Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 14

Masih dengan tema yang sama Mr Hero vs Mrs Zero, kali ini lanjut ke part 14. Buat yang mau baca lagi part sebelumnya klik saja disini, Cerbung romantis Mr Hero vs Mrs Zero part 13, happy reading.

Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 14
Cerbung Romantis Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 14

Mr Hero vs Mrs Zero


“Ah Capek,” Keluh Dion sambil meluruskan kakinya, setelah melewati perjalanan jauh bersama kedua sahabatnya akhirnya ia tiba ditempat tujuan. Tepatnya di hutan ‘Bumi perkemahan’ tempat dimana biasanya anak-anak pramuka bercamping-ria. Menggunakan anak-anak gadis pramuka untuk membangkitkan kembali jiwa keplayboyan David ke mode Aman.

“Dasar cupu,” ejek Hendra sambil menendang kaki sahabatnya dan dengan cepat merebahkan tubuhnya tepat disamping Dion yang hanpir terjatuh akibat keisengannya.

“Aish, songong,” Omel Dion dan melemparkan ranting kearah Hendra, membuat sahabatnya itu malah cengengesan sambil menyingkirkan ranting yang mengenai wajahnya.

“Kita nginep?” tanya David sambil mengusap keringat yang mengalir dipelipisnya, kemudian meraih botol didalam tasnya, meneguk hampir separuh isinya untuk menghilangkan rasa haus yang ia rasakan.

“Yakin. Seperti sebelum-sebelumnya, Aku udah pastiin disini ada yang berkemah malam ini, kita bermain sebentar dengan mereka,” ucap Hendra sambil tersenyum jahil.

“Sengaja nih aku siapin mukena bekas punya siemak yang udah nggak dipake. Masih bisa dipake buat nakut-nakutin kok, seperti biasa kamu bakal jadi pangeran penolongnya. Playboy,” balas Dion dan ikut tersenyum jahil.

“Tidak terdengar menarik,” balasan David membuat kedua sahabatnya menoleh kaget, padahal ini rutinitas bulanan mereka untuk bersikap jahil dan menjadikan David seolah penyelamatnya, bahkan ide gila ini ciptaan dari makhluk songong yang mengatakan tidak menarik.

“Sehat kan Dev?” tanya Dion sambil mengulurkan tangannya kekening David yang jelas langsung ditepisnya “Mastiin doang juga,” lanjutnya kesal karena menerima penolakan.

"Nggak lucu," sinis David tanpa rasa bersalah.

"Mending cerita dulu deh, kamu kesambet setan mana berubah drastis gini?" tanya Hendra kemudian dengan tampang seriusnya.

“Aku Cuma mau tobat,” jawab David yang diluar dugaan teman-temannya, bahkan kalimat itu jauh dari kata yang bisa diucapkan seorang David sang playboy,

"Aku merinding, sumpah!" ucap Dion sambil bergidik "Kamu nggak lagi mau pergi kemana kan Dav? Nggak lagi sakit parah juga kan? Kamu yakin udah mau tobat?" tanyanya yang langsung mendapat jitakan dikepalanya dan membuatnya mengaduh sambil mengusap-usap kepalanya, ini kenapa dari tadi dia mulu yang kena sialnya.

“Tobat sih tobat, tapi itu tangan nggak bisa dikondisikan apa?” protes Dion.

"Lalu, apa ini ada hubungannya sama sang gadis toko buku?" tanya Hendra kemudian, kali ini atmosfer mendadak kembali normal. Dion melirik kearah David yang tampak sedang diam sambil berfikir, melihat gelagatnya jelas tidak ada bantahan dari pria itu.

"Maksudnya Olive?" tanya Dion memastikan, namun tidak ada suara yang menyalahkan atau membenarkan dari kedua sahabatnya "Olive yang itu?" tunjuk Dion kemudian yang membuat kedua sahabatnya menoleh kearahnya, namun Dion hanya mengarahkan untuk melihat tunjukannya, David yang merasa normal tidak mau menanggapi gurauan sahabatnya mendengus kesal dan memilih meraih botol minum disampingnya.

"Nggak lucu, ngapain tuh anak dihutan siang-siang gini," balas David cuek dan meminum air dari botol ditangannya.

“Pacaran mungkin?” jawaban Hendra membuat David yang sedang minum tersedak cepat, bahkan belum sampai disitu ia langsung membulatkan matanya kaget saat melihat Olive tampak sedang mengobrol ramah dengan seorang pria.

Percuma saja menghabiskan waktunya untuk melupakan gadis itu jika akhirnya masih tetap kehadiran gadis itu berpengaruh dengan kinerja detak jantungnya, David meremas botol ditangannya yang membuat hampir sebagian isinya tumpah, kedua sahabatnya menatapnya takut.

"Kamu baik-baik saja kan Dav?" tanya Dion hati-hati, mereka belum pernah melihat sahabatnya tampak frustasi seperti ini. Kemudian kembali melirik Olive yang masih berjalan santai dengan pria yang tidak dikenalnya, kemudian gadis itu berhenti, merogoh hanphone disakunya, sementara pria yang bersamanya juga melakukan hal yang sama, tidak perlu menjadi orang pintar sekalipun untuk menebak situasi ini. Kemudian sebelum kedua sahabatnya menyadari atau menahannya, David sudah lebih dulu berdiri dan melangkah kearah kedua makhluk yang menarik perhatiannya sambil membuang botol yang sudah tidak berbentuk itu sembarangan ketanah.

Mr Hero vs Mrs Zero


"Ngapain kamu disini?" tanya Olive setelah sadar dari keterkejutannya. Ia menormalkan expresi tidak perdulinya kembali, kemudian menatap kearah pria yang sempat membuatnya uring-uringan beberapa hari terakhir ini, perasaan tenangnya kembali hancur dengan kehadiran pria ini dan tanpa disadari ia justru malah merasa lega. Perasan lega ini yang makin membuatnya kesal dan tidak menyadari apa yang terjadi dengan hatinya, ia jelas menolak untuk mempercayai bahwa ia merindukan David.

"Bukan urusan kamu, ini tempat bebas yang bisa didatangi siapa aja kan?" ucap David kesal, Olive menaikkan sebelas alisnya belum pernah David memperlakukannya dengan sembarangan seperti ini, sejauh ia mengenal pria itu selalu saja David tersenyum ramah dan memperlakukannya dengan manis.

"Ehem, maaf ya mas. Gue nggak tau loe siapa, tapi kita sedang sibuk. Loe kalau mau cari ribut atau ada perlu sama Olive bisa diselesaikan nanti," Arial akhirnya ikut bersuara, menengahi. David menatap kearahnya dan kekesalan makin bertambah ia rasakan, meskipun Arial mengucapkannya dengan sangat ramah, senyuman juga tidak pernah lepas dari bibirnya, namun jelas perasaan pria tidak bisa dibohongi. David tau sekali jika pria ini jelas menaruh rasa pada Olive, dan kenyataan itu makin membuat hatinya berantakan.

"Nggak sopan tau ngambil hape orang sembarangan," ucap Olive dan merampas kembali hanphonenya ditangan David saat pria itu masih terfokus menatap Arial, seolah dengan tatapannya bisa membunuh siapapun yang ia lihat, Olive sendiri tidak tau apa yang terjadi pada David yang berubah jadi makin menyebalkan dari pada biasanya "Memang bukan urusan aku sih kamu mau ada dimana, asal itu nggak menganggu rutinitasku," lanjutnya tegas, kemudian ia melirik kearah Arial "Ayo, kasian kalau yang lain makin kelaman nunggu," lanjutnya dan dibalas anggukan Arial.

David ingin menahan Olive kembali, namun ia sama sekali tidak menemukan alasan yang tepat untuk melakukannya, akhirnya ia membiarkan Olive pergi begitu saja. Frustasi ia menendang ranting yang tidak jauh dikakinya, baru kali ini ia merasakan perasaan yang dia sendiri sulit untuk mengartikannya. Ia kesal, marah dan juga merasa senang dalam saat yang bersamaan. Tapi satu yang pasti, ia tidak menyukai pria yang bersama Olive saat ini, sangat tidak suka. Apalagi saat Olive lebih memilih pergi meninggalkannya dengan pria yang langsung dinobatkan menjadi pria yang dibencinya.

"Aku tunggu kamu sampe selesai, temui aku disini lagi nanti. Coba aja kalau berani nggak dateng," teriak David yang ia yakini masih didengar Olive, namun gadis itu tetap melangkah pergi tanpa menoleh sama sekali.

Masih dengan perasaan kesal David melangkah pergi, kembali kearah kedua teman-temannya yang masih menunggu dan jelas sekali masih memperhatikannya. Entah apa yang akan difikirkan kedua sahabatnya, yang jelas fikirannya masih berputar dari sosok Olive. Sama sekali tidak menyangka kalau ia akan bertemu Olive disini. Apa jangan-jangan sekolah gadis itu yang sedang mengadakan perkemahan, tapi ia baru tau kalau Olive masuk pramuka, mengingat gadis itu yang bekerja part time membuatnya berfikir ulang tentang itu, memangnya kapan ia bisa mengikuti kegiatan pramuka. Meskipun tidak menjadi salah satu dari mereka, David tau sekali kalau kegiatan pramuka itu banyak. Gadis itu tidak mungkin mengikuti pramuka, jadi apakah mungkin benar kata teman-temannya kalau mereka berpacaran? Fikiran itu segera dibantah hati dan fikirannya, ia tidak menyukai fakta itu, bahkan meskipun hanya untuk difikirkan.

Mr Hero vs Mrs Zero


Olive meluruskan kakinya dirumput, mengisirahatkan kakinya yang mungkin akan lepas sebentar lagi. Rasa lelah benar-benar membuyarkan imaginasinya tentang betapa menyenangkan perjalanan ini. Setelah selesai berdiskusi dengan kelompoknya tadi, merangkap dengan perkenalanan mereka melakukan kegiatan pertama, mengikuti berbagai permainan yang Olive sendiri baru kali ini mengikutinya, seperti Balon pasangan yang entah kenapa Airal dengan seenaknya menariknya untuk ikut dan berefek dirinya ditatap sinis oleh anak-anak cewek sekelompoknya, pria itu benar-benar tidak bisa membaca situasi. Kemudian permainan 'Tebak siapa aku' yang lagi-lagi menjadikannya kambing hitam dikelompoknya, setelah matanya ditutup Olive merasakan tubuhnya diputar-putar kemudian diminta berkeliaran sendiri untuk menebak nama-nama teman-teman kelompok yang ditemuinya. Mending kalau hanya menebak, ini ia sendiri saja baru mengenal mereka, dan permainan ini bukanlah permainan yang mudah.

Setelah perjuangan yang berdarah-darah _Lebay_ akhirnya ia mendapatkan 3 teman yang benar dalam tebakannya, itu juga karena Airal yang dikenalinya dari bau parfumnya, tidak. Dia bukan termaksuk gadis mesum, hanya saja parfum pria itu salah satu parfum yang berbeda dari teman-temannya yang lain, dan percayalah meskipun permainan yang menguras keringat itu, pria itu masih tetap wangi. Olive menggelengkan kepalanya saat ingatannya malah liar kemana-mana. Kedua Anisa, temennya yang suka nyinyirin dia dan mampu membunuhnya dengan hanya tatapan mata, gadis yang lansung menobatkan dirinya sebagai saingan, jelas saja Airal penyebabnya. Dia mengenalinya juga karena gadis itu membisikkan kalimat sadis yang jelas ia yakini hanya dirinya yang mendengar kemudian terkahir Robert yang merupakan anak paling kecil dikelompoknya.

"Huffhh," Olive menghembuskan nafasnya kesal mengingat kejadian yang telah dialaminya, belum lagi dengan permainan Estafet, permainan talik tambang, permainan loncat goni dan permainan voli yang dilewatinya, dalam hati ia berfikir memangnya ini sedang acara tujuh belasan, bahkan meskipun acara tujuh belasan ia tidak pernah ikut dan ini ia DIHARUSKAN, perlu digaris bawahi Harus. Mengingat hukuman yang harus diterima bukan perorangan melainkan kelompok saat ada yang dengan sengaja tidak mengikuti permainan. Jelas saja, ia tidak akan diizinkan untuk berkata tidak, Arial saja sudah cukup menjadi alasan ia dibenci didalam kelompoknya, tidak butuh alasan yang lainnya lagi. Masih mencoba menetralkan detak jantungnya karena kesal Olive meraih botol minum yang tadi dibawanya dan menenggak isinya.

"Kamu nggak dengerin ucapanku tadi ya,?" suara disampingnya mampu membuatnya kaget dan efeknya tersedak minumannya sendiri, Olive terbatuk-batuk serta dalam hati mengumpat makhluk yang mengganggu istirahatnya, Astaga tidak bisakan ia menenangkan dirinya sekarang.

David _Selaku pria tidak berperasaan yang mengganggu Olive_ mengelus-elus punggung tubuh Olive dan menyerahkan tissue dengan santai, pria itu sendiri jelas tidak merasa bersalah sedikit pun. Dalam hati ia sedikit puas, setidaknya ia juga mengalami hal yang sama saat tadi melihat Olive dan _Pria yang tidak ingin ia sebutkan_ jalan bersama.

"Kualat sih, Kamu nggak taukan aku nungguin kamu berapa lama? Dikira kesabaranku banyak apa?" keluh David setelah Olive mulai tenang kembali dari batuk-batuknya. Gadis itu menatap sengit kearah David, siap menumpahkan amarahnya. Namun rasa lelah membuatnya terpaksa harus diam, sepertinya tenaganya benar-benar terkuras banyak hari ini.

"Nggak usah cari masalah kamu, tinggalin aja aku sendiri," ucap Olive dan kembali meminum minumannya, ia cukup pintar untuk menghemat tenaganya.

"Nggak kebalik? Bukannya kamu yang cari masalah? Tau apa kesalahan kamu kan?" David masih menggunakan nada _Ngajak berantemnya_ yang membuat Olive menghembuskan nafas kesalnya berkali-kali, berharap hal itu mampu membuatnya lebih baik.

"Aku lagi nggak mau berdebat, apalagi sama kamu. Kalo kamu punya mata, bisa tau kan aku lagi kecapean?" balas Olive sambil menatap kearah David membuat pria itu ikut menatap kesal kearahnya, tapi kemudian ia terdiam menyadari gadis itu memang terlihat sedang kelelahan, akhirnya ia menghembuskan nafas menyerah. Menyadari mengajak Olive bicara saat ini sama sekali bukan pilihan yang bagus.

"Oke. Kita bicara nanti," putus David yang bersamaan dengan gerakan tangannya menarik lengan Olive dengan cepat hingga membuat gadis itu kehilangan keseimbangan, kemudian jatuh tepat dipangkuan David. Olive menatap protes kearah pria didepannya "Aku kasi waktu kamu buat istirahat, jangan harap bisa kabur lagi," lanjutnya sebelum Olive protes, Gadis itu masih menatap protes kearahnya, tapi kemudian ia terdiam.

"Ah terserahlah," putusnya kemudian, dan dengan kasar menarik jaket miliknya untuk menutupi wajahnya dan sebagian tubuhnya. Sadar melawan David tidak akan memperoleh kemenangan, bahkan jelas tenaganya semakin berkurang. Ia hanya perlu menyembunyikan wajahnya agar tidak ada anak-anak lain yang mungkin melihatnya. Dalam keadaan normal ia jelas malu melakukan ini, namun sepertinya rasa lelah lebih mendomisi saat ini. Terlebih lagi jelas saja pangkuan pria ini lebih nyaman daripada rumput, juga aroma parfum David terrasa menenangkan dalam indra penciumannya.


Bersambung ke Mr Hero vs Mrs Zero part ~ 15

Detail cerbung Mr Hero vs Mrs Zero

Tidak ada komentar:

Posting Komentar