Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 27

Lanjutan Cerbung Mr Hero vs Mrs Zero ini guys, entah kenapa admin merasa sudah menghancurkan part kali ini.

Yuk monggo, yang pengen liat seberapa hancurnya ulah admin langsung scroll aja kebawah ya, seperti biasa part sebelumnya bisa diklik disini.

Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 22
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero Part ~ 22

Mr Hero vs Mrs Zero


"Digombalin cowok playboy berasa beda ya," ucapan Olive membuat David yang menikmati baksonya langsung menatap cepat kearah gadis yang kini masih menatapnya, David memutar otaknya keras saat tidak menemukan niat buruk dimata itu, meskipun ucapannya terdengar sedikit menyakitkan, namun sepertinya Olive tidak bermaksud begitu.

"Aku nggak bilang lagi ngegombal," balas David sambil tersenyum, dan benar saja seperti dugaannya gadis itu terlihat salah tingkah. David merasa mulai menang saat Olive mengalihkan tatapannya dan kembali memfokuskan diri untuk menikmati makan malamnya, dalam hati gadis itu sempat merasa kesal, kenapa godaan David malah membuat jantungnya berulah.

David masih tersenyum saat Olive terlihat gugup terus diperhatikan olehnya, bahkan gadis itu tidak sadar kalau makanan yang ia masukkan kedalam mulutnya menjadi tidak stabil, terbukti saat Olive tidak menyadari kalau gerakannya yang terburu-buru membuat mulutnya belepotan terkena kuah bakso. David menahan tawanya dan perlahan mengambil tissue yang tak jauh darinya, kemudian mengelap bibir gadis itu yang kini malah membuat Olive mematung ditempatnya.

"Pelan-pelan aja," ucap David sambil membersihkan mulut Olive, seolah itu bukanlah hal yang salah untuk dilakukan, "Kamu bisa tersedak makananmu kalau terburu-buru seperti itu," lanjutnya dan meletakkan tissue yang diguanakannya tadi diatas meja saat melihat mulut Olive sudah bersih kembali.

David seolah tidak perduli saat Olive menatapnya tidak percaya, bahkan pria itu dengan santai kembali melanjutkan ucapannya. Tidak tau harus berkomentar apa Olive masih menutup mulutnya, kemudian perlahan barulah kembali menikmati baksonya dalam diam. David sendiri tidak mengatakan apapun setelahnya, sampai keduanya menghabiskan makan malam mereka dengan fikirannya masing-masing.

"Alhamdulillah, kenyang..." ucap David sambil menggeser mangkok baksonya yang sudah kosong kesamping, kemudian meneguk air putih yang berada digelasnya untuk menuntaskan kegiatan mengisi tenaga dalam tubuhnya. Olive melakukan hal yang sama, namun ia masih tidak bersuara "Ngomong-ngomong, nilai ujian sudah keluar kan?" tanya David memulai pembicaraan.

Olive mengangguk, kemudian ia mengelap mulutnya dengan tissue untuk memastikan tidak ada lagi adegan yang memacu adrealinnya setelah menyelesaikan makannya "Sekolah kamu juga sudah bagi hasilnya?" Olive balik bertanya sambil meletakkan tissue kotor diatas mangkok bakso yang sudah kosong.

"Sudah," David mengangguk "Dan hasilnya benar-benar tidak buruk," lanjut pria itu sambil tersenyum.

"Oh ya? Sama dong kalau gitu, tapi tetap aja kita masih ada taruhan kan? Kebetulan nih, aku bawa hasil ujiannya," ucap Olive sambil membuka tas ranselnya, kemudian mengeluarkan selembar kertas dengan penuh percaya diri, David masih menunggu sampai gadis itu menyerahkan lembar hasil ujian yang sudah dilaluinya.

"Mana sini lihat," kata David dan meraih kertas yang baru saja dikeluarkan Olive, kemudian melihat angka yang tertera dalam hasil ujiannya, kemudian pria itu tampak tersenyum sambil mengangguk.

"Kamu sendiri, mana hasil ujianmu?" tanya Olive sambil menodongkan tangannya.

"Aku nggak bawa," jawab David sambil melipat kembali kertas ditangannya, lalu meletakkannya diatas tangan Olive yang masih menodongnya, pria itu kemudian tersenyum "Kita taruhan satu mata pelajaran aja ya. Untuk pelajaran Bahasa indonesia," lanjutnya dan membuat Olive mengangkat sebelah alisnya tanda bingung.

Penasaran dengan maksud ucapan David membuat Olive dengan cepat membuka lembaran ditangannya, memastikan hasil untuk ujian bahasa indonesia miliknya. Seingat gadis itu nilai bahasa indonesianya paling tinggi kali ini. Bahkan ia mendapatkan 98 poin karena berhasil menjawab banyak pertanyaan dengan benar, dan Olive semakin menaikkan sebelah alisnya lebih tinggi saat menyadari ingatannya tidak buruk.

"Aku kalah," kata David sambil melipat kedua tangannya diatas meja "Nilai bahasa indonesiaku 96 point. Kamu memenangkan 2 point karena hasilnya lebih tinggi," lanjutnya dan kali ini tersenyum senang.

"Lalu yang lainnya, berapa point yang kamu dapat selama ujian ini?" tanya Olive penasaran "Jangan bilang kalau semuanya mendapat nilai tinggi?" lanjutnya dengan tatapan curiga.

"Jadi apa yang kamu ingin aku lakukan?" tanya David mengabaikan ucapan Olive sebelumnya.

"Katakan padaku, berapa hasil ujianmu kali ini," kata Olive jelas tidak terima.

"Kamu tidak mau menang?" tanya David masih mengelak.

"Katakan," Olive tetap ngotot.

"Baiklah," David tampak menyerah kemudian merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel lalu menggeser dan mescroll layarnya, Olive masih menunggu sampai David menunjukkan layar ponselnya "205 point point," ucapnya sama dengan point yang tertera dilayar ponselnya, Olive melihat hasil ujian David yang sudah difotonya kemudian melihat kembali hasil ujian miliknya.

"Aku kalah 5 point," ucap Olive dengan raut yang terlihat kecewa.

"Kita bisa ganti taruhannya dengan hanya satu pelajaran kalau kamu menginginkannya," balas David hati-hati, tidak suka dengan reaksi kekecewaan yang gadis itu tunjukkan, tapi kemudian Olive menatap kearahnya dan tersenyum.

"Enggak," bantahnya "Aku kalah disini, dan jelas aja aku harus ikutin peraturannya, kamu bisa minta satu permintaan," lanjutnya penuh percaya diri, David ikut tersenyum dan senang karena Olive tidak lagi terlihat kecewa.

"Emm, aku boleh minta apapun kan?" tanya David memastikan dan mendapat anggukan dari Olive dengan cepat, namun David masih tampak berfikir sesaat dan membiarkan Olive menatap harap-harap cemas kearahnya "Baiklah, kalau gitu aku minta sebutkan permintaan kamu dan izinkan aku untuk mewujudkannya," lanjut pria itu sambil tersenyum.

"Permintaan macam apa itu," keluh Olive sambil menjauhkan tubuhnya dan bersandar dikursi duduknya, menyadari kalau permintaan David malah digunakan untuk menggodanya, namun diam-diam gadis itu juga tersenyum.

"Keinginanku emang cuma mau bikin kamu bahagia, jadi ayo katakan padaku," pinta David dan membuat Olive masih menatap penuh pertimbangan kearahnya "Inget, kamu harus mengabulkan permintaanku ya," lanjut David seolah tidak memberikan Olive pilihan selain menurut.

"Hemm, Baiklah," putus Olive mengalah "Tapi sebelum itu, katakan padaku bagaimana bisa kamu mendapatkan nilai lebih tinggi?" tanya Olive kemudian "Sulit dipercaya," lanjutnya dan membuat David tertawa.

"Sudah ku bilang bukan, aku belajar tiap hari," jawab David setelah tawanya mulai mereda "Aku tau seberapa banyak usaha yang kamu lakukan untuk ujian kali ini. Tapi kalau kamu menang, bukankah itu sama saja dengan membuatku terlihat sia-sia belajar setiap hari dan membiarkan kalah dengan seseorang yang hanya belajar 2 minggu sebelum masa ujian?" jelas David disertai pertanyaan yang hanya bisa mendapatkan jawaban 'Iya' dari Olive.

Dan benar saja, gadis itu tampak mengangguk setuju. Karena bagaimanapun, seberapa besarpun usaha yang kita lakukan dalam waktu singkat, tetap saja akan kalah dengan usaha seseorang yang bersungguh-sungguh sejak lama. Karena itu juga bukan banyak orang yang menghabiskan waktunya bertaun-tahun untuk seolah dari pada mengambil kelas privat. Karena usaha yang kita lakukan itu tidak akan menipu, hasilnya pasti akan terlihat jelas berbeda.

"Jadi, katakan padaku apa yang kamu inginkan?" tanya David mulai tidak sabar.

"Tapi tunggu dulu," tahan Olive dan mendapat balasan expresi 'Apa lagi' dari wajah David, gadis itu mengabaikan reaksi David dan mendekatkan lagi tubuhnya kearah David dengan menumpukan kedua sikunya diatas meja "Bukannya taruhan itu cuma satu permintaan ya?" tanya Olive dan kali ini mendapat tatapan penuh tanya dari David, jelas tidak mengerti dengan arah pertanyaannya "Dan kamu jelas meminta padaku dua permintaan, mengatakan dan ingin mengabulkan," jelasnya karena David tidak bersuara sebelumnya.

"Ah ayolaahhh..." keluh David mulai terlihat kesal karena Olive terus-terusan menggodanya, jelas terlihat kalau gadis itu memang sengaja ingin mengulur-ulur waktu untuk mengatakan apa yang ia inginkan, David jadi gemes sendiri melihatnya "Katakan saja padaku apa keinginanmu, lalu aku tidak akan meminta izinmu untuk melakukannya," lanjtu pria itu terlihat tidak sabaran, Olive tertawa menanggapinya. Senang dengan reaksi David yang tampak kesal karena ulahnya, tingkah kekanak-kanakan pria itu benar-benar menarik perhatiannya.

"Baiklah-baiklah, kali ini aku akan katakan," Olive akhirnya mengalah setelah puas tertawa senang, "Jadi, aku ingin..." ucapan Olive terpotong saat terdengar deringan ponsel dari saku jaketnya, sepertinya ia lupa mengatur dering ponselnya lagi karena suara keras itu sempat membuat beberapa pelanggan yang lain melirik kearahnya, dengan cepat Olive mengeluarkan benda mungil itu sambil memasang expresi meminta maaf kearah pelanggan yang lain.

Olive melihat siapa yang menghubunginya kemudian segera menggeser layarnya untuk menjawab, cepat-cepat bertindak agar suara ponselnya cepat mati. Kemudian gadis itu meletakkan ponsel ditelinganya "Iya, kenapa Ri?" tanya Olive segera setelah penelfon menjawab Hallo diseberang sana.

David masih memperhatikan Olive yang sedang fokus dengan penelfonnya, pria itu berpura-pura terlihat tidak perduli dengan meneguk air dari gelasnya namun diam-diam tetap memasang pendengarannya dengan baik saat gadis itu menyebut penelfon dengan panggilan 'Ri' apakah itu artinya Arial? kenyataan itu jelas membuat David sedikit gelisah, entah kenapa ia tidak menyukai keadaan ini, ia menahan tangannya agar tidak bertindak kasar dengan merebut ponsel Olive dan memaki pria diseberang sana.

"Besok?" tanya Olive sambil berfikir "Emm, aku senggang sih," lanjutnya dan kali ini mengalihkan tatapannya dan berhenti didepan David, pria itu masih terdiam menatapnya, membuat Olive juga ikut terdiam, seolah gadis itu kali ini sedang mempertimbangkannya "Eh iya, Sorry..." ucapnya kemudian, mungkin karena sang penelfon menegurnya, sementara David sendiri tidak bisa mendengar ucapan dari lawan bicara Olive diseberang sana.

"Bisa kok. Bisa," kali ini Olive mengatakannya dengan sedikit terburu-buru, David yang berada didepannya kali ini jelas tidak bisa menyembunyikan rasa kesal yang tiba-tiba menelusup kedalam hatinya, pria itu mati-matian menahan diri agar emosi tidak menguasainya "Oke, yaudah. Sampe besok," tutup Olive dan kali ini langsung menutup panggilannya, gadis itu menatap David dengan ragu dan terlihat gugup.

Perlahan Olive memasukkan ponselnya kembali dalam saku jaketnya, entah kenapa atmosfer disekitarnya berubah menjadi lebih gelap dan keceriaan sebelumnya menguap entah kemana, Olive sendiri tidak tau apa yang harus ia lakukan atau katakan untuk mencairkan suasana yang tampak membuatnya bahkan sulit hanya untuk menelan ludahnya sendiri.

"Siapa?" tanya David singkat.

"Iya?" Olive masih terlihat gugup "Ah ituu... Temen," jawabnya kemudian seolah baru menyadari apa yang ditanyakan David.

"Jadi besok kamu sudah ada janji?" tanya David kembali, mengingat besok adalah hari minggu.

"Eee Iya," jawab Olive masih terdengar gugup, dan kali ini ia ikut menganggukkan kepalanya. David melihat Olive yang mulai terlihat tidak nyaman, dan dirinya sendiri juga mulai merasakan hal yang sama.

"Kayaknya aku terlambat selangkah ya," ucap David perlahan, Olive masih terdiam karena tidak tau harus menjawab apa "Yaudah nggak papa," lanjut David dan kali ini menarik nafasnya lebih panjang lalu menghembuskannya perhalan seolah ingin mengganti oksigen dalam tubuhnya dengan udara yang lebih baik, paru-parunya terasa sedikit sesak "Mungkin aku bisa minta temenin temen yang lain cari kado pernikahan Tante minggu nanti," ucap David terdengar pasrah.

"Sorry,..." balas Olive yang masih tidak tau harus mengatakan apa, ia jelas merasa bersalah. Namun entah kenapa terlalu berat untuk menjelaskan pada pria itu, David menatap kearahnya dengan raut wajah yang sulit ditebak kemudian pria itu mengangguk, entah memang faham atau hanya karena ia tidak ingin menanyakan sesuatu dan mendengarkan jawaban yang tidak diinginkannya, D=kemudian pria itu berdiri membuat Olive mendongakkan kepalanya menatap kearahnya.

"Kita pulang aja ya," ucap David terlihat tidak nyaman "Sudah malem juga," lanjutnya sambil meletakkan tangannya kedalam saku celana, berusaha kembali untuk mengendalikan diri. Olive terdiam sesaat, dan membiarkan David melangkah lebih dulu kearah motornya lalu perlahan barulah ia ikut berdiri dan mendekati David.

Pria itu hanya memberikan helm nya dalam diam, dan Olive juga menerimanya tanpa mengatakan apapun. Suasana mendadak menjadi cukup canggung untuk memulai sebuah kalimat, dan kali ini David mengantarkan Olive tanpa suara, larut dengan fikirannya masing-masing. Tanpa suara namun jelas merasakan rasa sakit yang sama. Entah kenapa kali ini Olive merasa kesalahpahaman yang ia timbulkan mulai tidak terlihat baik-baik saja untuk ditanggungnya nanti.

Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 28

Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero

Tidak ada komentar:

Posting Komentar