Cerpen cinta "My Idola" Part ~ 05 (End)

Seperti yang telah dijanjikan kemeren dulu ntu, nah ini akhirnya cerpen cinta My idola bakalan end di pert 05 kan? Dari pada kelaman berdiam diri di draf komputer, mending langsung diposting ajja, selanjutnya mungkin bakal berfikir keras mengingat ide Prince and Princess yang udah lama banget ga nongol, karena data yang udah diketik hilang. Gegara komputernya heng kemaren. Huhuhu #NangisBombay

Haha tapi ga janji juga sii, kalo idenya masih mentok yaa... diganti deh, sama cerita lain yang bakalan gadis penulis ini fikirin nantinya, baiklah dari pada curcol ga jelas gini, mending langsung kecerpennya ajja yuk. Untuk yang udah lupa gimana sama cerita sebelumnya, bisa diklik disini 'Cerpen cinta My Idola part ~ 04'. Over all, happy reading ajja yaa...


Cerpen cinta "My Idola" Part ~ 05 (End)


“Nih, loe minum dulu” kata Renddy sambil menyodorkan sebotol aqua dihadapan gue, sambil tersenyum sekilas gue menerimanya. Saat ini gue sedang duduk ditaman belakang kampus, ditemani Renddy. Sambil menikmati suasana yang semilir dan cuaca yang begitu cerah. Renddy duduk disamping gue. Ini benar-benar indah.

“Makasih” ucap gue sambil menatap lurus kedepan, mengabaikan Renddy yang berpaling menatap gue bingung.

“Untuk?” tanya Renddy saat gue tetap terdiam tanpa meneruskan ucapan gue.

“Semuanya. Untuk semua yang telah elo lakukan sama gue, terima kasih ya” ucap gue sambil menatap kearahnya.

“Lo, Loe... nggax perlu begitu donk” ucap Renddy sedikit gugup, lalu mengusap-usap rambutnya salting, gue tersenyum melihat ulahnya “Nggax ada yang salah dengan apa yang gue lakukan. Jadi loe nggax perlu berterima kasih segala. Bukankah, itu gunanya Teman? Nggax ada Maaf, dan terima kasih” lanjutnya.

“Iya. Gue tau, tapi sepertinya ada pengecaulian untuk ini dan gue juga harus mengucapkan terima kasih sama loe” ucap gue.

“Udahlah, lupain. Seharusnya gue yang harus minta maaf sama loe” ucap Renddy yang membuat gue bingung, Renddy menunduk, memainkan air yang berada didalam botol pada genggamannya “Gara-gara gue, loe melupakan janji loe sama Ivan kemaren” lanjutnya. Gue tersenyum.

“Nggax apa-apa. Udahlah, lupain saja. Itu salah gue juga kali. Kenapa gue harus lupa. Bukan gara-gara loe” balas gue.

“Kalau loe jadian sama Ivan. Gue bakal kehilangan elo donk” kata Renddy tiba-tiba. Membuat gue menatapnya kaget. Apa maksud ucapannya.

“Jadian???”

“Lho, memangnya loe nggax berniat membalas perasaan Ivan??” Renddy bingung. Gue terdiam. Iya, Renddy benar. Memangnya gue nggax mau membalas perasaan Ivan. Tapi jadian sama cowok mantan playboy itu. Apa tidak apa-apa? “Loe tenang saja, Ivan sudah berubah” lanjut Renddy yang seperti tau apa yang gue fikirkan.

“Gue nggax yakin itu” ucap gue lirih.

“Loe masih belum percaya sama Ivan? Gue saja udah bisa menebaknya dari awal, kalau dia itu suka sama loe. Dan gue juga sangat yakin kalau loe juga memiliki perasaan yang sama. Gue benar kan?” kata Renddy sambil tersenyum.

“Apakah perasaan gue sejelas itu?” tanya gue yang membuat Renddy tersenyum.

“Semua orang juga bisa melihatnya dengan jelas kali... Ivan saja yang nggax percaya sama pendapat orang lain. Dia hanya percaya akan apa yang terjadi dengan ungkapan orangnya langsung. Loe harus mengambil sisi positif tentang itu. Bukankah itu artinya dia akan mempercayai elo lebih dari siapapun?” balas Renddy, dalam hati gue membenarkan apa yang ia katakan. Dan akhirnya gue tersenyum.

“Gue akan mulai mempercayainya mulai sekarang” balas gue, Renddy ikut tersenyum.

“Kalau begitu, sebelum loe jadi milik orang lain, gimana kalau loe peluk gue sekarang” kata Renddy sambil merengkangkan kedua tangannya “Gue nggax mungkin melakukannya setelah loe jadian sama Ivan bukan?” lanjutnya. Membuat gue, memutar mata mencerna ucapannya. Lalu tersenyum dan menganngguk. Sedetik kemudian gue sudah berada dipelukannya yang hangat.

Gue benar-benar merasa hangat sekarang. Hangat perasaan dilindungi oleh orang yang gue sayang. Sebagai seorang sahabat. Gue nggax merasa ada yang salah dengan ini. Renddy mengusap punggung gue menengkan. Tapi tiba-tiba ada yang menarik tubuh gue menjauh. Sebelum gue tersadar kini gue sudah berada dalam dekapan yang lebih menghangatkan dan membuat jantung gue berdetak cepat.

“Sudah cukup semuanya. Gue udah rela menunggu 4 jam dalam hujan gara-gara Seril melupakan gue karna elo. Dan sekarang, apakah elo mau membuat gue menunggu lagi karena loe berniat merebut Seril dari gue?” ucapan itu, membuat gue menoleh kaget. Tunggu, apa yang baru saja dia katakan. Hei, dia salah faham.

“Van, ini...”

“Gue pringatin sama loe” Tunjuk Ivan kearah Renddy, what, ucapan gue nggax dianggap??? “Berhenti menganggu Hubungan gue sama Seril. Dia milik gue yang nggax akan gue serahkan sama orang lain, termasuk elo” lanjutnya.

“Apakah itu artinya loe cemburu?” ucap Renddy santai membuat Ivan menatapnya tanpa bisa membantah. Gue tersenyum menanggapinya “Cowok playboy seperti elo bisa cemburu juga? Wah, wah, wah... Ivan. Loe sadar nggax apa yang terjadi sama loe sekarang? Gimana kalau gue bilang, sekarang Seril udah jadi milik gue, tanpa bisa dipisahkan?” lanjutnya. Membuat Ivan menatapnya kaget. Begitu juga gue yang berada disampingnya. Apa maksud nya??

“Loe...” Ivan menghentikan ucapannya, lalu menatap gue yang membuat gue gugup seribu bahasa. Menatapnya bingung harus ngomong apa.

“Gu gue...” ucap gue gugup. Tapi tiba-tiba Ivan menarik gue meninggalkan taman, membuat gue mau nggax mau tetap mengikutinya melangkah pergi. Apa yang akan dilakukannya sekarang, auranya benar-benar menyeramkan. Dari pada itu sepertinya gue harus memikirkan apa yang akan terjadi sama diri gue kalau jantung gue beneran keluar dari rongganya akibat ulah nih anak. Bagaimana ini?


Cerpen Cinta My Idola


“Jelasin sama gue, apa maksud ucapan Renddy tadi” ucap Ivan tajam. Sambil menatap gue, perlahan gue menghembuskan nafas dalam, sedikit mengedarkan pandangan gue, melihat kesekeliling yang gue tau ini berada diatap kampus. Hembusan angin yang menerpa membuat rambut Ivan bergelombang membuat wajahnya yang sudah keren bertambah bercahaya dimata gue. Dia benar-benar mempesona untuk diabaikan.

“Jawab gue Seril!” tegas Ivan.

“Loe mau jawaban jujur atau gimana?” tanya gue santai “Apakah ucapan Renddy tadi belum bisa loe cerna dengan baik dan benar?” lanjut gue, sengaja mengerjainya. Gue mau lihat ekspresinya. Sepertinya lucu.

“Gue nggax nyangka kalau gue bakal kalah sekarang” ucap Ivan lemah, lalu melepaskan genggamannya. Tatapannya seolah berputus asa. Gue yang melihatnya jadi merasa bersalah, maksud guekan nggax begitu.

“Seumur-umur gue selalu mendapatkan apa yang gue inginkan. Termasuk orang yang harus gue lindungi dan sangat gue perdulikan. Tapi tidak gue sangka gue kalah untuk ini. Bahkan orang yang gue sayang lebih memilik sahabat gue sendiri dari pada gue, tapi bukankah kemaren gue udah bilang, kalau gue berubah demi elo dan gue juga berubah bukan untuk ditolak sama loe?” ucap Ivan sambil menatap gue.

“Berubah untuk menarik perhatian gue dan membuat gue jatuh cinta sama loe?” tanya gue “Dan sebagai sebuah Taruhan???” lanjut gue yang membuat Ivan kaget, gue melangkah menjauhinya dan berjalan kearah samping, memperhatikan suasana dibawah gue, jalan raya yang banyak kendaraan berlalu lalang. Ivan melangkah menghampiri gue.

“Loe tau itu dari mana? Renddy? Apakah loe percaya dan karena itu loe lebih memilik Renddy dari pada gue? Ril, ini nggax seperti yang loe bayangkan. Loe harus dengerin penjelasan gue dulu. Maksud gue nggax seperti itu, gue Cuma...”

“Baiklah” potong gue “Gue dengerin penjelasan elo sekarang. Apa yang mau loe jelasin?” tanya gue “Dan tentunya gue akan memikirkan apa yang harus gue lakukan selanjutnya kalau jawaban elo benar-benar bisa gue terima” lanjut gue, membuat Ivan terdiam sesaat. Berfikir apa yang harus ia katakan. Membuat gue menahan tawa gue.

“Awalnya, gue memang taruhan sama temen-temen gue buat naklukin hati loe” ucap Ivan perlahan.

“Lalu?” tanya gue saat Ivan kembali terdiam.

“Tapi sepertinya loe malah menjadi target terakhir gue, karena elo adalah orang yang bisa membuat gue pertama kalinya merasakan jatuh cinta yang sebenernya. Dan elo adalah orang yang sangat berhati baik, elo bisa membalas suatu kejahatan dengan kebaikan” jawab Ivan sambil menatap gue.

“Gue bukan cantik Ivan, gue juga bukan anak orang yang berada, gue nggax setajir cewek-cewek yang mengejar elo, nggax seterkenal mereka gue juga bukan...”

“Karena cinta itu bukan karena Seril, tapi walaupun” potong Ivan, membuat gue menatapnya “Loe tau, gue mencintai elo bukan karena elo cantik, tapi walaupun elo nggax cantik, dan gue mencintai elo juga bukan karena elo tajir melaikan walaupun elo bukan orang yang berada, gue mencintai elo bukan karena elo terkenal tapi walaupun elo nggax terkenal sekalipun. Karena loe tau, cinta itu bukan kerena melainkan walaupun” lanjut Ivan.

“Kata-kata loe bagus, nyontek dimana?” tanya gue sambil tersenyum. Ivan menatap gue sedikit bingun lalu ikut tersenyum.

“Loe tau, gue butuh waktu lama untuk menghafal teks itu sebelum gue benar-benar hafal diluar kepala seperti ini. Gimana apakah elo terpesona sama gue. Karena loe tau nggax, saat bersama elo gue nggax bisa berkata gombal seperti yang gue ungkapkan untuk cewek-cewek sebelum elo. Karena gue nggax tau kenapa gue merasa minder dengan kata-kata itu, jadi yang bisa gue lakukan hanyalah membuka kamus kata-kata menarik. Dan sekarang, gue udah kehabisan kata-kata untuk membuat elo terpesona” jawab Ivan sambil tersenyum “Tapi percayalah, apa yang gue ungkapkan benar-benar yang gue rasakan. Karena gue menghafal kata-kata yang benar-benar terjadi sama diri gue. Bukan hanya ungkapan nggax ada artinya”

“He-em... gue percaya sama loe” ucap gue sambil melangkah kedalam pelukan Ivan. Membuat Ivan sedikit terhuyung karena nggax menyangka hal ini akan terjadi. Gue tersenyum didalam dekapannya. Walau awalnya Ivan merasa kaget, tapi setelahnya ia membalas pelukan gue dengan lebih hangat.

“Jadi apa yang akan loe lakukan sekarang?” tanya Ivan harap-harap cemas, gue tersenyum mendengar pertanyaannya, apakah dia masih berfikir kalau Renddy itu pacar gue?

“Mempercayai apa yang selama ini gue dengar. Ternyata semua itu nyata. Loe tau, gue denger, saat berada dipelukan orang yang di cintai. Jantung akan berdetak diluar kendali dan terdengar berantakan. Apakah loe nggax takut kalau jantung loe ini keluar dari rongganya?” tanya gue menggodanya. Membuat Ivan melepaskan pelukannya tapi gue tetap menahannya.

“Hais, apakah karena ini loe memeluk gue sekarang?” kata Ivan sebel karena nggax bisa melepaskan pelukan gue.

“Menurut loe?” balas gue santai sambil tersenyum.

“Baiklah Seril, seprtinya ini mau loe sendiri, jadi loe harus jawab pertanyaan gue sekarang” kata Ivan sambil kembali memeluk gue “Loe mau milih menyerahkan hati loe buat gue atau menyerahkan seluruh hidup loe untuk loe habiskan bersama gue? Atau mungkin loe malah lebih milih opsi terakhir. Yaitu berada dalam pelukan gue selamanya?” lanjut Ivan.

“Gue sih lebih milih bertanya sama loe, apakah kata-kata ini juga hasil contekan elo?” tanya gue sambil tersenyum, membuat Ivan menatap gue dan menarik hidung gue gemes.

“Hais, elo ya selalu saja seperti ini. Merusak suasana tau. Loe bener-bener nggax bisa diajak romantisan” keluh Ivan.

“Emmm baiklah, gue akan mengatakannya sekali, jadi loe harus dengarkan baik-baik sekarang. Ivan, gue mencintai elo” kata gue membuat Ivan membulatkan matanya kaget
“Enggax. Maksud gue, sangat” lanjut gue.

“Hanya seperti itu?” komentar Ivan membuat gue sebel dan melepas pelukan gue membelakanginya, sebel. Huh dia ini ya, selalu saja seperti ini.

“Loe juga nggax bisa diajak romantis” keluh gue sebel. Perlahan gue merasakan lingkaran tangan Ivan yang memeluk gue dari belakang, lalu gue merasakan Ivan yang menyandarkan dagunya dibahu gue.

“Loe tau nggax siapa cewek yang benar-benar gue suka?” tanya Ivan. Membuat gue menggeleng “Dia itu, orang yang sangat special buat gue, dan gue sangat mencintanya” lanjutnya.

“Siapa?” ucap gue spontan. Huuu dia ini ya, masa didepan gue berani-beraninya bilang suka sama orang lain.

“Cewek itu punya nama yang terdiri dari dua huruf” jawab Ivan membuat gue menatapnya sebel. Heii, nama gue nggax terdiri dari dua huruf. Apakah Ivan Cuma ngerjain gue, bahkan dia mengucapkan semua itu sambil tersenyum “Dua huruf yang awalannya brhuruf L lalu berakhir dengan huruf O. Apakah elo mengenalnya?” lanjutnya.

“Huuu kalau itu sih gue udah tau... pesona gue memang nggax bisa loe abaikan. Hehe” gue tertawa bahagia begitu juga sama Ivan. Lalu semuanya terlihat indah mulai sekarang. Dan cowok inilah yang akan membuat gue selalu merasakan bahagia. Gue nggax menyangka cinta gue bakal berakhir disini. Dan gue sangat mencintai cowok ini. Lalu, ini ceritaku, Apa ceritamu??? Heheh...

The End.

Amburadul kah??? Hahaha sepertinya ini cara terakhir untuk mengakhiri kisah ini... Hahahaha, Gadis penulis ini sudah kehabisan kosa kata romantis tentang cinta karena adminnya lagi Galau. Hahaha bukan suatu alasan yang bisa diterima sepertinya. Baiklah, pokoknya, mau bagusa atau enggak, yang jelas ini cerita udah end. Jadi ga akan ada lagi yang nagih tentang ini. Ketemu dicerita selanjutnya yaa...

Salam~Mia Cantik~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar