Cerbung Stay With Me, Please! ~ 03

Ada yang nunggu Cerbung Stay with me, Please! kah? Nah kalau ada yuk monggo dilirik.

Dan tentu aja untuk cerbung Mr Hero vs Mrs Zero bakal diproses setelah ini ya. Buat yang lupa sama part sebelumnya, boleh dong dilirik disini Cerbung Stay With Me, Please! ~ 02http://www.miamulyani.com/2018/07/cerbung-stay-with-me-please-02.html. Happy reading yaaa...

Cerbung Stay With Me, Please! ~ 03
Cerbung Stay With Me, Please! ~ 03

Stay with Me, Please!


Niken berjalan lebih cepat sambil menenteng buku ditangannya, jam sudah menunjukkan pukul 11:35, sementara pekerjaan di cafe Dozen jam 13:00 sudah masuk. Niken tidak tau akan membutuhkan waktu lama untuk mengurus surat-surat tentang berakhirnya masa cuti kuliahnya, mulai besok ia akan rutin dan aktif kembali sebagai seorang mahasiswi, jam pelajaran yang ia ambil semua pagi. Untungnya ia tidak punya masalah untuk itu, sepertinya keberuntungan masih berpihak padanya.

"Ehem, Niken yaaa..." seseorang berhenti tepat didepan saat Niken sudah hampir mencapai pintu gerbang kampusnya, Niken memperhatikan siapa sosok yang berdiri didepannya, berusaha untuk mengajak otaknya untuk berfikir cepat, apakah ia mengenali pria yang baru saja menahan langkahnya, namun Nihil. Niken tidak mengenali pria ini, kemudian pandangannya beralih pada sekelilingnya, terlihat lebih sepi disini, hanya ada pria yang baru saja menahannya dan 2 temannya yang ngekor dibelakang.

"Iya, siapa ya?" tanya Niken balik bertanya.

"Kenalin, Gue Romi..." ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya.

"Gue Dika," lanjut seorang cowok yang berada disamping kiri pria yang mengaku bernama Romi.

"Kalo gue Zoe," lanjut pria lainnya dan ikut mengulurkan tangannya. Niken mengangkat sebelah alisnya, sedikit bingung dengan reaksi ketiga pria yang mendekatinya. Bukan itu maksud pertanyaannya, ia benar-benar tidak bermaksud untuk berkenalan dengan mereka semua.

"Apaan sih loe pada," lirik Romi kearah kedua sahabatnya bergantian, membuat keduanya menarik uluran tangan dan kembali berdiri diposisinya, Romi kembali memfokuskan perhatiannya kearah Niken, masih dengan tangan yang terulur ngajak bersalaman.

"Ada perlu apa?" tanya Niken tanpa menjabat tangan Romi, Ah ayolah ia sudah cukup lelah dengan berbagai perkenalan hari ini, karena hal itu jugalah ia bahkan menghabiskan waktunya lebih banyak dari pada yang seharusnya ia keluarkan, bahkan akibat ulah pria yang baru ditemunya tadi pagi nekat menembaknya ditempat umum benar-benar sudah mengganggu. Niken sama sekali nggak punya banyak waktu untuk adegan seperti ini.

"Kenalan," jawab Romi sambil melirik tangannya yang masih terulu, Niken melakukan hal yang sama, menatap tangan didepannya kemudian gadis itu berfikir tampak berfikir sejenak. Ralat, sebenarnya Niken sedang menarik nafasnya sedikit lebih panjang lalu menghembuskannya perlahan.

"Sorry, Gue yakin loe udah tau nama gue, dan Gue nggak... Ralat, baru saja denger nama loe pada, jadi kita nggak perlu kenalan," ucap Niken yang membuat Romi tampak menatapnya tidak percaya, seolah ucapan Niken sama baru kali ini didengarnya "Dan gue benar-benar nggak ada waktu untuk hal semacam ini," lanjutnya dan mulai melangkah pergi. Mengabaikan tatapan penuh tanya dari ketiga pria yang berdiri tak didepannya.

"Hal semacam ini?" samar, Niken mendengar pria itu mengulangi kalimatnya, tidak mau ambil pusing dengan kemungkinan Romi yang akan merasa tersinggung dengan ucapannya, Niken tetap melangkah meninggalkan ketiganya "Loe sengaja bersikap begini biar banyak yang tertarik ya," ucap Romi sedikit lebih keras membuat Niken menghentikan langkahnya dan kembali menghembuskan nafas kesalnya, gadis itu berbalik.

"Maksud loe apa?" tanya Niken menahan rasa kesalnya.

"Sok jual mahal begitu, loe sengaja melakukannya biar dikejar-kejar cowok kan?" tuduh Romi langsung, Niken terdiam sesaat apakah ia harus menghajar pria itu untuk memberinya sedikit pelajaran atau mengabaikannya dan mendapat julukan yang sama, Niken melirik jam tangannya, detik jarumnya terus berjalan. Tidak memberinya kesempatan untuk mengurangi waktu kerjanya yang semakin menipis, Niken memilih mengabaikan pria itu dan mulai melangkah pergi.

"Seberapa banyak cowok yang udah masuk dalam perangkap loe dengan sikap seperti itu?" lagi-lagi Romi menyuarakan suaranya, kesal karena gadis itu benar-benar mengabaikannya "Loe pasang susuk dimana?" lanjut Romi yang kali ini kembali menghentikan langkah Niken yang sudah mulai menjauh, gadis itu kesal dengan kalimat Romi yang sudah melewati batas kesabarannya, membuat gadis itu berbalik dan siap melayangkan tinjunya, bayangan kalau Romi terkapar dirumput karena bogem mentah darinya sudah cukup membuatnya tersenyum, namun tiba-tiba sebuah tangan menelusup kejemari tangannya. Membuat Niken menatap cepat pada sosok disampingnya.

"Dia nggak perlu ngabisin waktu pake susuk buat ngegoda cowok kayak loe," ucap pria disamping Niken dengan tenang "Gue yakin loe udah terpesona bahkan sebelum gadis ini mengeluarkan senyumannya," lanjutnya penuh percaya diri, Niken menarik sebelah alisnya bingung dengan pria yang tiba-tiba dengan seenaknya muncul tanpa diundang bahkan kali ini dengan 'Sangat sopannya' menggenggam erat jemarinya, tidak membiarkannya melepaskan meskipun berusaha untuk menarik tangannya kembali.

"Brengsek, siapa elo ha!" ucap Romi mulai terdengar kesal, tidak terima dengan ucapan pria disamping Niken yang masih berdiri penuh percaya diri, dari samping Niken melihat sudut bibir pria itu menarik keatas menyeringai sinis.

"Pacarnya," jawaban sang pria membuat Romi dan ketiga sahabatnya membulat, bahkan termasuk Niken sendiri. Tunggu, sejak kapan dia punya pacar. Bagaimana bisa ia memiliki pacar saat tidak pernah menyukai seseorang, apa mungkin sebelum ini ia pernah amnesia dan pacaran dengan pria yang tidak dikenalnya, kemudian pria itu menatap kearahnya "Iyakan, sayang?" lanjutnya sambil tersenyum.

Deg, Niken terasa berhenti bernafas. Tapi kemudian dadanya terasa sesak, meski bukan dalam artian yang buruk, entah kenapa ia langsung terpaku pada mata biru didepannya. Otaknya dipaksa untuk mengingat kembali siapa kira-kira pemilik mata biru yang mampu membuat dunianya seolah berhenti berevolusi. Seseorang yang mampu membuatnya hilang kendali bahkan hanya dengan menatap mata biru itu.

"Elo,?" ucap Niken setelah mengingat mata biru yang merampok uangnya kemaren malam, ralat seseorang yang mengembalikan uangnya akibat dirampok pria lainnya, ah entahlah Niken terlalu bingung untuk menjelaskan siapa pria ini, yang jelas ia tidak menyukai pria itu yang berani membuat hatinya tidak karuhan.

"Sialan," samar-samar Niken mendengar makian dari Romi dan mendengar langkah yang menjauh darinya, sepertinya ketiga pria itu lebih memilih menghilang dari pada menyaksikan lebih lanjut interaksi antara dia dan pria bermata biru yang kini sedang saling menatap.

"Gue Kris, kalo loe mau tau," ucap Kris sambil tersenyum. Manis, batin Niken cepat. Namun kemudian, gadis itu menggeleng, mengusir apapun pujian yang baru saja ia fikirkan. Niken memilih melepaskan tautan tangannya dari jemari pria itu dan kali ini tidak membutuhkan usaha yang besar karena sepertinya pria yang mengaku bernama Kris ini memang berniat untuk melepaskannya.

"Gue nggak mau tau tuh," balas Niken ketus "Perampok," lanjutnya kemudian dan melangkah pergi. Kris menaikkan sebelah alisnya dengan panggilan yang diberikan gadis didepannya.

"Gue bukan perampok," ucap Kris sambil melangkah lebih cepat mengikuti Niken "Loe nggak lupa kalau gue ngebalikin uang yang loe hilangkan bukan?" lanjutnya saat Niken mengabaikan ucapan sebelumnya, dan kali ini gadis itu menoleh.

"Uang yang gue hilangkan?" tanya Niken seolah tidak percaya dengan kalimat yang Kris ucapkan, bagaimana bisa itu menjadi uang yang hilangkan sementara jelas kalau pria itu yang memintanya untuk menyerahkan uang itu ketangan pria lainnya yang Niken sendiri tidak kenal. Ia tidak habis fikir bagaimana bisa Kris seolah mengatakan itu kesalahannya, yah walau melihat dari kacamata burung memang demikian, dia saja yang terlalu bodoh saat sebelumnya terpesona pada mata biru yang kini sedang mengikuti langkahnya.

"Memangnya apa? Loe udah janji nggak akan melaporkan Devo setelah menerima uang ganti rugi dari gue kan?" ucap Kris tanpa rasa bersalah, "Dalam artian loe juga harus melupakan kalau Devo pernah mengambil uang yang elo punya," lanjutnya tegas.

"Jadi namanya Devo," ucap Niken mengabaikan kalimat Kris sebelumnya "Akan gue inget, mungkin bakal berguna kalau nanti ada polisi yang menanyakan ciri-ciri perampok dimalam hari yang mungkin gue tau," lanjut gadis itu dan gantian membuat Kris yang menatapnya tidak percaya.

"Hei, loe udah janji," ucap Kris mulai tidak terima, namun Niken mengabaikannya dan terus melangkah menjauh, dengan kesal Kris terus mengikuti Niken bahkan sampai gadis itu masuk angkot setelah keluar dari gerbang kampusnya.

"Ngapin sih loe ikutin gue," keluh Niken saat Kris ikut duduk disampingnya.

"Gue bakal pastiin loe nggak ngelaporin Devo karena udah ngambil uang loe," jawab Kris tegas seolah tidak menerima bantahan, yakin kalau melawan pria itu hanya akan menghabiskan tenaganya. Niken memilih mengambil hanset dari tas sandangnya dan memasang memasang ditelinganya, kemudian sengaja menyalakan MP3 ponselnya, Niken lebih memilih untuk mengabaikan pria itu dan menikmati perjalanannya.

Stay with Me, Please!


Kris mengikuti Niken sampai kesebuah kafe bernama Dozen yang sering dilihatnya kalau melewati jalan ini, namun pria itu kehilangan Niken saat gadis itu melangkah cepat kearah sebuah ruangan dan menghilang dari pandangan saat pintu tertutup, Kris memilih duduk disalah satu kursi yang tidak jauh dari kaca pembatas ruangan dan menyandarkan tubuhnya kemudian memesan Lemon tea saat seorang pelayan menghampirinya.

Kris sendiri masih terdiam ditempat duduknya sampai melihat Niken keluar dari ruangan yang sebelumnya ia masuki dengan kostum yang sama yang digunakan pelayan sebelumnya yang menghampirinya, otaknya langsung bergerak cepat dan menyakini kalau Niken bekerja disini. Kemudian senyum tipis menghiasi bibirnya, kaget dengan reaksi yang ia timbulkan membuat Kris menggelengkan kepalanya perlahan.

"Tunggu, kenapa gue tersenyum" ucap Kris dalam hati dan mulai berfikir cepat "Dan sejak kapan gue bisa berinteraksi dengan mudah sama orang lain" lanjutnya setelah mengingat apa yang baru saja terjadi antara dia dan gadis pelayan yang baru saja aktif bekerja melayani palanggannya yang lain.

"Ini minumnya mas," ucap gadis pelayan yang tadi menanyakan pesanannya, Kris tersenyum berterima kasih dan membiarkan gadis itu meletakkan minuman pesanannya diatas meja lalu perhatiannya kembali teralihkan pada Niken yang masih mengabaikan keberadaannya, seolah keduanya tidak saling kenal sebelumnya.

Entah berapa lama yang Kris habiskan disana, hanya dengan segelas lemon tea yang dipesannya, ia tidak memperdulikan kalau nanti pelayan yang lain mengatainya dibelakang karena ia terlalu fokus memperhatikan setiap gerak-gerik Niken yang masih mengabaikannya, bahkan tanpa sadar Kris ikut tersenyum sendiri saat gadis itu tersenyum, meski bukan ditujukan untuknya. Dari pengamatan Kris, Niken memang murah senyum dan karena itulah gadis itu terlihat lebih cantik dan tidak membosankan saat diperhatikan.

Niken terlalu aktif untuk pekerjaan yang dilakukannya, gadis itu dengan cepat membereskan meja setelah pelanggan pergi, kemudian dengan cepat mengelap meja saat salah seorang anak tidak sengaja menumpahkan minumannya, lalu gadis itu juga dengan cepat ikut membungkuk meminta maaf saat tidak sengaja temannya menumpahkan minuman yang dibawanya, Niken benar-benar tenggelam dalam dunianya sendiri, seolah hanya dia dan pelanggan yang harus dihormatinya. Namun anehnya, ia bahkan tidak melirik kemeja Kris sama sekali, tidak memberikan senyum yang sama kepadanya, bahkan hampir menganggapnya tak kasat mata.

Meski begitu, Kris masih betah ditempatnya dan menikmati perubahan yang dialaminya, kalau harus mendekati gadis itu agar ia bisa bersosialisasi dengan baik, jelas Kris akan memilih terus menempel padanya. Tidak perduli apakah gadis itu akan merasa terganggu atau risih dengan sikapnya, karena Kris sudah memutuskan sejak pertama kali ia menatap manik mata gadis yang terpana dengan matanya. Baru kali ini Kris bersyukur ia dilahirkan dengan mata biru yang mampu membuat orang lain menatap lama kearahnya.

Bersambung ke Stay With Me, Please! ~ 04

Detail cerbung Stay With Me, Please!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar