Cerbung Love at First Sight part ~ 04

Okke brother and sister, kita lanjut lagi yaaa... Masih di cerbung yang sama tentunya Love at first sight yang sepertinya baru ketemu konflik yang pertama, yang dengan kata lain akan berlanjut. Hohohoho....

Buat yang udah penasaran sama konfliknya, langsung aja di cek kebawah. Dan untuk yang udah lupa sama cerbung part sebelumnya, bisa diliat disini cerbung love at first sight part ~ 03, over all happy reading yaa...

Cerbung Love at First Sight part ~ 04
Cerbung Love at First Sight part ~ 04

Cerbung Love at First Sight


Aku mulai meragukan apa yang aku rasakan sekarang, aneh sekali rasanya bisa dekat dengan Revan seperti ini, bertambah aneh saat semua yang dia lakukan berpengaruh dalam hidupku. Sudah 2 minggu sejak dia menyatakan cintanya padaku, dan sekarang dia selalu berkeliaran disekelilingku. Mulai dari berangkat sekolah, jam istirahat, makan dikantin, bahkan saat pulang sekolah. Entah sengaja atau tidak dia selalu menyempatkan diri untuk ngobrol atau hanya sekedar menyapaku.

Bahkan terkadang dia juga sempat menelfonku beberapa kali untuk bertemu, aku senang tentu saja. Hanya saja, aku harus punya persediaan oksigen lebih banyak jika harus keluar dengannya. Dan herannya dia selalu saja punya cara untuk membuat persediaan oksigen yang aku miliki secara keseluruhan menipis. Entah kenapa dia selalu tertawa saat melihatku salah tingkah dan gugup didepannya. Aku sendiri tidak bisa menahan hal itu, karena setiap apapun yang dia lakukan, semuanya memacu pada detak jantungku.

Bukan hal yang buruk sebenarnya, melihat berbagai reaksi yang aku tunjukkan secara reflex dan mendapatkan hal baik karena bisa membuatnya tertawa itu salah satu hal yang bisa membuatku tersenyum saat perpisahan kami, hanya saja aku mulai sedikit merasa ragu, hanya sedikit. Kalau aku tidak bisa berinteraksi dengan baik dengannya seperti ini, aku takut kalau nantinya dia akan mulai bosan dan meninggalkanku. Aku takut ternyata aku tidak seperti yang dia harapkan. Bukannya setiap orang itu punya bayangan tersendiri, pasti kalau aku beneran orang yang dia cintai secara diam-diam, dia akan membayangkan bagaimana kedekatan kami.

Dan sekarang, saat hal itu terjadi. Aku takut kalau dia akan kecewa. Aku sudah berusaha untuk bersikap tenang sejauh ini, namun belum ada efek yang aku rasa memuaskan. Masih saja aku tidak bisa mentapnya, tidak bisa digoda olehnya dan terlebih lagi aku selalu gugup dan terkadang malah menjadi ceroboh. Ini sedikit mengangguku, yang membuatku merasa menjadi orang lain saat didepannya. Apa yang bisa aku lakukan untuk membuat diriku bisa berinteraksi dengan baik saat bersama nya.

Aku masih mencintainya, tentu saja. Bahkan aku rasa sejak kedekatanku dengannya, aku merasa bahwa cinta yang aku punya mulai tidak tertolong lagi, makanya aku sering takut pada beberapa hal yang mungkin bisa membuatnya meninggalkanku. Meski kita berdua belum pacaran sih, aku tentu saja ingin pacaran. Tapi aku juga tidak bisa menjawab pertanyaan yang dia ajukan saat pertama kali mendekatiku. Bagaimana bisa aku mengatakannya kalau jantungku berpacu lebih cepat hanya karena dia bersamaku.

Untungnya dia tidak pernah membahas hal itu kembali setelah 2 minggu ini, sedikit melegakan namun juga menakutkan. Aku tau cepat atau lambat aku harus mengatakan perasaanku padanya, aku juga tidak mau jika dia berfikir aku tidak menyukainya dan akhirnya meninggalkanku. Namun semakin difikir, aku malah jadi semakin takut. Hais, kenapa jadi seperti ini sih, aku takut sendiri pada sesuatu yang sebenarnya mungkin itu hanyalah hayalan buruk dalam fikiranku saja.

“Berhenti disitu!” kalimat bernada perintah itu membuat langkah kakiku terhenti, kasar sekali. Suara seorang wanita, kemudian aku menoleh kebelakang, tepat dimana seorang wanita yang sama sekali tidak aku kenal berjalan kearahku dengan wajah marah. Tunggu, memangnya aku melakukan kesalahan apa? Apa jangan-jangan saat aku tadi melamun aku tidak sengaja melakukan hal buruk padanya, mendingan aku kabur saja lah.

“Aku bilang berhenti disitu!” tandasnya sekali lagi, kakiku langsung mendadak berhenti. Benar, ternyata dia bicara padaku bukan? Wanita itu sudah mulai dekat denganku dan aku semakin gugup karena ketakutan. Bagaimana ini, apa yang sudah aku lakukan. Minta maaf sepertinya tidak bisa meredamkan amarahnya yang sepertinya sedang berkoar-koar itu, tapi kalau memang aku sudah melakukan kesalahan, aku tetap harus minta maaf. Huffh, aku menghembuskan nafas panjang dan berusaha menetralkan detak jantungku yang ketakutan.

“Ma maaf… Apakah aku melakukan kesalahan, aku hanya…”

“Jelaskan padaku siapa gadis yang menjadi pacarmu sekarang!” wanita itu berkata bahkan sebelum aku menyelesaikan kalimatku, gadis?? Eeehhh…. Kaget dengan apa yang aku lakukan sendiri, aku menoleh kearah sisi kiriku, ada seorang pria disana. Tampak sedikit lelah namun tidak bisa menyembunyikan kekerenan yang ada pada wajahnya, bahkan dia terlihat santai meski wanita itu sudah dalam taraf marah yang tinggi. Sepertinya ada yang salah dalam diriku, aku fikir dia marah padaku, sedikit kelegaan muncul dalam diriku, akh aku tidak mau berurusan pada wanita seperti ini. Menakutkan.

“Ah, Nita. Ada apa?” tanya pria itu pada wanita yang tampak sedang marah didepannya yang ternyata bernama Nita, emm nama yang bagus. Namun kenapa dia sampai marah begitu, herannya wajah pria ini sama sekali tidak menunjukkan ketakutan. Ada masalah apa dengan mereka berdua.

“Ada apa? David, Kamu menolak untuk menjadi pacarku didepan teman sekalas dan mengatakan bahwa kamu sudah punya pacar kan? Memangnya siapa gadis itu. Aku tidak pernah melihatmu bersama gadis lain selama ini, jangan lupa. Aku sudah menyukaimu sejak lama, dan selama ini aku sudah menjadi pengagummu, tentu saja aku tau siapa saja yang dekat denganmu. Jadi jelaskan padaku siapa gadis yang kamu maksud?” tanya Nita pada pria yang tampak masih santai disampingku, kalau tidak salah namanya David, bagus juga.

Tapi aku tidak tau ada masalah apa dengan mereka, dan tentunya aku juga tidak akan ikut campur dengan hal ini. Baiklah, ini hanya kesalah pahamanku karena aku merasa bahwa aku yang melakukan kesalahan, berhubung aku sama sekali tidak ikut andil dalam pertengkaran ini. Terlebih lagi ini ditempat umum, mendingan aku segera pergi. Aneh kalau sampai ketahuan aku menguping pertengkaran pasangan ini bukan?

“Dia pacarku,” ucapan David menghentikan langkahku. Bukan, bukan karena aku penasran dengan gadis itu. Hanya saja, langkahku terhenti karena seseorang mencekal tanganku dan membuat langkahku terhenti. Kaget, aku segera berbalik “Aku menyukainya, dan kita sudah pacaran beberapa hari yang lalu. Mungkin itu yang membuatmu tidak mengetahui kalau aku dekat dengannya,” lanjutnya dengan santai.

Tunggu, apa maksud pria ini? Mataku membulat karena kaget, heeii sejak kapan aku menjadi pacarnya. Melihatnya saja baru kali ini, aku tidak bisa membayangkan keterkejutan Nita yang mendengarnya, karena aku sendiri bahkan sedang merasa kaget saat ini. Kenapa jadi aku yang jadi sasaran, aku harus segera menjelaskan kesalah pahaman ini.

“Kamu lebih memilih gadis ini dibandingkan aku???” pertanyaan Nita membuatku menatap kearahnya kaget, apa maksud ucapannya itu.

“Eh tunggu, bukan seperti itu. Aku hanya…”

“Aku fikir dia lebih baik dari segala arah dari pada gadis lain. Maafkan aku Nita,” lagi-lagi kalimatku dipotong sebelum aku menyelesaikannya. Namun kali ini David lah yang mengataknnya, bahkan aku merasa kalau tangan pria itu sudah melingkar dipundakku dan merapatkan ku pada tubuhnya. Kaget, aku hanya bisa diam dan membulatkan mataku.

“Heh, dia???” teriakan marah Nita membuat bulu kudu ku merinding mendengarnya “Bahkan dia tidak menyamai seper sepuluh dari kecantikanku, aku yakin aku lebih tajir dari pada dia. Dan kamu lihat saja tubuhnya. Kecil seperti itu, apa yang kamu lihat darinya sampai lebih memilih dia dari pada aku ha. Sama sekali bukan selera pria jaman sekarang, dia tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku,” lanjut Nita dengan nada mengejek, tersinggung? Oh jelas saja, mungkin aku memang bukan gadis tipe pria jaman sekarang, atau apalah itu namanya. Terbukti dengan tidak ada pria yang mendekatiku selama ini, dalam artian punya perasaan lebih tentunya. Tapi bukan berarti dia bisa menghinaku sampai seperti itu bukan? Lagipula, Revan sudah menyatakan cintanya padaku, jadi aku fikir dia juga bisa tertarik padaku. Benar, sepertinya aku bisa menyelamatkan diri dengan itu.

“Eh, apa kamu bilang? Aduh sembarangan saja. Gini-gini aku sudah punya pacar tau. Dan pacarku itu adalah pria paling tampan disekolah, dia menjadi incaran gadis-gadis lainnya. Baiklah, mungkin aku tidak layak untuk diperebutkan, tapi bukan nya punya seseorang yang special itu sudah cukup membanggakan ya? Aku tidak butuh disukai banyak pria, karena satu yang benar-benar tulus saja sudah cukup. Jadi jangan sembarangan mengatakan hal buruk tentangku,” kalimat itu mampu membuat gadis didepanku membulatkan matanya karena kaget, heh belum tau siapa aku ternyata dia ini. Enak saja menghinaku seeperti itu, yaahh anggap saja Revan adalah pacarku. Mumpung orangnya tidak ada, aku rasa itu bisa menyelamatkan harga diriku dihadapan wanita ini.

“Eh kamu berani membentakku seperti itu, memangnya siapa kamu ha? Lebih cantikan aku dimana-mananya? Jadi jangan sok cantik seperti itu. Banyak pria yang berlomba-lomba untuk mendapatkan cintaku, jadi jaga ya bicaramu,” setelah beberapa lama terdiam, wanita itu kembali menyuarakan diri. Huuffh, aku menghembuskan nafas lelah. Kemudian memijit-mijit kepalaku yang sedikit berdenyut. Kenapa jadi seperti ini, aku sama sekali tidak ingin berurusan dengannya.

“Maaf ya neng, tapi kalau kamu memang sepopuler itu. Kenapa kamu tidak memilih saja salah satu diantara mereka?” tanyaku melemah, aku tidak perlu berkoar-koar tentang emosi menghadapi wanita seperti ini, lagian aku juga sama sekali tidak mengenalinya.

“Kamu…!!!” Nita tampak kehabisan kata-kata.

“Terlebih lagi, aku hanya…”

“Aku pastikan kamu menyesal dengan apa yang sudah kamu lakukan,” untuk kesekian kalinya kalimat ku dipotong sebelum aku bisa menyelesaikannya, kemudian Nita langsung melangkah pergi setelah selesai mengatakan hal itu. Eh tunggu, kenapa aku yang mendapatkan ancamannya. Tidak, aku tidak mungkin punya musuh yang bahkan atas kesalahan yang tidak aku lakukan. Aku harus mengejarnya.

Sebelum aku bisa melangkah pergi, lagi-lagi ada tangan yang menahan langkahku. Kaget, aku kembali berbalik, menyadari satu makhluk yang masih tersisa itu berdiri disampingku. Karena beberapa saat aku sudah melupakan kalau makhluk ini berdiri disini. Tunggu, bukankah semua masalah ini dikarenakan dia?

“Terimakasih karena telah membantuku,” ucap pria itu santai, emm siapa ya namanya tadi. David??

“Membantu???” tanyaku bingung.

“Yaahh, aku rasa pengakuanmu tadi bisa membuatnya berhenti untuk mengejarku. Ngomong-ngomong kamu tau dari mana kalau aku pria terpopuler disekolahku?” pria itu bertanya dengan nada tulus dihadapanku, tunggu memangnya apa yang sudah aku lakukan. Kalau tidak salah tadi aku mengatakan… ya ampun. Jangan bilang kalau kalimatku tadi malah membuat gadis itu menyangka aku beneran pacarnya.

“Eh, aku tidak sedang membicarakanmu!” tandasku cepat “Kesalahpahaman ini harus segera diselesaikan. Aku tidak membantumu dengan sengaja, itu aku lakukan hanya karena dia menghinaku. Aku tentu saja tidak terima dihina oleh orang yang bahkan tidak aku kenal sebelumnya. Dan kamu tau benar ini gara-gara siapa bukan?”

“Aku minta maaf,” terdengar nada tulus disana. Membuat ku merasa tidak ada gunanya emosi dengan makhluk ini, sebaiknya aku tidak berdekat-dekatan dengannya sebelum dia menimbulkan masalah yang lebih parah lagi.

“Sudahlah, lupakan. Aku juga tidak akan bertemu dengan kalian berdua lagi, mulai sekarang. Mendingan kamu segera jelaskan pada gadis itu kalau aku sama sekali tidak ada hubungan apapun denganmu. Oke,” tandasku akhirnya kemudian siap melangkah pergi.

“Aku tidak akan melakukan hal itu,” ucapan pria itu menahanku untuk kembali menatap kearahnya, apa-apaan pria ini. Dasar, memangnya dia akan membuatku dibenci oleh orang yang entah siapa itu “Terus terang saja, aku senang kalau ini bisa membuatnya berhenti mengejarku. Tapi aku tulus minta maaf denganmu karena membuatmu dalam masalah,” lanjutnya sebelum aku sempat menumpahkan semua amarahku “Ngomong-ngomong namaku David,” ucap David sambil mengulurkan tangannya. Benarkan kalau namanya David, seperti yang wanita itu katakana tadi meskipun beberapa saat aku melupakan nama itu. Yaah tidak penting juga sih.

“Aku sama sekali tidak punya alasan untuk mengatakan namaku padamu bukan? Jadi biarkan aku pergi sekarang,” kataku tanpa menerima uluran tangan darinya, huh pria ini benar-benar membuat emosiku memuncak, bagaimana bisa dia berlaku seenaknya seperti ini. Memangnya dia fikir, aku akan menuruti permintaan perkenalannya itu apa. Huh, benar-benar menyebalkan.

Tuhan, jangan sampai aku bertemu dengan pria ini lagi, benar-benar bikin emosiku tidak terkontrol dan lepas kendali, dan belum apa-apa dia sudah membuatku dalam masalah. Baiklah, Devi ini sama sekali tidak cocok untuk difikirkan, aku hanya seharusnya diam dan meninggalkannya. Lupakan tentang hari ini, kejadian tadi tidak pernah terjadi. Oke, tidak pernah terjadi! Aku bisa gila jika harus berurusan pada kedua makhluk itu lagi. Lupakan, lupakan dan lupakan. Huffhh…

Bersambung…

Cut lagi ya sodara-sodara… mungkin bisa kita lanjut lagi lain kali… sampai nanti dicerpen selanjutnya yaa…. Love at first sight part 05

Detail cerpen
  • Judul cerpen : Love at First Sight
  • Penulis : Mia mulyani
  • Panjang : 1.865 word
  • Serial : Cerbung
  • Genre : Romantis, remaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar