Haaa muncul lagi dengan cerpen lanjutan Cerpen Cinta Falling in love with you ~ 03 kemaren... Sesuai janji, kali ini akan muncul part selanjutnya. Yaitu Falling in love with you part ~ 04. Over all, Tanpa curcol lebih banyak lagi. Happy Reading ajja lahyaa.. Mia cantik nya lagi capek. Hehhe
“Mirma” sapa Hawa sambil ikut duduk disamping Mirma yang kembali duduk di bangku taman. Tempat ia menunggu kehadiran Surya dulu.
“Hawa? Ada apa?” tanya Mirma sambil menutup buku sketsanya.
“Nggax ada. Gue Cuma heran saja. Loe kenapa sih suka banget duduk disini sendirian?” tanya Hawa sambil menatap Mirma meminta jawaban.
“Hemm Entahlah. Sepertinya nggax ada alasan khusus tentang itu. Hanya saja gue nggax tau kenapa, sepertinya taman ini mempunyai kenangan yang sangat ingin gue ingat” jawab Mirma.
“Tentang Surya maksud loe?” tanya Hawa “Udahlah Mir, Dia itu...”
“Bukan” potong Mirma.
“Maksud loe?”
“Iya, kenangan yang gue maksud bukan tentang Surya” jawab Mirma dengan pandangan menerawang “Lima tahun yang lalu, saat itu gue sedang menunggu kedatangan Surya. Tapi tiba-tiba ada seorang cowok dengan jaket dan bertopi menghampiri gue dan memberika surat Kepergian Surya yang secara tiba-tiba lalu setelah itu Menghilang tanpa kabar” lanjutnya.
“Lalu?” Hawa masih nggax ngerti.
“Gue merasa ada yang aneh tentang itu. Gue yakin yang memberi gue bukan tukan Pos. Tapi ntah kenapa tatapannya menenangnkan. Gue tentu saja tidak tau dia siapa, tapi yang jelas. Kehadirannya membuat gue seolah terhipnotis. Dan gue yakin mata itu benar-benar mengingatkan gue akan sesuatu yang gue lupakan” jawab Mirma.
“Sesuatu yang loe lupakan?” tanya Hawa.
“Iya. Gue yakin gue mengenali mata itu. Tapi ntah kenapa kenangan itu seolah samar bahkan nggax terlihat sama sekali. Setiap gue berusaha mengingatnya selalu saja wajah Steven yang muncul, apa mungkin itu artinya...”
“Loe jatuh cinta sama Steven” lanjut Hawa skeptis membuat Mirma menatapnya kaget.
“Nggax. Bukan begitu, tapi...”
“Udah deh, ayo ngaku. Loe sebenernya mau ngomong itu kan, hayoo ayo ngakuuu... loe suka Steven kaannn...” goda Hawa.
“Hais, bukan begitu maksud gue Hawa,... loe jangan salah faham begitu” kata Mirma yang menyesali keputusannya menceritakan semua itu sama hawa.
“Loe nggax bisa menolak takdir Mirma. Terima takdir loe, karena sepertinya Loe itu berjodoh sama Steven. Jadi kapan kalian akan jadian?” tanya Hawa.
“Loe benar-benar menyebalkan!” komentar Mirma dan melangkah pergi.
“Hei, hei hei loe mau kemana. Gitu aja ngambek. Hais, ia deh ia gue minta maaf. Mirma, Mirma... hei tungguin gue...” kata Hawa dan menyusul sahabatnya melangkah meninggalkan taman.
Tanpa sepengetahuan mereka Steven mendengarkan semua yang mereka katakan, karena Steven berada diatas pohon, disalah satu dahan tepat diatas kursi yang diduduki Mirma tadi. Steven mengusap air matanya yang mengalir tanpa ia sadari, menyentuh dadanya yang berdebar, lalu menghembuskan nafas panjang.
“Maafin gue Mirma. Gue tau gimana prasaan loe. Gue bener-bener Minta maaf. Begitu menderitanya kah elo karena kesalahan gue, sampai Hawa nggax pernah suka sama keputusan elo tetap menunggu selama ini. Maafin gue Mirma. Gue tau ini semua kesalahan gue. Tapi...” Steve nggax sanggup menerus kan kata-katanya, hanya air matanya yang kembali mengalir membasahi pipinya.
“Papa... Mirma datang lagi... Papa pasti lagi istirahat sekarang. Gimana disana Pa, Mirma sangat ingin mengunjungi papa, tapi Mirma yakin itu adalah sesuatu yang nggax mungkin. Gimana tempat peristirahatan Papa sekarang. Apakah luas membentang, Mirma selalu mendoakan agar Papa bisa diterima disisi Allah Pa” kata Mirma sambil mengusap Nisan makam Papanya.
“Ternyata mencintai seorang diri seperti ini benar-benar menyakitkan Pa. Mirma, nggax bisa terus seperti ini. Apakah ini saatnya Mirma untuk melupakan Steven Pa. Mirma nggax mau makin mencintai dia sementara dia nya juga biasa-biasa saja sama Mirma. Tapi, setelah semua yang udah terjadi sekarang. Kenapa kata Melupakan itu terdengar begitu sulit untuk dilakukan?” lanjut Mirma.
“Papa, Cinta ini benar-benar nggax bisa dipilih harus untuk siapa. Tapi kalau Steven hanya menganggap Mirma itu sahabat, apakah itu artinya Mirma harus rela patah hati dua kali. Apa kalau Mirma tetap bersamanya dan memastikan dia belum milik siapa pun itu menjadi Mirma cewek paling egois Pa, tapi Mirma akan menerima semua nya kalau seandainya dia menjadi Milik orang lain yang dia cintai. Walau Mirma nggax yakin kalau disaat itu terjadi, Mirma dalam keadaan baik-baik saja” kata Mirma dengan perasaan yang nggax bisa ia ungkapkan.
“Mirma mencintanya Pa, tapi Mirma nggax tau kalau Steve...”
“Gue juga mencintai elo Mirma” Pernyataan yang tiba-tiba tapi terdengar tegas itu membuat Mirma kaget dan membalikkan tubuhnya, mendapati Steven yang berdiri sambil menatap nya dengan tatapan sendu “Bahkan sangat” lanjutnya yang langsung menyadarkan Mirma akan apa yang telah terjadi. Ini menyenangkan dan memalukan disaat yang bersamaan. Bagaimana bisa ini terjadi pada dirinya sekarang???
“Steven gue...” kata-kata Mirma terhenti saat dengan tiba-tiba Steve melangkah kearahnya dan menariknya kedalam pelukannya yang hangat. Membuat Mirma tidak bisa mengatakan sepatah kata pun yang harusnya ia katakan. Lalu beberapa saat setelahnya, Mirma melakukan hal yang sama. Membalas pelukan Steven. Tanpa sepatah kata lagi, karena sepertinya kali ini hati yang akan berbicara mewakili apa yang harusnya ia katakan. Bukankah apa yang dikatakan hati akan lebih baik dari pada apapun.
“Apa? loe jadian Sama Steven dipemakaman Bokap loe?” tanya Hawa setengah berteriak kaget saat Mirma menceritakan apa yang telah dialaminya kemaren. Karena setelah kejadian yang memalukan itu, Steve memintanya untuk menjadi pacar nya. Dan tentu saja itu membuat Mirma dengan senang hati menerimanya. Bahkan ungkapan itu disaksikan oleh ayahnya walau nggax secara langsung.
“Loe nggax perlu sekaget itu lagi” kata Mirma sambil mengunyah keripik kentang yang ia beli tadi setelah istirahat dimulai. Sambil menghirup udara segar diatas atap gedung kampusnya.
“Tapi bukannya kemaren...”
“Gue juga nggax tau ini pertanda yang baik atau buruk buat gue. Tapi gue merasa bahagia dengan kenyataan ini. Kalaupun gue akan merasakan sakit hati lagi nantinya, tapi gue akan merasa senang karena gue mencintai orang yang sangat luar biasa seperti Steve” potong Mirma.
“Maksud loe?” tanya Hawa.
“Loe tau, Steve yang meminta gue melihat betapa besar Surya mencintai gue. Bukan, bukan karena dia cemburu, tapi ntah kenapa dia dengan luar biasanya meminta gue memaafkan semua kesalahan yang telah Surya lakukan dulu, karena gimana pun juga karena Surya lah gue tau gimana rasanya jatuh cinta dan menunggu demi orang yang dicintainya itu. Gue tau, kalau nggax akan ada orang yang sebaik itu. Ntah kenapa, gue merasa kalau Steven itu orang yang sangat luar biasa” jawab Mirma.
“Steve meminta elo memaafkan Surya?”
“Iya. Dia bilang, mungkin Surya punya alasan yang belum bisa ia ungkapkan kenapa dia menghilang begitu saja. Dan gue yakin jika tiba saatnya nanti, gue pasti akan mengetahui apa alasannya. Sekarang, gue hanya harus berhenti memikirkan semua kesedihan serta sakit gue, dan hanya mengingat kebahagiaan yang telah Surya lakukan dulu. Karena sekarang gue udah bisa melupakan rasa cinta gue, nggax seharusnya gue juga melupakan kebaikannya dulu. Gue sudah bisa menerima kenyataan ini Wa, gue merelakan semua yang telah terjadi. Karena gue tau, semua sudah tertulis jelas gimana skenario yang harus gue mainkan” jelas Mirma panjang lebar, lalu menatap Hawa yang masih terdiam mendengarkan “Loe nggax akan melarang gue melakukan ini bukan?” lanjutnya.
“Tentu saja tidak Mirma” kata Hawa sambil memeluk Mirma bahagia “Loe tau, gue sebenernya nggax pernah membenci Surya, hanya saja gue nggax suka dengan kenyataan kalau loe menderita karena dia. Tapi kerena sekarang loe udah bahagia. Meski loe tetap mengingat Surya asal loe nggax akan menderita karena nya lagi. Gue nggax akan melarangnya Mir” lanjutnya.
“Makasih Wa...” balas Mirma dan membalas pelukan sahabatnya. Mungkinkah ini akhir dari semua penantiannya. Akan kah kebahagiaannya berlanjut dengan berakhirnya kisah penantiannya ini??? (Penulis datang membawa buku Naskah sambil bilang dengan tegas ‘Dramanya belom usah!! Sekarang kembali kebabak selanjutnya’. Hahaha #abaikan)
“Mirma gue Minta Maaf” kata Steven dengan tampang ngos-ngosan setelah berlari menuju taman tepat dihadapan Mirma. “Loe maafin gue kan?” Mirma melihatnya sekilas lalu mengalihkan tatapannya sebel.
“Nggax” jawab Mirma.
“Lho... kok nggax siiihh” Steve lemes dan duduk disamping Mirma, Mirma kembali mengalihkan pandangannya “Haiiss, loe jangan ngambek gitu donk. Tadi itu gue nggax sengaja terlambat” lanjut Steve.
“Nggax sengaja??? Terlambat hingga satu jam loe bilang nggax sengaja? Dasar ngaret!” Mirma sebel.
“Yaaa Maaf. Maaaaff banget. Gue lupa soalnya, tadi itu gue ketiduran dan...”
“Gue nggax mau denger” potong Mirma sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya.
“Yaaahh kok begitu sih, please donk Maafin gue, loe Manis deh” rayu Steven tapi Mirma tetap nggax mau menoleh.
“Loe menyebalkan!” kata Mirma masih sebel. Steven menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal bingung harus seperti apa lagi ia membujuk kekasihnya ini. Ia tau ini kesalahannya, tapi ia juga tidak mungkin mengatakan alasannya kecuali berbohong.
Belom saatnya ia menceritakan semua kepada Mirma, lalu ia melihat kesekeliling, dan matanya tertuju pada penjual ice cream yang tak jauh darinya. Sambil tersenyum misterius ia melangkah meninggalkan Mirma yang masih ngambek.
“Mau?” tawar Steven sambil menyodorkan ice cream kearah Mirma yang masih mengalihkan tatapannya kearah lain.
“Ice cream??” dengan wajah sumringah Mirma menatap ice cream dihadapannya, sepertinya kemarahannya menguap begitu saja setelah melihat makanan kesukaannya ini.
“Iya, ice cream. Kesukaan elo kan, gimana Mau nggax maaf in gue?” tanya Steven yang langsung mendapat anggukan sama Mirma dan meraih ice cream ditangannya dengan semangat. Steven tersenyum melihatnya.
“Nggax ada perubahan dari dulu, selalu saja seperti ini. Ratu ice cream!” kata Steven sambil mengusap kepala Mirma gemes. Mirma menghentikan tangannya yang sedang membuka bungkus ice creamnya lalu menatap Steven.
“Nggax berubah?? Ratu ice cream??” tanya Mirma yang langsung mengingat panggilan itu untuknya yang diberikan oleh Surya dulu lantaran dia sangat menyukai ice cream.
“Eh, eee iya. Ratu ice cream, Emmm sebenernya itu yang bapak tukang ice cream itu bilang buat loe, katanya loe selalu membeli ice creamnya, makanya dia bilang begitu” kata Steven mencari-cari alasan.
“Heee??? Mang indra maksud loe?” tanya Mirma yang udah kenal banget sama penjual ice cream langganannya.
“Entahlah, gue nggax seberapa mengenalnya, hanya saja tadi dia bilang begitu” jawab Steven sambil duduk disamping Mirma.
“Oh, kiraaaeeennn....” balas Mirma yang langsung menyesali dirinya sendiri. Nggax seharusnya ia memikirkan cowok lain saat bersama kekasihnya.
“Ice cream loe hampir meleleh tuh” komentar Steven yang langsung menyadarkan Mirma, membuat Mirma buru-buru melanjutkan memakan ice cream kesukaannya itu. Tanpa ia sadari Steven tanpak menghembuskan nafas lega dengan kenyataan yang ia dapatkan.
Bersambunggg ke Falling in love with you part 05
Salam ~ Mia Cantik ~
Cerpen cinta I Am Falling In Love With You ~ 04 |
“Mirma” sapa Hawa sambil ikut duduk disamping Mirma yang kembali duduk di bangku taman. Tempat ia menunggu kehadiran Surya dulu.
“Hawa? Ada apa?” tanya Mirma sambil menutup buku sketsanya.
“Nggax ada. Gue Cuma heran saja. Loe kenapa sih suka banget duduk disini sendirian?” tanya Hawa sambil menatap Mirma meminta jawaban.
“Hemm Entahlah. Sepertinya nggax ada alasan khusus tentang itu. Hanya saja gue nggax tau kenapa, sepertinya taman ini mempunyai kenangan yang sangat ingin gue ingat” jawab Mirma.
“Tentang Surya maksud loe?” tanya Hawa “Udahlah Mir, Dia itu...”
“Bukan” potong Mirma.
“Maksud loe?”
“Iya, kenangan yang gue maksud bukan tentang Surya” jawab Mirma dengan pandangan menerawang “Lima tahun yang lalu, saat itu gue sedang menunggu kedatangan Surya. Tapi tiba-tiba ada seorang cowok dengan jaket dan bertopi menghampiri gue dan memberika surat Kepergian Surya yang secara tiba-tiba lalu setelah itu Menghilang tanpa kabar” lanjutnya.
“Lalu?” Hawa masih nggax ngerti.
“Gue merasa ada yang aneh tentang itu. Gue yakin yang memberi gue bukan tukan Pos. Tapi ntah kenapa tatapannya menenangnkan. Gue tentu saja tidak tau dia siapa, tapi yang jelas. Kehadirannya membuat gue seolah terhipnotis. Dan gue yakin mata itu benar-benar mengingatkan gue akan sesuatu yang gue lupakan” jawab Mirma.
“Sesuatu yang loe lupakan?” tanya Hawa.
“Iya. Gue yakin gue mengenali mata itu. Tapi ntah kenapa kenangan itu seolah samar bahkan nggax terlihat sama sekali. Setiap gue berusaha mengingatnya selalu saja wajah Steven yang muncul, apa mungkin itu artinya...”
“Loe jatuh cinta sama Steven” lanjut Hawa skeptis membuat Mirma menatapnya kaget.
“Nggax. Bukan begitu, tapi...”
“Udah deh, ayo ngaku. Loe sebenernya mau ngomong itu kan, hayoo ayo ngakuuu... loe suka Steven kaannn...” goda Hawa.
“Hais, bukan begitu maksud gue Hawa,... loe jangan salah faham begitu” kata Mirma yang menyesali keputusannya menceritakan semua itu sama hawa.
“Loe nggax bisa menolak takdir Mirma. Terima takdir loe, karena sepertinya Loe itu berjodoh sama Steven. Jadi kapan kalian akan jadian?” tanya Hawa.
“Loe benar-benar menyebalkan!” komentar Mirma dan melangkah pergi.
“Hei, hei hei loe mau kemana. Gitu aja ngambek. Hais, ia deh ia gue minta maaf. Mirma, Mirma... hei tungguin gue...” kata Hawa dan menyusul sahabatnya melangkah meninggalkan taman.
Tanpa sepengetahuan mereka Steven mendengarkan semua yang mereka katakan, karena Steven berada diatas pohon, disalah satu dahan tepat diatas kursi yang diduduki Mirma tadi. Steven mengusap air matanya yang mengalir tanpa ia sadari, menyentuh dadanya yang berdebar, lalu menghembuskan nafas panjang.
“Maafin gue Mirma. Gue tau gimana prasaan loe. Gue bener-bener Minta maaf. Begitu menderitanya kah elo karena kesalahan gue, sampai Hawa nggax pernah suka sama keputusan elo tetap menunggu selama ini. Maafin gue Mirma. Gue tau ini semua kesalahan gue. Tapi...” Steve nggax sanggup menerus kan kata-katanya, hanya air matanya yang kembali mengalir membasahi pipinya.
Falling in Love with You
“Papa... Mirma datang lagi... Papa pasti lagi istirahat sekarang. Gimana disana Pa, Mirma sangat ingin mengunjungi papa, tapi Mirma yakin itu adalah sesuatu yang nggax mungkin. Gimana tempat peristirahatan Papa sekarang. Apakah luas membentang, Mirma selalu mendoakan agar Papa bisa diterima disisi Allah Pa” kata Mirma sambil mengusap Nisan makam Papanya.
“Ternyata mencintai seorang diri seperti ini benar-benar menyakitkan Pa. Mirma, nggax bisa terus seperti ini. Apakah ini saatnya Mirma untuk melupakan Steven Pa. Mirma nggax mau makin mencintai dia sementara dia nya juga biasa-biasa saja sama Mirma. Tapi, setelah semua yang udah terjadi sekarang. Kenapa kata Melupakan itu terdengar begitu sulit untuk dilakukan?” lanjut Mirma.
“Papa, Cinta ini benar-benar nggax bisa dipilih harus untuk siapa. Tapi kalau Steven hanya menganggap Mirma itu sahabat, apakah itu artinya Mirma harus rela patah hati dua kali. Apa kalau Mirma tetap bersamanya dan memastikan dia belum milik siapa pun itu menjadi Mirma cewek paling egois Pa, tapi Mirma akan menerima semua nya kalau seandainya dia menjadi Milik orang lain yang dia cintai. Walau Mirma nggax yakin kalau disaat itu terjadi, Mirma dalam keadaan baik-baik saja” kata Mirma dengan perasaan yang nggax bisa ia ungkapkan.
“Mirma mencintanya Pa, tapi Mirma nggax tau kalau Steve...”
“Gue juga mencintai elo Mirma” Pernyataan yang tiba-tiba tapi terdengar tegas itu membuat Mirma kaget dan membalikkan tubuhnya, mendapati Steven yang berdiri sambil menatap nya dengan tatapan sendu “Bahkan sangat” lanjutnya yang langsung menyadarkan Mirma akan apa yang telah terjadi. Ini menyenangkan dan memalukan disaat yang bersamaan. Bagaimana bisa ini terjadi pada dirinya sekarang???
“Steven gue...” kata-kata Mirma terhenti saat dengan tiba-tiba Steve melangkah kearahnya dan menariknya kedalam pelukannya yang hangat. Membuat Mirma tidak bisa mengatakan sepatah kata pun yang harusnya ia katakan. Lalu beberapa saat setelahnya, Mirma melakukan hal yang sama. Membalas pelukan Steven. Tanpa sepatah kata lagi, karena sepertinya kali ini hati yang akan berbicara mewakili apa yang harusnya ia katakan. Bukankah apa yang dikatakan hati akan lebih baik dari pada apapun.
Falling in Love with You
“Apa? loe jadian Sama Steven dipemakaman Bokap loe?” tanya Hawa setengah berteriak kaget saat Mirma menceritakan apa yang telah dialaminya kemaren. Karena setelah kejadian yang memalukan itu, Steve memintanya untuk menjadi pacar nya. Dan tentu saja itu membuat Mirma dengan senang hati menerimanya. Bahkan ungkapan itu disaksikan oleh ayahnya walau nggax secara langsung.
“Loe nggax perlu sekaget itu lagi” kata Mirma sambil mengunyah keripik kentang yang ia beli tadi setelah istirahat dimulai. Sambil menghirup udara segar diatas atap gedung kampusnya.
“Tapi bukannya kemaren...”
“Gue juga nggax tau ini pertanda yang baik atau buruk buat gue. Tapi gue merasa bahagia dengan kenyataan ini. Kalaupun gue akan merasakan sakit hati lagi nantinya, tapi gue akan merasa senang karena gue mencintai orang yang sangat luar biasa seperti Steve” potong Mirma.
“Maksud loe?” tanya Hawa.
“Loe tau, Steve yang meminta gue melihat betapa besar Surya mencintai gue. Bukan, bukan karena dia cemburu, tapi ntah kenapa dia dengan luar biasanya meminta gue memaafkan semua kesalahan yang telah Surya lakukan dulu, karena gimana pun juga karena Surya lah gue tau gimana rasanya jatuh cinta dan menunggu demi orang yang dicintainya itu. Gue tau, kalau nggax akan ada orang yang sebaik itu. Ntah kenapa, gue merasa kalau Steven itu orang yang sangat luar biasa” jawab Mirma.
“Steve meminta elo memaafkan Surya?”
“Iya. Dia bilang, mungkin Surya punya alasan yang belum bisa ia ungkapkan kenapa dia menghilang begitu saja. Dan gue yakin jika tiba saatnya nanti, gue pasti akan mengetahui apa alasannya. Sekarang, gue hanya harus berhenti memikirkan semua kesedihan serta sakit gue, dan hanya mengingat kebahagiaan yang telah Surya lakukan dulu. Karena sekarang gue udah bisa melupakan rasa cinta gue, nggax seharusnya gue juga melupakan kebaikannya dulu. Gue sudah bisa menerima kenyataan ini Wa, gue merelakan semua yang telah terjadi. Karena gue tau, semua sudah tertulis jelas gimana skenario yang harus gue mainkan” jelas Mirma panjang lebar, lalu menatap Hawa yang masih terdiam mendengarkan “Loe nggax akan melarang gue melakukan ini bukan?” lanjutnya.
“Tentu saja tidak Mirma” kata Hawa sambil memeluk Mirma bahagia “Loe tau, gue sebenernya nggax pernah membenci Surya, hanya saja gue nggax suka dengan kenyataan kalau loe menderita karena dia. Tapi kerena sekarang loe udah bahagia. Meski loe tetap mengingat Surya asal loe nggax akan menderita karena nya lagi. Gue nggax akan melarangnya Mir” lanjutnya.
“Makasih Wa...” balas Mirma dan membalas pelukan sahabatnya. Mungkinkah ini akhir dari semua penantiannya. Akan kah kebahagiaannya berlanjut dengan berakhirnya kisah penantiannya ini??? (Penulis datang membawa buku Naskah sambil bilang dengan tegas ‘Dramanya belom usah!! Sekarang kembali kebabak selanjutnya’. Hahaha #abaikan)
Falling in Love with You
“Mirma gue Minta Maaf” kata Steven dengan tampang ngos-ngosan setelah berlari menuju taman tepat dihadapan Mirma. “Loe maafin gue kan?” Mirma melihatnya sekilas lalu mengalihkan tatapannya sebel.
“Nggax” jawab Mirma.
“Lho... kok nggax siiihh” Steve lemes dan duduk disamping Mirma, Mirma kembali mengalihkan pandangannya “Haiiss, loe jangan ngambek gitu donk. Tadi itu gue nggax sengaja terlambat” lanjut Steve.
“Nggax sengaja??? Terlambat hingga satu jam loe bilang nggax sengaja? Dasar ngaret!” Mirma sebel.
“Yaaa Maaf. Maaaaff banget. Gue lupa soalnya, tadi itu gue ketiduran dan...”
“Gue nggax mau denger” potong Mirma sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya.
“Yaaahh kok begitu sih, please donk Maafin gue, loe Manis deh” rayu Steven tapi Mirma tetap nggax mau menoleh.
“Loe menyebalkan!” kata Mirma masih sebel. Steven menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal bingung harus seperti apa lagi ia membujuk kekasihnya ini. Ia tau ini kesalahannya, tapi ia juga tidak mungkin mengatakan alasannya kecuali berbohong.
Belom saatnya ia menceritakan semua kepada Mirma, lalu ia melihat kesekeliling, dan matanya tertuju pada penjual ice cream yang tak jauh darinya. Sambil tersenyum misterius ia melangkah meninggalkan Mirma yang masih ngambek.
“Mau?” tawar Steven sambil menyodorkan ice cream kearah Mirma yang masih mengalihkan tatapannya kearah lain.
“Ice cream??” dengan wajah sumringah Mirma menatap ice cream dihadapannya, sepertinya kemarahannya menguap begitu saja setelah melihat makanan kesukaannya ini.
“Iya, ice cream. Kesukaan elo kan, gimana Mau nggax maaf in gue?” tanya Steven yang langsung mendapat anggukan sama Mirma dan meraih ice cream ditangannya dengan semangat. Steven tersenyum melihatnya.
“Nggax ada perubahan dari dulu, selalu saja seperti ini. Ratu ice cream!” kata Steven sambil mengusap kepala Mirma gemes. Mirma menghentikan tangannya yang sedang membuka bungkus ice creamnya lalu menatap Steven.
“Nggax berubah?? Ratu ice cream??” tanya Mirma yang langsung mengingat panggilan itu untuknya yang diberikan oleh Surya dulu lantaran dia sangat menyukai ice cream.
“Eh, eee iya. Ratu ice cream, Emmm sebenernya itu yang bapak tukang ice cream itu bilang buat loe, katanya loe selalu membeli ice creamnya, makanya dia bilang begitu” kata Steven mencari-cari alasan.
“Heee??? Mang indra maksud loe?” tanya Mirma yang udah kenal banget sama penjual ice cream langganannya.
“Entahlah, gue nggax seberapa mengenalnya, hanya saja tadi dia bilang begitu” jawab Steven sambil duduk disamping Mirma.
“Oh, kiraaaeeennn....” balas Mirma yang langsung menyesali dirinya sendiri. Nggax seharusnya ia memikirkan cowok lain saat bersama kekasihnya.
“Ice cream loe hampir meleleh tuh” komentar Steven yang langsung menyadarkan Mirma, membuat Mirma buru-buru melanjutkan memakan ice cream kesukaannya itu. Tanpa ia sadari Steven tanpak menghembuskan nafas lega dengan kenyataan yang ia dapatkan.
Bersambunggg ke Falling in love with you part 05
Salam ~ Mia Cantik ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar