Cerpen Cinta 'Sweety Heart' Part ~ 02

Muncul-muncul kelanjutannyaaa... Cerpen cinta ‘Sweety Heart’ part ~ 02 yang udah dari kemaren nunggak yaa... hehhehe Setelah menyelesaikan Cerpen Cinta 'Ending' Sepertinya memang diharuskan menyelesaikan nih cerpen yang tiba-tiba saja menjadi tanggungan untuk diselesaikan yaa... Untuk ga molor kemana-mana nih curcol langsung saja yuk di cek gimana sama ceritanya.

Dan untuk yang udah lupa sama Cerpen Cinta Sweety Heart Part ~ 01 sebelumnya. Bisa langsung dicek ajja... Over all, selamat membaca...


Cerpen Cinta 'Sweety Heart' Part ~ 02

“Bagaimana mungkin hal ini terjadi denganku...” Ucap Savira sendiri, Saat ini ia sudah berada ditaman kota. Tidak tau bagaimana ia bisa sampai disana. Yang jelas saat ini fikirannya benar –benar kacau. Dan ia memang butuh sendiri. Untuk menenangkan kembali fikirannya.

“Sepertinya Aku harus memastikan tentang perasaan Dirga sendiri, Aku ga boleh tetap diam seperti ini. Tapi jika nantinya Dirga suka sama Aku, Seril pasti patah hati. Tapi kalo Dirga sukanya sama Seril, Aku dunk yang bakal patah hati. Dan tentunya akan lebih parah kalau sampai Dirga menyukai orang laen. Pasti Aku dan Seril akan patah hati. Lalu, apa yang harus Aku lakukan sekarang...” Lanjut Savira sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

Savira menarik nafas panjang berusaha untuk menepis semua kenyataan yang membuat jantungnya sesak. Rasa nyesek ini... semoga tidak ada orang lain lagi yang merasakannya. Perlahan, Savira merogoh sakunya dan mengeluarkan hanpone berwarna putih miliknya. Memencet satu tombol hingga layar nya tampak dan...

“Astaga!” Jerit Savira sambil berdiri kaget “Kak Vano...” Lanjutnya masih dengan keterkejutan. 20 panggilan tak terjawab dan 8 SMS semua dari Vano, kakaknya. Ada juga beberapa yang dari Dirga. Dan begitu dibuka, hampir semua berisi menanyakan keberadaannya.

“Ya Ampun, kok Aku bisa lupa sii... Waahh pasti bakalan dimarah nih... Hadduuhh Savira... buat masalah ajja sii kamu...” Gerutunya pada diri sendiri, baru bingung apa yang harus dilakukan, Vano kembali meneleponnya. Dengan hati-hati Savira menekan tombol hijau untuk menjawab telepon dari kakaknya. Dan belum sempat hanpone terpasang ditelinganya, bahkan kata ‘Halo’ Saja belum terucap, Savira sudah buru-buru menjauhkan hanpone dari pendengarannya.

“Kamu fikir sudah jam berapa sekarang Ha?!” Bentak Vano diseberang sana. Savira mengusap-usap telinganya yang berdenging mendengar amukan kakaknya. Sepertinya ia lupa akan dunianya beberapa jam yang lalu.

“Savira...” Ucap kakanya dengan nada berbahaya, seperti sedang menahan amarah yang belum memuncak untuk dilepaskannya. Savira melirik jam tangan yang melingkar dipergelangannya. Jam kini telah menunjukkan pukul 05:23 sepertinya sudah 4 jam dihabiskannya untuk melamun ga jelas.

“Maaf...” Hanya sepatah kata yang bisa Savira ucapkan saat itu. Selain fikirannya sedang kacau, perasaan bersalah juga menghantuinya. Tadi dia sendiri yang meminta untuk jemput kakaknya, tepatnya 4 jam yang lalu, dan tiba-tiba tanpa sepatah kata dia langsung menghilang tanpa mengabari kakaknya sama sekali. Makhluk itu pasti mencemaskannya, terlebih lagi usaha yang dilakukan untuk menghubungi Savira tidak sedikit.

“Kamu dimana sekarang?” Tanya Vano diseberang sana. Sepertinya marah-marah juga tidak ada gunanya, apalagi sekarang adiknya sudah bisa dihubungi. Sedikit perasaan lega menjalar dari tubuhnya.

“Taman kota” Jawab Savira beberapa saat setelah melihat kesekeliling.

“Tunggu disana, bentar lagi kakak jemput” Setelah mengatakan kalimat itu Vano menutup hanpone nya. Savira kembali menghembuskan nafas berat dan kembali duduk dikursi yang tadi ia duduki. Sambil memukul kepalanya sendiri karena kesal. Kenapa ia melupakan semua itu. Hanpone nya tadi di silince makanya tidak mendengar ada panggilan masuk.


~ Cerpen cinta 'Sweety Heart' ~


“Savira...” Mendengar namanya dipanggil, Savira menoleh kesamping. Dan begitu menyadari siapa yang menyapanya, Savira mengusap air mata yang kembali menetes tanpa ia sadari.

“Ngapain kamu disini?” Tanya Savira sambil berdiri.

“Harusnya itu aku yang bertanya, ngapain kamu masih disini? Ini sudah lewat pulang kampus kan? Apa yang kamu lakukan sampai sesore ini coba?” Pertanyaan bernada mengatur itu membuat Savira sedikit berjengit. Dan perasaan sebel kembali menguasainya. Hei, mau apapun yang ia lakukan dan dimanapun ia sekarang itu tidak merugikan orang lain bukan? Kenapa malah lagi-lagi ia mendengar bentakan.

“Apa perdulinya sama kamu” Balas Savira sebel.

“Tentu saja aku perduli!” Bentak Farel yang lagi-lagi membuat Savira berjengit kaget. Nih anak ya, bener-bener deh. Geramnya. “Apa yang kamu lakukan sampai jam segini coba?” Lanjutnya. Dan belum sempat Savira menjawab tiba-tiba ada sebuah motor menghampiri mereka, meng cut perdebatan keduanya dengan seketika.

Vano menghentikan motornya begitu tiba dihadapan Savira, lalu membuka helm yang ia kenakan dan melangkah menghampiri adiknya yang sedang berdiri bersama seseorang yang sepertinya sudah tidak asing lagi dimatanya. Vano memperhatikan Farel dengan seksama, begitu juga Farel yang menatap kearah Vano tanpa berkedip, dan tiba-tiba...

“Farel kan?” Tanya Vano sedikit ragu.

“Kak Vano??” Farel menaikkan sebelah alisnya sambil mengingat-ingat.

“Jadi ini beneran kamu? Ya ampun, sudah berapa tahun kita ga ketemu... apa kabar kamu sekarang?” Pertanyaan bernada seneng dari kakaknya membuat Savira mengernyit bingung. Kakaknya mengenali Farel? Lho kok...

“Baik donk kak... Gimana, Farel tambah ganteng kan? Hehehhe...”

“Iaaa. Sampai kakak ajja hampir ga ngenalin kamu, waahh dikasi makan apa kamu di Amrik sampai bisa turun berat badan kamu dan jadi seperti sekarang...” Canda Vano.

“Hehehhe... kakak bisa ajja, ceritanya panjang...” Jawab Farel sambil mengusap-usap tengkuknya salting.

“Eh Sav, jadi karena ini kamu ga inget ma kakak tadi? Huh, mentang-mentang yaa udah ketemu Pangeran berkuda putih nya gitu, jadi lupa sama kakaknya... Huuu...” Kata Vano sambil mencubit pipi Savira gemes.

“Tunggu deh tunggu... sebenernya kalian ngomongin apa sii... kak Vano kenal sama nih anak?” Tanya Savira sambil menunjuk kearah Farel dengan tampang bingung, yang ditatap malah hanya terdiam bingung bagaimana menjelaskan melihat tampang Vano yang kaget begitu melihat reaksi Savira.

“Kamu ga kenal sama Farel?” Vano balik bertanya dengan kaget. Walau masih bingung ga tau kemana arah pembicaraan yang dibawa kakaknya, Savira tetap menggeleng sebagai jawaban “Sama sekali ga kenal?” Vano memastikan dan lagi-lagi Savira hanya menggeleng. Vano menatap kearah Farel minta penjelasan, lagi-lagi Farel terlihat bingung dan sedikit salting ketika ditanya begitu.

“Lahh kenapa Aku harus kenal dia?” Savira tampak bingung.

“Dia Farel lho Sav, Farel. Masa iaa sii kamu ga inget. Bukannya kalian itu dulunyaa...”

“Kak Vano” Potong Farel “Udah, ga papa. Biarkan nanti Farel urus dia...” Lanjutnya.

“Hais, Savira Savira... kamu ituu...” Vano kehabisan kata-kata.
 

"Lho emangnya Aku salah apa?" Savira makin bertambah bingung.

"Ahh sudahlah, Berarti bukan karena ini kamu ga ngabarin kakak tadi, Jadi apa yang sudah membuat kamu melupakan kakak coba?" Pertanyaan itu kembali menyadarkan Savira akan rasa bersalah yang tadi sempat ia lupakan.

"Ehh anu, Tadi itu akuuu,..."

"Jadi dari tadi dia beneran belom pulang kak?" Tanya Farel kearah Vano.

"Belom... Dan dengan teganya membuat kakaknya yang ganteng ini jadi kriput karena harus menahan kecemasan karena dia..." Tunjuk Vano kearah Savira yang langsung sedikit berjengit. Dan tiba-tiba saja Savira merasakan Aura yang menyeramkan disekelilingnya begitu menyadari arah tatapan kedua makhluk itu menjurus kearahnya.

"Adduuuhhh iaa sorry sorryy... ini emang salah aku. Yaa maaf, tadi itu aku lupa. Karenaa... yaa karena..." Savira bingung menyelesaikan kalimatnya. Ga mungkinkan dia mengakui kenapa dia ada disana saat ini.

"Karenaa???" Tanya Farel ga sabar.

"Urusan pribadi" Jawab Savira "Yaa aku kan juga berhak punya rahasia kalii...." Lanjutnya sebelum ditanya lebih lanjut.

"Tapi kan ga harus kayak gini juga. Bikin khawatir saja. Kakak tanya sama temen-temen kamu juga ga ada yang tau. Mana hanpone nya pake ga diangkat-angkat lagi. Kamu fikir 4 jam dalam kekhawatiran itu enak apa" Gerutu Vano kearah Savira.

"Yaa Sorryy.. tadi hape nya Aku silince... jadi ga denger ada panggilan. Yaa sorry, gimana yaa, orang aku nya lupa juga" Jawab Savira "Kalo mau marah ya udah deh, dilanjutin nanti ajja. Aku laper... hehehhe" Lanjutnya.

"Ish, Kamu itu yaa..." Ucap Vano "Ya sudah, yuk kita pulang. Dan kamu Farell..."

"Ga usah ngurusin dia. Biarin hidup sendiri, udah gede ini. Udah aahhh yukk..." Potong Savira kearah kakaknya dan dengan segera jitakan keras mendarat dikepalanya "Aduh, sakit tau" Komentarnya.

"Kamu itu yaa... Masih ga kenal apa sama nih anak. Ehh dia itu..."

"Iaa Farel. Aku tau kok. tadi kakak juga udah negasin kak. Yee kan udah aku bilang, kenapa aku harus kenal dia coba" Balas Savira ga mau kalah.

"Udah kak, ga papa. Aku juga heran kenapa dia bisa melupakanku begitu. Tapi tenang saja, aku akan membuatnya kembali mengingatku seperti dulu. Itu janjiku" Ucap Farel pelan tapi terdengar tegas.

"Ya sudahlahh Farel. Anak ini memang bener-bener dehh... Dan kamuu iaa kapan-kapan jalan ajja kerumah" Ajak Vano sambil tersenyum. Begitu juga Farel dan Saviraa?? Boro-boro mau tersenyum, nanggepin ajja enggak. Malah terlihat asyik dengan hanponenya sendiri. Vano hanya melirik pasrah kearah Farel begtu melihat kelakuan adeknya. Dan lagi-lagi Farel tersenyum maklum sementara hatinya beneran mendidih dibuatnya. Anak iniii, awas saja dia nanti. Geramnya dalam hati.

"Pulang..." Rengek Savira kearah kakaknya, sepertinya perutnya sudah ga bisa dikompromi lagi karena laper. Dan setelah berbasa basi dengan Farel sebenar mereka akhirnya pulang. Farel memperhatikan keduanya hingga hilang dari pandangan. Sepertinya ia harus menunda rencanya terlebih dulu, karena ada beberapa hal yang harus ia lakukan. Terutama pastinya dan itu harus. Mengembalikan ingatan gadis kecilnya terlebih dahulu.


Bersambung...

Cut lagi cut lagii... heheheh mau bagaimana lagii... Sepertinya ini juga udah nyuri-nyuri waktu luang buat ngetik. Ide sii ada, sungguh. Tapi waktunya itu yang kurang. Ihihihi biasalahh Penulis cantik yang sok sibuk. Over all, ketemu dilaen waktu ajja...

Salam~Mia Cantik~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar