumpulkan buku-bukunya, Poppy tersenyum lalu mengangguk dan berdiri siap untuk melangkah, tapi pandangannya terhenti saat seseorang yang sejak beberapa hari yang lalu memenuhi fikirannya itu melangkah disampingnya, tanpa berfikir panjang. Poppy segera melangkah mengerjarnya.
“Hei, tunggu dulu” Tahan Poppy sambil menahan tangan Wildan yang hampir mencapai pintu keluar, Wildan menghentikan langkahnya, lalu berbalik dan menatap kearah Poppy “Wildan kan? Aku Poppy, dan aku kesini karena...”
“Astaghfirullah...” Potong Wildan dan buru-buru menarik tangannya yang masih berada dalam genggaman Poppy, merasa sedikit canggung dan mundur beberapa langkah.
“Ehhh Sorry... Aku cumaa....”
“Permisi...” Lagi-lagi Wildan memotong perkataannya dan setelah sedikit menunduk minta izin, Wildan melangkah pergi meninggalkan Poppy yang tentu saja bingung atas sikapnya.
“Memangnya aku salah ya?” Tanya Poppy kearah Desteny yang melangkah kearahnya.
“Kamu kenal sama Wildan?” Tanya Desteny tanpa menjawab pertanyaan Poppy yang menurutnya, hal itu sepertinya tidak perlu ditanyakan lagi, tentu saja dia salah. Tapi marah-marah juga bukan hak nya. Apalagi mereka baru ketemu, mungkin Desteny lebih memilih untuk membicarakan hal ini baik-baik tanpa maksud untuk menyinggung teman barunya, hanya sekedar untuk saling mengingatkan.
“Kenal??? Emm enggak juga sii, cuman aku kesini karena dia” Jawab Poppy setelah terdiam beberapa saat, merasa sedikit kesal karena pertanyaannya malah dikacangin.
“Kenapa bisa?” Desteny kembali bertanya.
“Ceritanya panjang. Mungkin aku akan menjelaskannya dalam perjalanan, yuk...” Ajak Poppy, Desteny terdiam seseaat, kemudian mengangguk dan melangkah mengikuti Poppy keluar kelasnya.
~ Cerita Romantis 'Mendadak Naksir' ~
Poppy mengulurkan tangannya kearah rintik-rintik hujan yang mengguyur bumi ini, tangannya menampung air yang menetes dari ujung atap pesantren. Memainkan air hujan ditangannya dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Sepertinya hal ini sering ia lakukan melihat dari ekspresi wajahnya yang tampak bahagia saat menatap hujan yang turun dengan derasnya tepat didepannya.
“Apa yang kamu lakukan?” Poppy menoleh kearah seseorang yang menyapanya, senyum kembali mengembang dibibirnya begitu melihat Desteny yang tampak bingung dengan apa yang ia lakukan.
“Aku suka hujan” Kata Poppy dan kembali menatap kearah hujan didepannya, seolah jawaban itu telah menjelaskan apa yang ia lakukan saat ini.
“Kenapa?” Tanya Desteny tampak penasaran.
“Kenapa? Hemm entahlah, aku juga tidak tau pasti kenapa aku menyukai hujan ini, tapi aku yakin sekali. Ada sesuatu yang indah pernah terjadi dulu. Maksudku, kenangan masa kecilku. Aku juga tidak tau apa itu, hanya saja... yaahhh aku menyukai hujan. Itu saja” Jawab Poppy yang sepertinya ia juga tidak bisa menjelaskan kenapa ia bisa begitu menyukai hujan.
“Sama seperti Wildan” Kata Desteny. Bingung, Poppy menoleh kembali kearahnya, minta penjelasan. Apa maksud dari perkataan Desteny barusan, Wildan? Laki-laki itu menyukai hujan? Begitu? “Wildan juga menyukai hujan. Sepertimu” Lanjut Desteny memperjelas perkataanya begitu melihat raut bingung tergambar jelas diwajah sahabatnya.
“Bagaimana kamu bisa tau?” Tanya Poppy masih belum menemukan jawaban yang membuatnya puas.
“Aku sering melihatnya melakukan hal yang sama seperti yang kamu lakukan...” Jawab Desteny sambil melangkah kedepan dan ikut mengulurkan tangan kerah curahan hujan didepannya “Seperti ini” Lanjutnya “Dan tanpa menjadi orang pintar sekalipun, aku yakin semua orang akan tau jika dia sangat menyukai hujan. Karena senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya”
“Waahhh ternyata kamu tau banyak tentang diaa... Hayooo jangan-jangan kamu naksir dia yaaa” Tunjuk Poppy kearah Desteny sambil tersenyum ngeledek.
“Lho, bukannya kamu yang naksir sama tuh anak ya” Balas Desteny santai “Bahkan sampai memimpikannya segala, plus menjadi alasan kenapa kamu bisa ada disni, aku yakin itu sudah lebih dari cukup sebagai alasan bahwa kamu nak...mmmfff” Desteny tidak menyelesaikan ucapannya karena Poppy telah buru-buru membekap (???) mulut sahabatnya itu sebelum ada yang mendengar itu.
“Hais, jangan dibahas lagi. Bukannya kemaren kamu sudah puas menertawakanku ya. Bahkan kamu terus-terusan meledekku setelah tau apa yang terjadi. Kenapa sekarang mulai lagi coba?” Poppy merasa sebel.
“Ehehehehe, salah sendiri. Siapa suruh kamu mengatakan sesuatu yang jelas salah. Dari pada Wildan, aku yakin Fajrin lebih keren untuk ditakir” Jawab Desteny dengan santai, Poppy menatap kearahnya kaget.
“Fajrin?”
“Iaa, Fajrin. Temennya sii Wildan. Dan diaa.... Oops” Sebelum kalimat itu selesai, Desteny telah menutup mulutnya sendiri karena sepertinya ia telah mengatakan apa yang ia rasakan selama ini, kemudian ia menatap kearah Poppy yang kini sedang menatapnya penuh arti “Lupakan. Maksudku tidak seperti yang kamu fikirkan saat ini” Lanjut Desteny dengan malu.
“Hayooo, ga mau cerita? Iaa. Pake rahasia-rahasiaan? Bagusss...” Ucap Poppy dengan pandangan meng intimidasi dan membuat Desteny makin gugup.
“Bukan seperti itu, hanya sajaa...”
“Cerita, atau aku akan mengatakan langsung kepada orangnya” Ancam Poppy.
“Mengatakan? Astagfirullah, itu tidak mungkin kan?” Desteny bertambah gugup.
“Lihat saja kalau masih berani untuk merahasiakannya terhadapku” Balas Poppy bangga.
“Hais, kamu ini. Baiklah-baiklah. Aku cerita, tapi tidak disini. Ayo ikut aku” Ajak Desteny akhirnya, sepertinya sahabat barunya ini bukan tipe orang yang akan bermain-main dengan ucapanya, terbukti dengan adanya dia di pesantren itu sekarang. Itu sepertinya sudah cukup sebagai buktinya.
~ Cerita Romantis 'Mendadak Naksir' ~
“Hai Wildan...” Wildan yang sedang melangkah dengan buku ditangan seperti rutinitasnya setiap hari untuk meletakkan buku-buku itu dirumah pak Ustadz mengehntikan langkahnya dan menoleh kearah dua orang gadis yang berdiri tidak jauh darinya, dan sepertinya ia sangat tau siapa yang menyapanya dengan teriakan dan seramah itu kalau bukan sii Poppy.
“Mau kemana? Gabung sama kita yuk?” Kembali Poppy menyuarakan apa yang ingin ia katakan sementara jelas sekali gadis disampingnya menatap dengan rasa gugup dan malu tentunya. Dan sepertinya kalau ingatannya tidak salah, gadis itu yang bernama Desteny, bagaimana ia bisa lupa jika setiap hari Fajrin, sahabatnya menceritakan tentang gadis itu yang sudah berhasil menarik hatinya. Hais, benar-benar sebuah kisah cinta yang sungguh tidak ingin ia perdulikan.
Wildan sedikit membungkukkan tubuhnya dan tersenyum berusaha untuk bersikap ramah kemudian tanpa mengatakan apapun ia melangkah meninggalkan Poppy dan Desteny yang tidak jauh darinya, samar-samar Wildan mendengar Desteny yang menegur sahabatnya itu. Herannya Poppy malah tidak menanggapinya, Wildan terenyum melihat ulah mereka. Benar-benar... gadis itu. Kapan sii ia bisa menyadari posisinya saat itu. Mereka kan anak pesantren seharusnya tidak seperti itu. tapi hal itu tetap saja membuat Wildan tidak bisa menahan senyuman yang berhasil membuatnya berbunga-bunga.
“Sepertinya aku harus benar-benar menghindari gadis itu” Ucap Wildan sendiri setelah jauh dari Poppy dan Desteny “Tapi herannya kenapa dimanapun aku berada selalu saja dia muncul yang ga tau datangnya dari mana, sebenarnya dia itu punya wujud berapa banyak sii... mana bayangannya juga ga pernah lepas dari ingatanku lagi. Apa sii yang terjadi pada diriku ini...” Gerutu Wildan dalam hati. Meski ia bersikap cuek, tapi tetap saja. Ia tidak bisa menghindari apa yang ia rasakan. Sepertinya hati dan fikiranya sudah tidak berhaluan dengan sama.
Disisi lain ia merasakan ada yang lain dalam hatinya, tapi disaat yang bersamaan ia juga harus menjaga jarak. Ia berada di pesantren itu untuk belajar, meski ia juga tidak tau kenapa Poppy selalu bersikap ramah terhadapnya. Meski rasa penasaran juga sedikit demi sedikit merambat dalam hatinya, untuk mengetahi lebih banyak tentang Poppy. Tapi tetap saja, ia masih bisa untuk menyakinkan dirinya sendiri. Ia tidak boleh jatuh cinta dengan gadis itu. tidak.
Wildan mengingat kelakuan Fajrin beberapa waktu lalu, saat pertama kali ia bertemu dengan Desteny. Gadis itu juga belum lama ini masuk kepesantren itu. mendengar cerita Fajrin, katanya Desteny masuk pesantren setelah bertemu dengannya beberapa waktu yang lalu. Fajrin menyukai Desteny sejak pertemuan itu, pertemuan tidak sengaja disebuah toko buku saat ia sedang berbelanja. Sejak saat itu Fajrin menyukai Desteny. Dan tiba-tiba Desteny masuk kepesantren itu. Tapi tetap saja, Fajrin belum mengungkapkan perasaanya karena menyangkut beberapa hal.
Wildan menggeleng saat ingatan itu seperti meremas jantungnya, saat itu ia terus-terusan meledek Fajrin yang sering mengigau dalam tidurnya dan menyebut nama Desteny. Ia juga sering mengatakan kalau sahabatnya itu mungkin sudah gila. Tapi saat ini, astaga. Kenapa ia bahkan lebih parah lagi dari pada ini. Kenapa ia malah sepertiiii... tergila-gila pada Poppy. Bahkan bayangan Poppy tidak pernah lepas dari ingatannya. Mungkin ini akan menjadi pertanda buruk jika ia tidak segera untuk melupakannya.
Ya, gadis itu. Ia masih memikirkan gadis masa kecilnya, gadis pertama yang membuatnya jatuh cinta. Selama hampir 10 tahun ini ia masih bisa menahan perasaan dan menyimpan rasa cinta itu hanya untuk dirinaya sendiri. Tapi, setelah bertemu Poppy sepertinya bayangan masa kecilnya sedikit bisa ia lupakan. Atau lebih tepat jika apa yang ia rasakan terhadap Poppy, sama seperti apa yang ia rasakan terhadap gadis masa kecilnya.
Sedikit menyadari bahwa ia menyukai Poppy membuat hatinya bersedih, bagaimana bisa ia mengkhianati gadis yang ia suka sejak sepuluh tahun lalu. Memang, saat ini ia juga tidak tau dimana gadis itu, tapi ia juga masih ingat dengan semua yang terjadi dulu. Gadis itu, dia menginginkannya. Bahkan ia belum mengungkapkan apa yang ia rasakan karena usia mereka dulu masih kecil, tapi mungkin itu adalah kesalahan ia telah ia lakukan. Karena sebelum ia sempat mengungkapkannya, gadis itu sudah meninggalkannya terlebih dahulu.
Wildan kembali menggeleng, menghilangkan bayang-bayang masa lalunya, juga bayangan Poppy dari ingatannya. Kemudian ia mempercepat langkahnya untuk mengembalikan buku-buku yang tadi masih ditangannya. Memikirkan kedua gadis itu juga tidak menyelesaikan apa yang ia rasakan. Tapi, tidak memikirkannya juga sepertinya bukan ide yang bagus. Hais, benar-benar seperti dihadapkan dengan buah simalakama. Dimakan ga dimakan sama-sama tidak menyelesaikan masalah.
Bersambung....
Cut dulu yaakkk,... Masih tetap ancur kah??? Ahh sudah lahhh... sepertinya itu urusan belakangan. Ketemu di part ataupun cerpen selanjutnya yaa... byee...
Salam~Mia Cantik~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar