Cerpen Misteri Prince and Princess ternyata lanjutannya bisa molor baru bisa dilanjutin. Ya abisnya aku kan bisa onlinenya jarang - jarang. Ditambah masih dalam percobaan belajar ngeblog. He he he
Baiklah, daripada nantinya aku malah curcol kemana mana, lebih baik aku langsung bawain lanjutan ceritannya aja ya. Yuk kita simak bareng - bareng bagaimana sih kelanjutan dari Cerpen Misteri Prince and Princess part ~ 02 nya. Cekidots....
Oh ya, hampir lupa. Biar gampang, untuk yang belum baca part 1 nya bisa di cek disini.
Setelah memastikan jauh dari bahaya, Chelsy menghentikan langkahnya. Nafasnya masih ngos-ngosan. Sesekali ia menoleh ke belakang. Memastikan tiada yang mengejar mereka.
“Yang tadi itu apa ya?” tanya Chelsy beberapa saat kemudian.
“Nggak tau. Setan kali ya,” jawab Pria itu asal.
"Hust, loe itu ea...."
"Teru kalau bukan setan apa coba?”
Gantian Chelsy yang terdiam. Karna nyatanya ia juga tidak menemukan jawaban yang lebih bagus dari pada dugaan itu.
“Eh, ngomong ngomong itu apa?”
Chelsy sedikit mengernyit sembari ikut menoleh kearah tangannya yang di tunjuk pria itu. Sejenak ia terdiam sembari mengingat – ingat. Itu kan kertas yang tadi di gunakan untuk membungkus Aplle yang pada akhirnya ia buang sembarangan. Aneh, aplle nya aja ia buang masa kertas pembungkusnya ia bawa.
Berniat untuk langsung membuangnya, Chelsy justru malah membuka kertas yang sudah lecek itu. Merasa sedikit tertarik ketika mendapati beberapa potongan kata aneh yang tertera. Saat sudah rapi, barulah ia membacanya.
“"WUUAAAA..." jerit Chelsy refleks melempar kertas yang ada ditangannya. Jantungnya benar benar terasa seperti mau copot. Mendadak merasa deg degan sekaligus takut.
“Ada apa si?” tanya pria yang disampingnya heran.
“Bukan apa-apa. Ayo kita pergi sekarang,” elak Chelsy.
KORBAN BERIKUTNYA!!! BAKAL MATI BEGITU KEMBALI KETEMPAT DI MANA IA MENEMUKAN SURAT INI. TAPI, JIKA DALAM WAKTU 3 HARI TIDAK KEMBALI, BAKAL MATI SECARA MENGGENASKAN DAN SANGAT MENGERIAN ATAU GILA!!!'
Kata – kata yang ditulis dengan tinta berwarna merah itu langsung jatuh di tanah seiring dengan tangan pria itu yang tampak bergetar karenannya. Iya yakin itu bukan tinta merah, tapi oleh darah. Siapa yang iseng melakukan ini?
“Hei, i....i...Ini...” bisik pria itu takut – takut.
Bukannya ketakutan Chelsy justru malah mencibir sinis sembari bergumam dalam hati. Dasar cowok penakut. Di takutin sedikit aja langsung ketakutan. Payah.
“Kenapa? Takut ya loe?” tanya Chlesy yang di balas dengan anggukan.
Tanpa kata Chelsy menunduk, memungut kembali kertas yang tadi dan segera menyodorkannya kearah pria itu yang secara refleks mundur selangkah.
“Yang cewek itu sebenernya gue apa elo si. Cemen banget. Loe kan belum selesai bacanya main di jatohin sembarangan. Liat yang sebaliknya juga donk,” jelas Chelsy lagi.
Walau awalanya ragu, pada akhrinya pria itu meraih kertas itu. Menuruti saran Chelsy untuk membaca kata yang tertera di sebaliknya.
'INI HANYA BERLAKU BAGI ORANG YANG PERCAYA AKAN TAKDIR BAGI SIAPA YANG MEMAKAN APEL MERAH NYA, DAN DUDUK DI BAWAH POHON MANGGA TANPA SEIZIN DARI YANG PUNYA JUGA TAKUT. JIKA IA TIDAK MATI, MAKA HIDUPNYA AKAN DI HANTUI JUGA S'LALU BERNASIP SIAL!!!'
"Haaa... ini..."
"Udah lah, nggax usah di fikirin. Di situkan tertulis bagi siapa yang memakan apelnya. Sedangkan kita nggak, lagian itu juga buat yang takut plus percaya akan takdir, sedangkan kita lagi lagi enggak kan," kata Chelsy santai.
"Tapi... kita duduk di pohon mangga itu tanpa seizin yang punya. Jadi bisa jadi...."
"Hello, ternyata yang cakep emang tampang loe doank ya. Otak dan cara pemikiran loe beda jauh. Jauuuuuuuhhhh banget. Hari gini mitos beginian di percaya.”
“Loe harus janji satu hal sama gue. Loe nggak akan kembali kesana!”
“YA?” kata Chelsy nyaris berteriak. Bukan saja karena ucapan pria itu tapi juga karena tangannya yang tiba tiba di cekal dengan erat. Terlebih kini tatapan tajam terhunjam padanya.
“Loe harus janji sama gue loe nggak akan kembali ke rumah itu,” ulang pria itu penuh penekanan.
“Kenapa gue harus janji sama loe?”
“Ya pokoknya loe harus janji aja,” kata pria itu tegas. “Karena gue nggak mau loe mati sia – sia,” sambungnya setengah bergumam.Chelsy terdiam. Mencoba mencerna maksutnya. Setelah mengerti sejenak ia tersenyum.
“Emangnya kenapa kalau gue mati sia sia. Kita juga nggak saling kenal kan?” kata Chelsy.
“Oke, kalau gitu loe pasti tau Hendra anak Rangsang kan?”
“Ha?” Chelsy melongo. “Ya enggak lah. Emangnya doi siapa? Artis yang lagi naik pohon atau artis kehilangan panggung?” sambung Chelsy lagi.
Bukannya menjawap, pria itu justru malah mengulurkan tangannya. Membuat Chelsy semakin bingung menatapnya.
“Kenalin, Gue Hendra dari Rangsang.”
Busyet, maksutnya doi ngajak kenalan?. Hadeeee
“Chelsy,” balas Chelsy akhirnya.
“Nah, karena sekarang kita sudah saling kenal jadi oke kan. Loe nggak boleh datang kesana.”
“Iya,” jawab Chelsy tanpa minat.
“Janji?” Hendra meyakinkan.
“Iya, Bawel!!”
Kali ini Hendra tersenyum. Tak perduli sama sekali akan Chelsy yang jelas cemberut padannya.
"ya udah kita pisah di sini aja. loe balik kerumah loe, gue balik kerumah gue..." kata Chelsy.
"He?! e eh 0h yea?!" tanya Hendra.
"Ya iya lah, tapi sebelumnya gue mau buat pengakuan...."
"Apa itu?"
"Loe kan tau sendiri, sahabat tanpa di awali dengan kebenaran itu nggax baik. Tapi persahabatan yang di awali dengan kebohongan itu bakal dapat masalah. Gue itu sebenernya bukan putri atau pun princess. Gue hanya cewek biasa aja, yang nggax tau kenapa nggax mau lihat cowok kayak loe bersedih " aku Chelsy.
"Gue udah tau."
"Loe udah tau?"
"Iya, gue udah tau. Secara mana mungkin ada putri sejelek loe."
Chelsy mengernyit, alasan macam apa itu?
"He he he bercanda. sebenernya gue nggax perduli loe itu putri, princess atau apalah, tapi nggax tau kenapa, gue tetap percaya sama loe, dan mengaggap loe itu bagaikan seorang princess betulan."
"Suka suka loe aja deh. Gue pergi dulu. Da..."
"E Chelsy!!!" teriak Hendra.
"Apa lagi?" tanya Chelsy sambil berbalik.
"Perjanjiannya kan setelah gue jalan sama loe, loe bakal mengembalikan gantungan kunci gue."
"Kunci?"
"Ia kunci mobil gue, loe nggax mungkin lupa kan, itu sangat berharga buat gue... loe tau itu kan?"
"Iya, bawel banget sih. Bentar," sahut Chelsy setengah mengerutu sembari merogoh saku celananya. Sebelah alisnya sedikit mengernyit saat menyadari tangannya tidak menemukan benda yang ia cari. Perhatiannya beralih kesakunya yang lain. Namun hasilnya nihil.
"Astaga, jangan - jangan."
"Kenapa?" tanya Hendra saat mendengar gumamam Chelsy barusan.
"Kita harus kembali kepohon mangga itu tadi."
"Apa?!" tanya Hendra tak percaya.
Chelsy tidak menjawab. Tanpa kata ia segera berbalik. Berniat untuk langsung kembali ke bawah pohon mangga tadi. Ia yakin, sepertinya kunci itu terjatuh di sana. Namun belum juga lima langkah, kakinya terhenti. Tangannya dicekal erat. Saat menoleh tatapan tajam Hendra menyambutnya.
"Kenapa?" tanya Chelsy heran.
"Loe udah janji kalau loe nggak akan balik lagi kesana!" kata Hendra mengingatkan.
Untuk sejenak Chelsy terdiam. Dihembuskannya nafas berlahan sebelum kemudian tanganya bergerak melepaskan gengaman Hendra. Kepalanya mendongak. Menatap lurus kearah Hendra yang memang sedikit lebih tinggi darinya.
"Ini pengecualian. Loe bilang tadi kalau gantungan kunci itu berharga buat loe. Masalahnnya sekarang benda itu nggak ada sama gue. Dan gue yakin pasti jatuhnya di sana, soalnya tadi kita kan sempet duduk duduk disana juga."
"Kalau loe emang nganggap gue temen, loe nggak akan kesana" ucap Hendra terdengar mengancam.
"Karena gue udah ngangep loe temen, makanya gue harus kesana," tandas Chelsy tegas.
"Kalau gitu kita kesana bareng."
"Ya?" Chelsy tampak tak percaya. Tadi katanya takut kenapa malah sekarang mau ngikut.
"Kalau loe mati, gue juga. Ayo kita pergi."
"Ide bagus. Ayo..." balas Chelsy bersemangat.
"Tunggu dulu."
Chlesy tampak mencibir. Tuh kan, pasti takut.
"Kita pergi kesana dengan syarat kalau malam ini loe harus tidur kerumah gue."
Mulut Chelsy mangap tanpa suara. Yang benar sajalah. Ia nggak salah dengerkan? Secara cewek bego mana coba yang mau tidur di rumah cowok yang baru dikenalnya. Kalau pun memang ada cewek yang nggak bego yang menginginkan hal itu, maka bisa di pastikan tu cewek bukan cewek baik - baik.
"Nggak usah mikir yang aneh - aneh. Pokoknya itu saratnya. Ayo kita pergi. Buruan, udah makin gelap nih."
Dan kali ini tidak ada lagi hal yang bisa Chelsy lakukan selain menurutinya.
Next to Cerpen Misteri Prince and Princess ~ 03
Admin yang cantik Mia Mulyani
Baiklah, daripada nantinya aku malah curcol kemana mana, lebih baik aku langsung bawain lanjutan ceritannya aja ya. Yuk kita simak bareng - bareng bagaimana sih kelanjutan dari Cerpen Misteri Prince and Princess part ~ 02 nya. Cekidots....
Oh ya, hampir lupa. Biar gampang, untuk yang belum baca part 1 nya bisa di cek disini.
Setelah memastikan jauh dari bahaya, Chelsy menghentikan langkahnya. Nafasnya masih ngos-ngosan. Sesekali ia menoleh ke belakang. Memastikan tiada yang mengejar mereka.
“Yang tadi itu apa ya?” tanya Chelsy beberapa saat kemudian.
“Nggak tau. Setan kali ya,” jawab Pria itu asal.
"Hust, loe itu ea...."
"Teru kalau bukan setan apa coba?”
Gantian Chelsy yang terdiam. Karna nyatanya ia juga tidak menemukan jawaban yang lebih bagus dari pada dugaan itu.
“Eh, ngomong ngomong itu apa?”
Chelsy sedikit mengernyit sembari ikut menoleh kearah tangannya yang di tunjuk pria itu. Sejenak ia terdiam sembari mengingat – ingat. Itu kan kertas yang tadi di gunakan untuk membungkus Aplle yang pada akhirnya ia buang sembarangan. Aneh, aplle nya aja ia buang masa kertas pembungkusnya ia bawa.
Berniat untuk langsung membuangnya, Chelsy justru malah membuka kertas yang sudah lecek itu. Merasa sedikit tertarik ketika mendapati beberapa potongan kata aneh yang tertera. Saat sudah rapi, barulah ia membacanya.
“"WUUAAAA..." jerit Chelsy refleks melempar kertas yang ada ditangannya. Jantungnya benar benar terasa seperti mau copot. Mendadak merasa deg degan sekaligus takut.
“Ada apa si?” tanya pria yang disampingnya heran.
“Bukan apa-apa. Ayo kita pergi sekarang,” elak Chelsy.
KORBAN BERIKUTNYA!!! BAKAL MATI BEGITU KEMBALI KETEMPAT DI MANA IA MENEMUKAN SURAT INI. TAPI, JIKA DALAM WAKTU 3 HARI TIDAK KEMBALI, BAKAL MATI SECARA MENGGENASKAN DAN SANGAT MENGERIAN ATAU GILA!!!'
Kata – kata yang ditulis dengan tinta berwarna merah itu langsung jatuh di tanah seiring dengan tangan pria itu yang tampak bergetar karenannya. Iya yakin itu bukan tinta merah, tapi oleh darah. Siapa yang iseng melakukan ini?
“Hei, i....i...Ini...” bisik pria itu takut – takut.
Bukannya ketakutan Chelsy justru malah mencibir sinis sembari bergumam dalam hati. Dasar cowok penakut. Di takutin sedikit aja langsung ketakutan. Payah.
“Kenapa? Takut ya loe?” tanya Chlesy yang di balas dengan anggukan.
Tanpa kata Chelsy menunduk, memungut kembali kertas yang tadi dan segera menyodorkannya kearah pria itu yang secara refleks mundur selangkah.
“Yang cewek itu sebenernya gue apa elo si. Cemen banget. Loe kan belum selesai bacanya main di jatohin sembarangan. Liat yang sebaliknya juga donk,” jelas Chelsy lagi.
Walau awalanya ragu, pada akhrinya pria itu meraih kertas itu. Menuruti saran Chelsy untuk membaca kata yang tertera di sebaliknya.
'INI HANYA BERLAKU BAGI ORANG YANG PERCAYA AKAN TAKDIR BAGI SIAPA YANG MEMAKAN APEL MERAH NYA, DAN DUDUK DI BAWAH POHON MANGGA TANPA SEIZIN DARI YANG PUNYA JUGA TAKUT. JIKA IA TIDAK MATI, MAKA HIDUPNYA AKAN DI HANTUI JUGA S'LALU BERNASIP SIAL!!!'
"Haaa... ini..."
"Udah lah, nggax usah di fikirin. Di situkan tertulis bagi siapa yang memakan apelnya. Sedangkan kita nggak, lagian itu juga buat yang takut plus percaya akan takdir, sedangkan kita lagi lagi enggak kan," kata Chelsy santai.
"Tapi... kita duduk di pohon mangga itu tanpa seizin yang punya. Jadi bisa jadi...."
"Hello, ternyata yang cakep emang tampang loe doank ya. Otak dan cara pemikiran loe beda jauh. Jauuuuuuuhhhh banget. Hari gini mitos beginian di percaya.”
“Loe harus janji satu hal sama gue. Loe nggak akan kembali kesana!”
“YA?” kata Chelsy nyaris berteriak. Bukan saja karena ucapan pria itu tapi juga karena tangannya yang tiba tiba di cekal dengan erat. Terlebih kini tatapan tajam terhunjam padanya.
“Loe harus janji sama gue loe nggak akan kembali ke rumah itu,” ulang pria itu penuh penekanan.
“Kenapa gue harus janji sama loe?”
“Ya pokoknya loe harus janji aja,” kata pria itu tegas. “Karena gue nggak mau loe mati sia – sia,” sambungnya setengah bergumam.Chelsy terdiam. Mencoba mencerna maksutnya. Setelah mengerti sejenak ia tersenyum.
“Emangnya kenapa kalau gue mati sia sia. Kita juga nggak saling kenal kan?” kata Chelsy.
“Oke, kalau gitu loe pasti tau Hendra anak Rangsang kan?”
“Ha?” Chelsy melongo. “Ya enggak lah. Emangnya doi siapa? Artis yang lagi naik pohon atau artis kehilangan panggung?” sambung Chelsy lagi.
Bukannya menjawap, pria itu justru malah mengulurkan tangannya. Membuat Chelsy semakin bingung menatapnya.
“Kenalin, Gue Hendra dari Rangsang.”
Busyet, maksutnya doi ngajak kenalan?. Hadeeee
“Chelsy,” balas Chelsy akhirnya.
“Nah, karena sekarang kita sudah saling kenal jadi oke kan. Loe nggak boleh datang kesana.”
“Iya,” jawab Chelsy tanpa minat.
“Janji?” Hendra meyakinkan.
“Iya, Bawel!!”
Kali ini Hendra tersenyum. Tak perduli sama sekali akan Chelsy yang jelas cemberut padannya.
"ya udah kita pisah di sini aja. loe balik kerumah loe, gue balik kerumah gue..." kata Chelsy.
"He?! e eh 0h yea?!" tanya Hendra.
"Ya iya lah, tapi sebelumnya gue mau buat pengakuan...."
"Apa itu?"
"Loe kan tau sendiri, sahabat tanpa di awali dengan kebenaran itu nggax baik. Tapi persahabatan yang di awali dengan kebohongan itu bakal dapat masalah. Gue itu sebenernya bukan putri atau pun princess. Gue hanya cewek biasa aja, yang nggax tau kenapa nggax mau lihat cowok kayak loe bersedih " aku Chelsy.
"Gue udah tau."
"Loe udah tau?"
"Iya, gue udah tau. Secara mana mungkin ada putri sejelek loe."
Chelsy mengernyit, alasan macam apa itu?
"He he he bercanda. sebenernya gue nggax perduli loe itu putri, princess atau apalah, tapi nggax tau kenapa, gue tetap percaya sama loe, dan mengaggap loe itu bagaikan seorang princess betulan."
"Suka suka loe aja deh. Gue pergi dulu. Da..."
"E Chelsy!!!" teriak Hendra.
"Apa lagi?" tanya Chelsy sambil berbalik.
"Perjanjiannya kan setelah gue jalan sama loe, loe bakal mengembalikan gantungan kunci gue."
"Kunci?"
"Ia kunci mobil gue, loe nggax mungkin lupa kan, itu sangat berharga buat gue... loe tau itu kan?"
"Iya, bawel banget sih. Bentar," sahut Chelsy setengah mengerutu sembari merogoh saku celananya. Sebelah alisnya sedikit mengernyit saat menyadari tangannya tidak menemukan benda yang ia cari. Perhatiannya beralih kesakunya yang lain. Namun hasilnya nihil.
"Astaga, jangan - jangan."
"Kenapa?" tanya Hendra saat mendengar gumamam Chelsy barusan.
"Kita harus kembali kepohon mangga itu tadi."
"Apa?!" tanya Hendra tak percaya.
Chelsy tidak menjawab. Tanpa kata ia segera berbalik. Berniat untuk langsung kembali ke bawah pohon mangga tadi. Ia yakin, sepertinya kunci itu terjatuh di sana. Namun belum juga lima langkah, kakinya terhenti. Tangannya dicekal erat. Saat menoleh tatapan tajam Hendra menyambutnya.
"Kenapa?" tanya Chelsy heran.
"Loe udah janji kalau loe nggak akan balik lagi kesana!" kata Hendra mengingatkan.
Untuk sejenak Chelsy terdiam. Dihembuskannya nafas berlahan sebelum kemudian tanganya bergerak melepaskan gengaman Hendra. Kepalanya mendongak. Menatap lurus kearah Hendra yang memang sedikit lebih tinggi darinya.
"Ini pengecualian. Loe bilang tadi kalau gantungan kunci itu berharga buat loe. Masalahnnya sekarang benda itu nggak ada sama gue. Dan gue yakin pasti jatuhnya di sana, soalnya tadi kita kan sempet duduk duduk disana juga."
"Kalau loe emang nganggap gue temen, loe nggak akan kesana" ucap Hendra terdengar mengancam.
"Karena gue udah ngangep loe temen, makanya gue harus kesana," tandas Chelsy tegas.
"Kalau gitu kita kesana bareng."
"Ya?" Chelsy tampak tak percaya. Tadi katanya takut kenapa malah sekarang mau ngikut.
"Kalau loe mati, gue juga. Ayo kita pergi."
"Ide bagus. Ayo..." balas Chelsy bersemangat.
"Tunggu dulu."
Chlesy tampak mencibir. Tuh kan, pasti takut.
"Kita pergi kesana dengan syarat kalau malam ini loe harus tidur kerumah gue."
Mulut Chelsy mangap tanpa suara. Yang benar sajalah. Ia nggak salah dengerkan? Secara cewek bego mana coba yang mau tidur di rumah cowok yang baru dikenalnya. Kalau pun memang ada cewek yang nggak bego yang menginginkan hal itu, maka bisa di pastikan tu cewek bukan cewek baik - baik.
"Nggak usah mikir yang aneh - aneh. Pokoknya itu saratnya. Ayo kita pergi. Buruan, udah makin gelap nih."
Dan kali ini tidak ada lagi hal yang bisa Chelsy lakukan selain menurutinya.
Next to Cerpen Misteri Prince and Princess ~ 03
Admin yang cantik Mia Mulyani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar